Oleh : Jhon
Fredy. M. Kudiai
sumber@google |
Seumpama pohon adalah yang rindang,
kokoh dengan kulit keras oleh terpa hujan angin dan
rayap kadang
menggerus tiada henti menikmati di rindang pohon
beberapa batang
yang rimbun daunnya saling dekap melindungi dengan
kasih sayang.
setiap batang adalah jiwa saling memaknai bila ada
yang patah,
atau goyah karena deras air dan gesekan, maka merapatkan
dahan
dan menyalurkan semangat agar tetap kuat sekokoh
karang.
Seumpama dedaunan hijau di setiap ranting dan cabang,
adalah sehelai daun segar yang basah dalam masa yang
kan datang,
yang menyejuki hingga semangat seperti kembali hendak
pulang
dalam masa yang sedih, bagai titian yang seberangkan
amarah
jadikan optimis untuk melalui jurang yang curam dan
dalam
bersama, selamat dan tersenyum bersama ilalang.
Seperti rimbunnya daun berbagi embun pagi dini hari,
mengusap sulbi yang tak terlihat, resapkan rencana tuk
di lalui
Seumpama daun hijau segar di ranting kokoh saling
menyadarkan,
bahwa ada saat tertentu kala hujan angin yang jauh
lebih lebat
akan mampu merubuhkan batang, telah membelah garis
tak terbantahkan seperti janji bahwa ada saat daun itu
gugur
hingga waktu rebahkan batang.
Sehelai, dua helai, sampai helai kesepuluh dipisahkan
hingga bertemu di kehidupan berikut dan tumbuh kembali
lebih kokoh dan indah, gugurkan sehelai daun lagi
helai daun yang gugur itu, seperti semangat besar yang
membuncah,
namun kemudian terkelupas, menggerus cinta
satu-satunya,
menebang ranting bahagia.
Sehelai daun yang gugur seperti hentikan waktu,
gelap, tanpa daya
yang tak tahu menghidangkan masa menjelma menjadi
hujan,
kemudian larut dan terbenam dibawah akar hidup, tak
berdaya
sehelai daun yang gugur, mengajukan kepahitan tertahan
namun sebijak genta yang setia berdentang bila ada
panggilan
dan ada pemaknaan hakiki dibaliknya ,
Derita akan hujan angin dan rayap mungkin hilang,
dan daun gugur terbebas sudah menyatu pada tanah,
Derita akan hujan angin dan rayap mungkin hilang,
dan daun gugur terbebas sudah menyatu pada tanah,
mendekap pertiwi, bahkan bersama hujan, angin dan
rayap
menjadi pemupuk kesuburan dan pastinya melapangkan
jalan.
Penulis adalah Mahasiswa Papua, tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta .
0 thoughts on “TERSENYUM BERSAMA ILALANG”