Pendidikan merupakan sumber dari pembangunan. Jikalau semua aspek pembangunan berjalan dengan baik dan lancar, kalau pendidikan yang baik dan bermutu pula. Pendidikan yang baik dan bermutu itu, harus didorong oleh semua orang yang berkepentingan, mulai dari orang tua di rumah, guru di sekolah dan juga anak itu sendiri dalam lingkungan pergaulannya. Di suatu daerah dikatakan pembangunannya maju, kalau daerah itu, pembangunan manusianya yang baik. Pembangunan manusia atau yang sering disebut dengan manusia yang memanusiakan manusia itu sendiri, melalui didikan yang baik dan bermutu.
Pendidikan yang baik dan berkualitas di daerah asalku sangat jauh dari harapan. Proses belajar - mengajar semakin menurun, berakibat dukungan pemerintah daerah (kabupaten paniai) yang dinilai sangat minim. Dalam hal ini, penyediaan fasilitas sekolah, kurang monitoring ke setiap sekolah yang ada, akhirnya Tenaga Pengajar pun ( guru ) jalan – jalan ke kota. Menghabiskan waktu mengajarnya di kota dengan urusan pribadi, hingga anak didiknya jadi terlantar. Selain itu, Adapun guru – guru professional di pakai jadi kepala distrik dan kantor-kantor pemerintahan di birokrasi pemerintahan daerah, sehingga tenaga pengajar (guru) di sekolah kosong!! Akhirnya, akibat dari itu anak – anak yang usia sekolah memilih untuk berkebun bantu orang tuanya, anak - anak lainya jalan-jalan tanpa tujuan akhirnya menjadi anak-anak nakal (aibon).
Dewan pengawas sekolah pun tidak pernah difasilitasi dengan dana operasional, sehingga para pengawas enggan melaksanakan tugas.
Salah satu anggota Dewan pengawas sekolah di Dinas Pendidikan di kabupaten paniai, enggan menyebutkan namanya mengatakan, dari catatan hariannya, sejak 2010 hingga kini para pelajar di daerah itu tidak sekolah, mereka ingin sekolah tapi tidak ada guru yang betah mengajar. Kami hitung-hitung, sekitar enam generasi tidak mendapatkan pendidikan, kami sangat sedih melihat kondisi pendidikan di daerah kita ini, seperti apa masa depan mereka. Katanya. Lanjutnya lagi…anak – anak yang sekolah pun tidak pernah menunjukkan adanya prestasi. Begitu pula keaktifan guru di sekolah sangatlah merosot. Karena mereka (guru) loby pekerjaan lain seperti birokrasi di pemerintahan.
"Pendidikan di daerah asalku agadide sangat merosot, guru pun tidak aktif, pengawas sekolah tidak diperhatikan, pemerintah daerah tidak ada perhatian. Siswa tidak pernah berprestasi, apalagi satu dua guru yang ada. Guru yang adapun malas mengajar karena dukungan pemerintah kabupaten paniai sangat minim," katanya (5 peb. lalu) dengan nada sedih.
Oleh : Marchello Uwigibuy Yogi.
Pendidikan yang baik dan berkualitas di daerah asalku sangat jauh dari harapan. Proses belajar - mengajar semakin menurun, berakibat dukungan pemerintah daerah (kabupaten paniai) yang dinilai sangat minim. Dalam hal ini, penyediaan fasilitas sekolah, kurang monitoring ke setiap sekolah yang ada, akhirnya Tenaga Pengajar pun ( guru ) jalan – jalan ke kota. Menghabiskan waktu mengajarnya di kota dengan urusan pribadi, hingga anak didiknya jadi terlantar. Selain itu, Adapun guru – guru professional di pakai jadi kepala distrik dan kantor-kantor pemerintahan di birokrasi pemerintahan daerah, sehingga tenaga pengajar (guru) di sekolah kosong!! Akhirnya, akibat dari itu anak – anak yang usia sekolah memilih untuk berkebun bantu orang tuanya, anak - anak lainya jalan-jalan tanpa tujuan akhirnya menjadi anak-anak nakal (aibon).
Dewan pengawas sekolah pun tidak pernah difasilitasi dengan dana operasional, sehingga para pengawas enggan melaksanakan tugas.
Salah satu anggota Dewan pengawas sekolah di Dinas Pendidikan di kabupaten paniai, enggan menyebutkan namanya mengatakan, dari catatan hariannya, sejak 2010 hingga kini para pelajar di daerah itu tidak sekolah, mereka ingin sekolah tapi tidak ada guru yang betah mengajar. Kami hitung-hitung, sekitar enam generasi tidak mendapatkan pendidikan, kami sangat sedih melihat kondisi pendidikan di daerah kita ini, seperti apa masa depan mereka. Katanya. Lanjutnya lagi…anak – anak yang sekolah pun tidak pernah menunjukkan adanya prestasi. Begitu pula keaktifan guru di sekolah sangatlah merosot. Karena mereka (guru) loby pekerjaan lain seperti birokrasi di pemerintahan.
"Pendidikan di daerah asalku agadide sangat merosot, guru pun tidak aktif, pengawas sekolah tidak diperhatikan, pemerintah daerah tidak ada perhatian. Siswa tidak pernah berprestasi, apalagi satu dua guru yang ada. Guru yang adapun malas mengajar karena dukungan pemerintah kabupaten paniai sangat minim," katanya (5 peb. lalu) dengan nada sedih.
Oleh : Marchello Uwigibuy Yogi.
0 thoughts on “Pendidikan di Daerah Asalku”