Oleh: Alexander Gobai
“dari terbitnya hingga terbenamnya matahari adalah waktnya
untuk beraktivitas. Menjadikan diri untuk berusaha lalu mencari nafka kemudian
menghidupkan hidup dengan usaha berdasarkan kemandirian”.
****
“kita harus mandiri, jangan menjadi diri kita tergantung pada
orang lain. Tak mungkin selama hidup di bumi diberikan makanan dari orang lain.
Kita harus berusaha dan menjad diri menjadi mandiri”.
Demikian dikatakan anak-anak kaki telanjang, ketika diriku tiba
di kampung halaman tepat pada tanggal 12 Desember 2015 lalu di Distrik Agadide,
Kab. Paniai, Papua.
Selama saya tinggal di kampung di di Komopa Distrik Agadide,
kira-kira sebulan lamanya. Kurang lebih terjadi perubahan pada kampung halaman.
Salah satunya pembuatan/pengoperasian jalan Trans Agadide-Ilaga yang dikerjakan
oleh PT. Moderen. Sementara perubahan di sektor-sektor lain tidak terlalu
Nampak, baik pendidikan dan kesehatan serta sektor lainya.
Meskipun, pendidikan dan kesehatan dilakukan perubahan pada
pebangunan fisik, namun SDM (tenaga pengajar dan tenaga kesehatan sangat
memperhatikan).
Awal pembuatan jalan trans Agadide –Ilaga, perilaku anak-anak
kaki telanjang sudah mulai berpikir untuk berusaha untuk mencari uang dengan
cara melakukan ojek-ojek (menjemput dan mengantar penumpang).
Satu demi satu, mator
dibeli oleh anak-anak adat 3 Distrik (Agadide, Ekadide dan Bogbaida) sendiri.
Denga tujuan untuk menjadikan diri mereka mandiri yang sebenarnya.
Usaha mereka ini menjadi diriku juga mengikuti arus. Saya
juga merasa nyaman ketika bergabung dengan anak-anak kaki telajang (menjadi
diri untuk ojek-ojek). Kira-kira 2 minggu lamanya.
Tujuan saya menjadi pengojek ialah mencari makna dari
kemandirian bersama anak-anak kaki telanajng lainya.
Banyak hal yang saya belajar dari mereka. Mereka pengojek
anak Mee yang berasal dari Tiga Distrik Paniai Timur (Agadide, Ekadide dan Bogodide).
Sementara Rakyat pendatang dilarang untuk melakukan pengojek di halaman tempat
tinggal mereka. Entah mengapa kurang tahu.
Anak-anak kaki telajang sudah mengerti cara muda untuk
menjadikan diri pribadi menjadi mandiri yang sebenarnya. Ketergantung mereka
dengan orang lain sudah diputuskan dengan hanya melakukan ojek-ojek.
Pekerjaan mereka adalah menjadi tukang ojek. Tetapi tak
melupakan kebiasaan yang sebenarnya. Budaya cari kayu, berkebun dll adalah
tugas dasar mereka. Hal ini menjadi hal positif bagi diri saya dengan mereka.
Selama saya ojek, ada beberapa hal yang saya lakukan, dan
dapatkan ilmu dari anak-anak kaki telanjang. Salah satunya kemandirian serta
kreativitas. Belajar bersama hingga saya mengetahuinya dengan sungguh-sungguh.
Berjalan, tawa, canda dan tangisan bersama-sama. Mereka
sangat menghargai orang satu dengan yang lainya. Anak-anak kaki telajang adalah
anak-anak yang mampu mengatasi sifat kertegangan terhadap orang lain.
Kemampuan mereka untuk mandiri sudah Nampak dan sudah
terbukti. Dan saya berpikir kemampuan kemandirin mereka menjadi sebah tugas
besar bagi orang lain. Dan kita harus belajar dari mereka.
Alexander Gobai/KM
0 thoughts on “Kemandirian Anak-Anak Kaki Telajang”