BREAKING NEWS
Search

Kisah Uang dan Buku Membawa Perubahan di Masyarakat



Oleh : Gobaibo Wege


Hiduplah buku dan uang di suatu tempat yang berbeda-beda. Buku hidup di salah satu kampung yang jauh dari perkotaan. Sedangkah uang hidup di daerah yang dekat dengan perkotaan. 

Suatu ketika, si buku merencanakan untuk kegiatan esoknya. Ia merencanakan untuk pergi ke salah satu tempat, dimana tempat tinggalnya uang (sobatnya). Pagi-pagi benar, si buku keluar dari rumahnya, dengan tidak membawa bekal kebutuhan dalam perjalananannya. Ia malas tahu dengan keadaan di sekitarnya. Padahal, hampir kebanyakan burung hantu yang mengikutinya dari belakang. 

Selama perjalannya, ia pun berdoa di dalam hatinya. Tidak terasa, ia sampai di sebuah kampung yang bernama laptop. Ia istrahat sejenak sambil melepaskan lelah dan keringatnya. Di saat si buku istrahat, perutnya terbunyi-bunyi, rasanya mati kelaparan. Karena kelaparan. Tidak ada orang yang ingin membantunya. Terpakasa ia mencuri papaya di salah satu tempat yang kebetulan terdapat di tempat ia istrahat. 

Sebelumnya, si buku telah berpikir bahwa pencuri adalah salah satu hal yang tidak baik. Namun, karena perutnya juga minta makan, terpakasa mengambil papaya milik orang.

Kemudian, ia menikmati papaya, yang tadi ia pencuri itu, selama 30 menit. Selama ia istrahat ia telah menghabiskan waktu selama 2 jam di tempat istrahat itu. Kemudian, setelah membereskan semuanya itu, ia melanjutkan perjalananya. 4 jam kemudian, si buku tiba, tepat di rumahnya uang. 

Setelah tiba di sana, ia merasa aneh. “kok pintunya tertup! Sudah terpaksa ia mengetuk pintunya uang. Tok…tok..tok.  tidak ada  respon dari dalam rumahnya. Lalu, karena tidak ada temanya si uang itu, terpaksa ia istrahat di halaman rumahnya, kebetulan di situ ada pondok kecil milik temanya si uang. 

Selama 1 jam. si buku menunggu temannya. Namun, tidak datang-datang. “si uang kemana yah” kata si buku. Tidak lama kemudian, si uang datang. Lalu masuk ke rumahnya. Si uang tidak melihat kedatangan temannya, si buku.
Setelah itu, si buku, mengikutinya dari belakang. Si uang, merasa aneh di dalam batinnya. Saat ia menolek di belakang. Ternyata ada temannya buku.
Lalu, mereka salaman, berpelukan dan bercanda tawa, dan lain sebagaianya di rumahnya uang.

Lalu si uang mengatakan sama temannya si buku, mengapa kamu datang kesini dengan tidak kontak aku atau SMS aku. Lalu tanggapan dari si buku, “kan aku tidak ada telfon,”katanya. Aduh kawan, kamu ini bagaimana nih, terlalu ketinggalan zaman sekali,”kata si uang.

Perbincangan mereka sangat serius sekali. Di sela-sela perbincangan mereka dua, si uang menawarkan si buku untuk mengikuti bisnisnya. Bisnis apa kawan”kata si buku. Bisnis jual obat-obatan. Bagaimana menurut mu, temanku buku. 

Selama 30 menit si buku berpikir panjang hanya bisnis itu. Setelah ia berpikir, si buku tidak terima dengan tawaran bisnisnya si uang kepada si buku. Kemudian, si buku menawarkan si uang dengan usahanya kepadanya. Usaha apa, “kata si uang. Usaha bagaimana kami dua membangun salah satu lembaga, dengan tujuan membangkit sumber daya manusia rakyat desa kita. Lalu, tanggapan si uang. “bisa-bisa saja kawan. Namun, saya merasa rakyat kita apa mau mengikuti atau tidak. Itu yang menjadi persoalannya,”kata si uang.

Lalu, si buku mengatakan terhadap temanya, heei kawan, uang. Masyarakat kita yang ada di desa ini, mereka sangat pintar-pintar sekali. Nyatanya saja, ada yang bisa membuat noken, membuat manik-manik, pintar berdagang, dll. Namun, mereka kurang diperhatikan dengan baik. Dari kalangan penguasah-penguasaha desa ini,”katanya. 

Setelah ia mengatakan demikian, si teman dengan berat hati, menerima tawaran dari si buku. Tidak lama kemudian, si uang dengan si buku menaruh perjanjian untuk lembaga tersebut.

5 tahun kemudian, lembaga tersebut telah terbangun dengan kokoh dan gagah. Lalu mereka dua melayani dan mengatur masyarakat dengan senang hati dan damai. Hidup mereka dua sangat sederhana namun, bahagia. Banyak masyarakat yang senang dengan gaya kepemimpinan mereka berdua.
Tidak lama kemudian, masyarakat di dasa itu, sejahtera dan hidup mereka sangat bahagia. 

Dengan demikian, ini adalah cerita fiksi, yang mana seharusnya kita mencontoh dari kehidupan si buku dan si uang. Si  buku ini, ia berperang sebagai orang yang menyimpang semua pengetahuan dan ilmu dalam otaknya. Sedangkan si uang, ia hanya mengandalkan kekayaannya saja. Namun, ia memunyai rasa nasionalisme terhadap rakyatnya.

Seharusnya, pemimpin mengambil kebijakan seperti kedua tokoh di atas. Sehingga rakyat merasakan kesejateraan.

Penulis Tinggal di Timika, Papua


TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Kisah Uang dan Buku Membawa Perubahan di Masyarakat