Hiduplah buku dan
uang di suatu tempat yang berbeda-beda. Buku hidup di salah satu kampung yang
jauh dari perkotaan. Sedangkah uang hidup di daerah yang dekat dengan
perkotaan.
Suatu ketika, si buku
merencanakan untuk kegiatan esoknya. Ia merencanakan untuk pergi ke salah satu
tempat, dimana tempat tinggalnya uang (sobatnya). Pagi-pagi benar, si buku
keluar dari rumahnya, dengan tidak membawa bekal kebutuhan dalam
perjalananannya. Ia malas tahu dengan keadaan di sekitarnya. Padahal, hampir kebanyakan
burung hantu yang mengikutinya dari belakang.
Selama
perjalannya, ia pun berdoa di dalam hatinya. Tidak terasa, ia sampai di sebuah
kampung yang bernama laptop. Ia istrahat sejenak sambil melepaskan lelah dan
keringatnya. Di saat si buku istrahat, perutnya terbunyi-bunyi, rasanya mati
kelaparan. Karena kelaparan. Tidak ada orang yang ingin membantunya. Terpakasa
ia mencuri papaya di salah satu tempat yang kebetulan terdapat di tempat ia
istrahat.
Sebelumnya, si
buku telah berpikir bahwa pencuri adalah salah satu hal yang tidak baik. Namun,
karena perutnya juga minta makan, terpakasa mengambil papaya milik orang.
Kemudian, ia
menikmati papaya, yang tadi ia pencuri itu, selama 30 menit. Selama ia istrahat
ia telah menghabiskan waktu selama 2 jam di tempat istrahat itu. Kemudian,
setelah membereskan semuanya itu, ia melanjutkan perjalananya. 4 jam kemudian,
si buku tiba, tepat di rumahnya uang.
Setelah tiba di
sana, ia merasa aneh. “kok pintunya tertup! Sudah terpaksa ia mengetuk pintunya
uang. Tok…tok..tok. tidak ada respon dari dalam rumahnya. Lalu, karena
tidak ada temanya si uang itu, terpaksa ia istrahat di halaman rumahnya,
kebetulan di situ ada pondok kecil milik temanya si uang.
Selama 1 jam. si
buku menunggu temannya. Namun, tidak datang-datang. “si uang kemana yah” kata
si buku. Tidak lama kemudian, si uang datang. Lalu masuk ke rumahnya. Si uang
tidak melihat kedatangan temannya, si buku.
Setelah itu, si
buku, mengikutinya dari belakang. Si uang, merasa aneh di dalam batinnya. Saat
ia menolek di belakang. Ternyata ada temannya buku.
Lalu, mereka
salaman, berpelukan dan bercanda tawa, dan lain sebagaianya di rumahnya uang.
Lalu si uang
mengatakan sama temannya si buku, mengapa kamu datang kesini dengan tidak
kontak aku atau SMS aku. Lalu tanggapan dari si buku, “kan aku tidak ada telfon,”katanya.
Aduh kawan, kamu ini bagaimana nih, terlalu ketinggalan zaman sekali,”kata si
uang.
Perbincangan
mereka sangat serius sekali. Di sela-sela perbincangan mereka dua, si uang
menawarkan si buku untuk mengikuti bisnisnya. Bisnis apa kawan”kata si buku.
Bisnis jual obat-obatan. Bagaimana menurut mu, temanku buku.
Selama 30 menit
si buku berpikir panjang hanya bisnis itu. Setelah ia berpikir, si buku tidak
terima dengan tawaran bisnisnya si uang kepada si buku. Kemudian, si buku
menawarkan si uang dengan usahanya kepadanya. Usaha apa, “kata si uang. Usaha
bagaimana kami dua membangun salah satu lembaga, dengan tujuan membangkit
sumber daya manusia rakyat desa kita. Lalu, tanggapan si uang. “bisa-bisa saja
kawan. Namun, saya merasa rakyat kita apa mau mengikuti atau tidak. Itu yang
menjadi persoalannya,”kata si uang.
Lalu, si buku
mengatakan terhadap temanya, heei kawan, uang. Masyarakat kita yang ada di desa
ini, mereka sangat pintar-pintar sekali. Nyatanya saja, ada yang bisa membuat
noken, membuat manik-manik, pintar berdagang, dll. Namun, mereka kurang
diperhatikan dengan baik. Dari kalangan penguasah-penguasaha desa ini,”katanya.
Setelah ia mengatakan
demikian, si teman dengan berat hati, menerima tawaran dari si buku. Tidak lama
kemudian, si uang dengan si buku menaruh perjanjian untuk lembaga tersebut.
5 tahun kemudian,
lembaga tersebut telah terbangun dengan kokoh dan gagah. Lalu mereka dua
melayani dan mengatur masyarakat dengan senang hati dan damai. Hidup mereka dua
sangat sederhana namun, bahagia. Banyak masyarakat yang senang dengan gaya
kepemimpinan mereka berdua.
Tidak lama
kemudian, masyarakat di dasa itu, sejahtera dan hidup mereka sangat bahagia.
Dengan demikian,
ini adalah cerita fiksi, yang mana seharusnya kita mencontoh dari kehidupan si
buku dan si uang. Si buku ini, ia
berperang sebagai orang yang menyimpang semua pengetahuan dan ilmu dalam
otaknya. Sedangkan si uang, ia hanya mengandalkan kekayaannya saja. Namun, ia
memunyai rasa nasionalisme terhadap rakyatnya.
Seharusnya,
pemimpin mengambil kebijakan seperti kedua tokoh di atas. Sehingga rakyat
merasakan kesejateraan.
0 thoughts on “Kisah Uang dan Buku Membawa Perubahan di Masyarakat”