Suara
Mapegaa—Sekelompok mahasiswa berkumpul di kost memanfaatkan malam minggu
sebagai momen terpenting untuk menukar pendapat untuk membahas problem-problem
yang sedang terjadi dalam proses pembentukan kebersamaan di kota studi
masing-masing baik yang negatif maupun yang positif.
Yang
terlibat dalam tersebut diantaranya, Fred kudiai, Maikel tekege, Silve
kadepa dan Nato keiya, ke-empat orang ini dua diantaranya mahasiswa dan dua
antaranya masih dibangku study SMK, sekelompok ini berkumpul bukan direcanakan tetapi secara
kebetulan.
Dalam
diskusi tersebut kita membahas tentang bagaimana caranya untuk kita bersatu
karena pandangan dari saya ,setiap program
kerja selama ini yang kita lakukan adalah bersifa mengulan maksudnya kita
mengulangi program kerja yang kita pernah adakan tahun sebelumnya baik saat
makrab , natal bersama maupun kegiatan lainnya, dan kita tidak pernah keluar
untuk mencari memen terpenting yang tersembunyi, seharunya kita harus keluar
untuk mencari tahu masalah apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat ,kata
mikael
Lanjut
lagi oleh saudara Mikael, setiap diskusi yang dilaksanakan setiap ikatan-ikatan
yang ada ini, selalu ada ketabrakan
misalnya dikeluarkan agenda untuk diskusi dari salah satu ikatan,
kemudian dalam mingguh yang sama dikeluarkan juga agenda diskusi, sehingga
membuat para anggota memilih agenda diskusi yang mana, ya terpaksa terbentuk
kelompok-kelompok kecil yang memulai dengan kegitannya sendiri,nah dengan itu
akan terbentuk sifat egoisme disetiap ikatan-ikatan misalnya ikatan mahasiswa
paniai ,jalan dengan kegiatannya sendiri, deniyai,dogiyai, dan nabire juga
demikian. Yang sangat tidak menyenangkan lagi, setiap anggota maupun pengurus
selalu menjatuhkan semangat yang dimiiki oleh seseorang dengan sifat kritik disisi
kekurangan (negatif) alangka bagusnya kalau menegur langsung dengan orang yang
bersangkutan, tetapin yang sering terjadi adalah kritikan dibelakangan, sifat
itu kita harus tinggalkan.
Bukan
hanya pendapat dari sudara melkias, lanjut lagi dari fred , kebersamaan kita
memang ada tetapi untuk kita bersatu untuk menjadikan satu keluarga sangatlah
susah, mengapa? Karena kita merasa kita yang paling benar sehingga kita tidak
mau terima pendapat atau penilaian oleh orang lain buat kita, padahal sangat
penting buat kita untuk untuk menuju pada tingkat perubahan dalam tata cara
berkata maupun untuk perubahan untuk kepribadian diri kita sendiri.
Semtara
kami sedang berdiskusi ,dan kami lagi di
puncak kebingungan untuk menrik kesimpuan ditengah problem –problem ,datanglah Bapak
Marthinus keiya.S.Ip ,kedatangannya
secara tibah-tibah, apakah bapak mengikuti setiap pembicaraan kami, ataukah
mujizat yangdatang tibah-tibah, Bapak langsung memotong pembicaraan kami
Anak-anak apa saja yang anak-anak bicarakan adalah
semuanya benar dan semua masuk akal, yang membuat anak –anak membingunkan ,
disebabkan olah beberapa faktor diantaranya.
Dulu
di mewodide itu dikenal dengan tonawi, tonawi itu sendiri terbagi menjadi tiga
bagian yakni Mana tonawi (orang yang berpandai dalam hal berbicara, dan dia
dapat mengatai setiap masalah /perkara besar bagaimanapun) agiyo tonawi (orang
yang memiliki harta kekayaan) ,mege tonawi (orang yang memiliki nayak uang).
Dalam tradisi orang mee disebut tonawi berarti orang-orang (masyarakat ) selalu
tunduk pada pada perintah dari tonawi, dan orang-rang tonawi juga terbentuk
bukan karena apa tetapi rasa diri tonawi terbentuk saat beranjak pada masa
remaja, dan pemberian dari Tuhan secara Murni. Nah itu sekedar pemahaman buat
anak-anak dan yang kalian harus ketahui. Ujar bapak Marthinus
Faktor-faktor
yang menyebabkan diantaranya
- Masuknya Agama di Meuwodide . Yang mena rasa menghargai kepada Tonawi menghilan
- Masuknya Pemerinta di Meuwadide .Yang mana yang bersifat mengubah sistem atau adat yanag sudah ada, dan mengajak masyarakat untuk lebih mengajak untuk belajar hal-hal baru (modern)
- Masuknya Politik di Meuwadide. Yang mana setiap orang itu mengajak untuk rasa percaya diri untuk ingin memimpin yang mana dalam prakteknya tidak diterapkan (kosong), mengajak untuk berbicara yang belum tentu dilaksanakan sesuai dengan pembicaraannya.
Faktor-faktor
ini ,membuat perubahan yang sangat besar di Meuwodide, agama jalan dengan
kepentingan sendiri, pemerintah dengan kepentingannya sendiri, dan politt juga
jalan dengan kepentingannya sendiri semuany
bersifat egoisme. Dengan demikian unsur budaya Tonawi telah hilang dari
kehidupan kita.
Setelah
meyampaikan beberapa faktor yang terjadi di Meuwodide saat ini, lanjut lagi
,bapak tidak setuju dengan pembentukan –pembenytukan ikatan –ikatan dari Paniai,
Deiyai Dogiayai, dan Nabire. Dan akan membentuk keegoisan, dari antara kalian akan menyebut diri anak-anak dengan mengatakan saya Orang Dogiyai, saya
orang Deiyai, saya orang Paniai, dan
saat anak-anak turung lapangan (kerja) kamu akan menyebut diri anda adalah dari
daerah tersebut, karena saat anda kuliah anda telah terbentuk dari ikatan-ikatan kecil itu. Jadi anak-anak
Pesan dari bapak “kalau kuliah, kuliah yang benar karena orang tua menanti dengan
sabar di Papua, Kedatang anak-anak disana
sangat diharapkan oleh orangtua serta oleh Papua Tercinta. (fred/Mk)
Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta
0 thoughts on “MEMANFAATKAN MALAM MINGGU SEBAGAI MOMEN PENTING BERSAMA BAPAK MARTHINUS KEIYA.S.IP ”