BREAKING NEWS
Search

Orang Mee Dalam Bahaya yang Besar

Orang Asli Papua (Foto: Dok. Ist/KM)
Oleh : Yusuf Kobepa


Opini, (KM). Beberapa fakta tentang faktor penyebab kematian masyarakat Suku Mee di masa lalu dan kini, sebelum masuknya agama dan pemerintahan maupun sesudahnya diuraikan sebagai berikut:

1. Di masa lalu sebelum agama dan pemerintah hadir dalam kehidupan Suku Mee masyarakat Suku Mee hanya mengenal faktor penyebab kematian itu hanya melalui beberapa hal sebagai berikut:

a) Lanjut usia;

b) Perang adat;

c) Sakit atas penyakit tidak menular seperti beri-beri dan kusta; dan

d) Dimi paa, onee dou, umaa/umaa kopai (kematian atas suruhan roh jahat hanya kepada orang yang tidak di sukainya)

2. Di masa itu kematian masyarakat Suku Mee di setiap harinya jarang di temui bahkan sampai satu bulanpun karena itulah pada awal masuknya injil dan pemerintahan belanda ada pemeriksaan kesehatan di biak sebelum menuju ke wilayah Suku Mee yang dianggap wilayah yg sudah bebas dari penyakit menular di masa itu.

3. Setelah masuknya Injil dan Pemerintahan Belanda di daerah Meeuwo, sentuhan pelayanan kepada masyarakat Suku Mee di masa ini cukup baik. Sehingga, kematianpun masih tak ditemukan lagi dan hubungan antara masyarakat dan Pemerintahan Belanda pun masih sangat erat.

Setelah itu sejak tahun 1963 Pemerintahan di tanah Papua di ambil alih oleh Pemerintahan Indonesia maka sejak itulah masyarakat Suku Mee mulai mengenal kematian orang Mee pada setiap harinya.

Meningkatnya kematian (korban) orang Mee di setiap harinya sejak itu terjadi melalui beberapa model sebagai berikut :

1. Pembunuhan melalaui operasi militer secara terbuka yang menewaskan puluhan ribu orang Mee sejak tahun 1963 sampai saat ini.

2. Maraknya penyebaran Ilmu hitam (jin, ilmu santet, ilmu gaib, penyamun, ilmu (Meeno/Tubakaga/Akaga,) yang ujung-ujungnya meminta darah manusia, ini sdh mulai berjalan sejak tahun 1963 sampai saat ini sekalipun susah di bhuktikan namun sedang merengkut puluhan ribu nyawa manusia dan ini sedang menjadi rahasia umum saat ini.

3. Pembiaran penyebaran penyakit menular yang sangat luar biasa, seperti: Spillis, TBC, dan terakhir saat ini penyakit HIV/AIDS tanpa penanganan yang serius dan cepat dari Pemerintah Indonesia yang menyebabkan ratusan ribu nyawa orang Mee telah meninggal sejak tahun 1963 hingga saat ini.

4. Meningkatnya kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korbannya ribuan orang Mee hingga saat ini.

5. Meningkatnya Penghilangan orang, pembunuhan kilat, keracunan melalui gas dan makanan sampai saat ini cukup banyak sehingga ribuan orang masih terus menjadi korban hingga saat ini.

6. Banyak pria dan wanita muda mengalami kemandulan saat ini yang menyebabkan kehilangan ribuan manusia.

7. Kurangnya sosialisasi tentang pola hidup sehat dari pemerintah dan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat itu sehingga ribuan nyawa orang Mee menjadi korban melalui penyakit biasa yang sebenarnya dapat di cegah contohnya; Malaria dan sebagainya.

8. Sementara model kematian yang telah disebutkan ini masih terus berjalan kini muncul lagi Model yang baru yaitu tabarak lari, keracunan gas dan keracunan makanan, model ini kini sudah banyak menelan korban dan tidak menutup kemungkinan korban akan bertambah lagi.

Kalau itu sudah jalan dan terus menerus berjalan. Maka, tidak ada yang dapat di bantahkan pernyataan seorang dokter senior berambut putih dr. Gunawan mengatakan bahwa, “Suku Mee sedang dalam bahaya yang besar sedang dalam ancaman kepunahan. Pandangan beliau ini hanya dari sisi kesehatannya belum lagi dengan kematian yang disebabkan oleh faktor penyebab lainnya.”

Waspadalah, hidup di dunia ini hanya sekali, sudah saatnya pemerintah mepago tangani rakyatnya dari ancaman kepunahan, jangan pernah berdansa di atas tangisan darah rakyatnya.

(Penulis adalah Yusuf Kobepa, Intelektual Muda Mee)

Editor: Muyepimo Pigai



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Orang Mee Dalam Bahaya yang Besar