Pertambangan Ilegal di Degeuwo/Ist |
Oleh
: Demianus
Nawipa
1. Tektonisme
Di Daerah Derewo (Degeuwo)
Secara Geologi Regional Papua,
Daerah Degeuwo sangat menarik untuk mempelajari tentang aplikasi ilmu geologi,
oleh karena posisinya terletak pada jalur sesar naik yang diakibatkan oleh
proses tektonisme yang telah lalui selama jutaan tahun, dan prosesnya sedang
berlanjut sampai saat ini. Bukti adanya sedang berlangsung proses tektonisme
tersebut, telah dideskripsikan objek batuan yang disebut dengan batuan metamorf
derewo (degeuwo). Objek batuan metamorfi tersebut, bisa dipelajari pada peta
geologi lembar Enarotali dengan nomor:3112 yang dipetakan oleh Belanda dan
dikompilasi oleh peta geologi Indonesia (BAKOSURTANAL). Kemudian, berdasarkan
hasil anasilisi penulis, tentang geofisika dengan data gempabumi yang pernah
terjadi mulai sejak tahun 1900 – 2009, di atas 6 SR, yang terekam pada alat
perekam (seismograf), wilayah Nabire dan Paniai serta Degeuwo termasuk daerah
yang rawan terhadap bencana geologi, akibat pergerakan tektonisme yang masih
aktif itu.
Wilayah Derewo (Degeuwo) juga
mempunyai sebuah sungai yang mengalir mengikuti sepanjang sesar naik (sesar
naik derewo), yang kepala airnya terletak di pegunungan Grasberg Papua, dan
muaranya terletak di bagian lagari timur, teluk cendrawasih (teluk saireri), Papua. Di bagian barat
laut daerah Derewo juga terbentuk sebuah jajaran pegunungan Weyland (mee : Kobougebago), yang disebut dengan
sesar sungkup weyland. Secara
geomorfologi dan tektonisme, sepanjang garis sesar sungkup weyland dari selatan
ke utara dahulunya, merupakan sebuah garis pantai antara kepala burung
(vogelkop island), dan tubuh burung (vogelbody), yang selanjutnya terbentuk leher
burung (vogelneck) , dan akhirnya terlihat sebuah pulau utuh yang disebut Pulau
Papua. Proses tersambungnya kepala burung dan tubuh New Guinea terjadi karena,
adanya proses tektonisme regional, akibat pergerakan lempeng, yaitu lempeng
Australia-Indo, dan lempeng pasifik
dengan pergerakan konvergen sehingga terbentuk dan tersambung sebuah
jajaran pegunungan tengah sampai kepala Burung Papua.
Sebagai sarjana muda geologi dan
sebagai mahasiswa geologi, saya memberikan sebuah catatan atau pernyataan
bahwa; secara proses pembentukan sejarah geologi dan tektonisme dalam jutaan
tahun yang telah diuraikan tadi, maka soal ketersedian sumberdaya alam terutama
sumberdaya mineral logam seperti; emas, perak dan tembaga serta sejenisnya yang
ada di daerah tersebut, tidak boleh menipu dan ditipu (melimpah). Oleh sebab
itu perlu ada suatu kajian ilmiah yang lebih dalam oleh lembaga kampus atau
lembaga swasta serta lembaga adat di Papua. Kemudian, hasil kajiannya dilakukan
suatu inventarisasi yang terukur sebagai sumberdaya alam yang layak dinikmati
oleh orang asli daerah untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka, sebelum
direbut menjadi daerah penambangan besar yang akan dilakukan oleh para pemangku
kepentingan dan para investor asing.
2. Sejarah
Penambangan dan Tiga PT.Di Daerah Sepanjang Sungai Derewo (Degeuwo)
Pada awalnya, di daerah sepanjang
sungai Degeuwo, tidak diketahui oleh publik, hanya yang tahu adalah suku mee,
moni dan wolani sebagai masyarakat asli lokal di daerah tersebut. Sebelum, para
pendulangan liar (illegal) datang ke sana, di bagian barat dari daerah degeuwo,
yang berdekatan dengan daerah Nabire Kota, telah dikenal sebagai pendulangan
emas, yaitu daerah topo sampai kilo seratus. Kemungkinan besar, motif hadirnya,
pendulangan emas illegal di Degeuwo itu, hanya karena satu jalur atau satu
kawasan dengan pendulangan emas dilakukan di Topo sehingga sejak tahun 2001, di
daerah sepanjang sungai Degeuwo juga, dilakukan pendulangan emas secara
diam-diam.
Namun, secara nyata sejak tahun
2003, pendulangan emas yang bersifat illegal itu, memasuki tiga PT.berbadan hukum
yang ijin masuknya perlu dipertanyakan. Ketiga PT.tersebut adalah PT.Compur
Salmon Mining, PT.Marta Mining dan PT.Satria Servis Air, sampai saat
ini ketiga PT. ini dikordinir oleh PT.Wets With Mining Limited, yang
diketuai oleh Mikael Quinert. Selain itu, pengusaha-pengusaha yang punya
PT.berbadan hukum tadi, diamankan oleh para anggota TNI/Polisi, BIN/BAIS lokal
serta pihak-pihak yang berkepentingan tanpa dikoordinasi dengan masyarakat asli
daerah Degeuwo.
Daerah Degeuwo (Tagipige)
dahulunya, termasuk sebuah kampung hutan berantara yang penghuninya hanya suku
mee, moni dan wolani. Kampung tersebut termasuk dalam kecamatan Bogobaida dari
kabupaten paniai. Tetapi, bupati Paniai Hengki Kayame, menjadikan daerah itu
sebagai sebuah kecamatan tersendiri, sejak tahun 2015.
3. Penghancuran
Ekologi di Daerah Sepanjang Sungai Degeuwo,
Secara teori, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan
dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan
logos ("ilmu"). Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan
makluk hidup serta lingkungannya.
Daerah degeuwo secara ekologis,
sangat membanggakan sebagai suatu kekayaan alam demi daerah, khususnya bagi
masyarakat asli daerah yang hidup di sana. Sebelum, masyarakat lokal mengenal
dunia luar (hidup modern), mereka selalu hidup berakrab dengan alam sekitarnya,
sehingga suatu kehidupan secara alami terjadi secara sempurna antara makluk
hidup yang satu dengan makluk hidup yang lain.
Sebelum para pengusaha datang
kesana, kehidupan masyarakat lokal berakrab dengan alam sekitarnya, sebagai
suatu tempat berkebun, beternak, dan berburu secara lokal sebagai kebutuhan
hidup mereka. Namun, sayangnya itu, mereka tidak tahu bahwa sumberdaya mineral
logam yang ada di bawah rumah dan kebun mereka. Saat ini, mineral logam emas
itu, didulang dan dinambang oleh para pengusaha bukan orang asli daerah,
sehingga terjadi perubahan dan penghancuran lingkungan dan ekologi hayati bagi
orang asli daerah di daerah tersebut.
Penghancuran ekologi hayat
terjadi karena, pengaruh akulturasi budaya hayat para pengusaha dan masyarakat
lokal, penebangan hutan berantara oleh para pengusaha di sepanjang sungai
degeuwo, dibuangnya DDT dan sejenisnya di sepanjang sungai degeuwo oleh para
pengusaha, dan melakukan kebiasaan hidup orang bukan masyarakat asli terhadapa
masyarakat lokal sehingga mengganggu kehidupan alami suku asli. Catatan
saya bahwa; perlu ada penelitian dan kajian lebih dalam oleh para ekolog
(ilmuan ekologi), bekerjasama dengan lembaga adat daerah di daerah tersebut.
4. Fenomena
Akibat Penghancuran Ekologi Hayat Di Daerah Degeuwo
Fenomena perubahan
tatanan hidup masyarakat asli di sepanjang sungai degeuwo, terjadi karena para
pengusaha orang bukan asli datang mendulang secara illegal yang didukung dengan
PT.berbadan hukum serta pihak keamanan, TNI dan BIN/BAIS. Penambangan/pendulangan
emas secara illegal itu menjadi pemicuh utama terjadinya perubahan-perubahan
itu, maka perlu dipertanggungjawabkan, dengan cara, bekerja sama dengan
masyarakat adat, gereja dan lembaga akademisi yang ada, bila tidak
dipertanggungjawabkan, maka penambangan emas tersebut dijadikan daerah
pendulangan rakyat asli atau bila perlu ditutup.
Berdasarkan Data
lapangan yang dilaporkan oleh sekertatis LPMA SWAMEMO, Yohanes Kobepa,S.Kom adalah sebagai berikut :
Semua
pengusaha yang ada di Degeuwo tidak memiliki ijin,
tetapi mereka naik ke Degeuwo dengan difasilitasi pesawat helicopter dengan seenaknya
saja. Para pengusaha tadi itu, selain mereka mendulang/menambang emas, mereka
juga membuka usaha-usaha lain seperti; membuka agen MIRAS, membuka
barang-barang dengan harga mahal, karaoke, bilyard dan mebuka usaha wanita Seks
AIDS / HIV dan usaha mereka itu semua diamankan oleh TNI/Polisi, BIN/BAIS serta
sejenisnya. Jadi, menurut kobepa, saat ini masyarakat asli degeuwo semakin
tidak berdaya, oleh karena berbagai hal yang dihadirkan oleh para pengusaha
tadi, mulai sejak tahun 2003 sampai saat ini.
Oleh sebab itu,
sebagai putra daerah asli dan juga sebagai Sekertaris LPMA SWAMEMO, mempunyai dua
pertanyaan sebagai berikut :
Apakah kegiatan
seperti ini hadir, ada posisi hak masyarakatnya ? Jikalau benar negara kita adalah
negara hukum, Mana tindakan yang sebenarnya-benarnya terhadap para pengusaha
yang tanpa ijin di degeuwo ?
5.Saran
Penulis menyusulkan
beberapa hal terkait “Penambangan Emas Di Sesar Naik Derewo, Menghancurkan
Ekologi Hayat,” secara sudut pandang geologi, daerah derewo telah dijelaskan
pada tulisan awal, bahwa Papua merupakan sebuah pulau yang terbentuk karena
pergerakan konvergen antara lempeng Australia dan lempeng pasifik, dalam jutaan
tahun, dan proses orogenesa dan tektonogenesa telah terjadi sepanjang waktu
itu, gejalanya saat ini ahli seismologi menyatakan pulau Papua termasuk jalur
cicin api pasifik (ring of fire). Oleh sebab itu, saya usulkan agar kedepannya
tidak menyesal di atas kekayaan alam di daerah degeuwo khususnya dan Papua
umumnya, adalah sebagai berikut :
- Siapkan SDM putra daerah dalam bidang langkah selain kedokteran dan penerbangan oleh pemerintah daerah,
- Terkait dengan pendulangan/penambangan emas di degeuwo yang diduga illegal itu, perlu ada dialog yang mengeluruh antara masyarakat wolani, mee dan moni di Paniai,
- Pihak keamanan, TNI, BIN/Bais dan para pengusaha harus hargai orang asli daerah (masyarakat lokal) di kawasan degeuwo yang semakin hancur soal ekologi hayati mereka,
- Perlu ada satu lembaga yang benar-benar memihak kepada masyarakat lokal di degeuwo, biar kedepannya saling percaya dan koordinasi antara semua pemangku kepetingan berjalan secara aman dan terkendali,
- Pemerintah daerah harus ditutup terkait usaha-usaha orang melayu (perempuan pekerja sex bebas), MIRAS serta usaha lainya yang menghancurkan masyarakat asli di degeuwo yang dibuka oleh para pengusaha itu.
Demikian tulisan ini
saya bagikan melalui media online, biar semua yang peduli dengan masalah
sosial, lingkungan, kesehatan, dan pendidikan serta peduli budaya lokal, di
daerah pendulangan/penambangan illegal di degeuwo, paniai, papua, untuk
melakukan suatu penelitian dan mengkaji tentang semua persoalan di sana
berdasarkan disiplin ilmu yang dimiliki demi menghidupkan tatanan hidup
masyarakat yang lebih aman dan adil di atas tanahnya (kampunya) sendiri.
Penulis
adalah Mahasiswa Papua Yang Peduli Dengan
Pendidikan di Papua
#Referensi dari buku :
- Andrew J.Marshall, Bruce M.Beehler, ekologi papua, geologi tektonik hal.71 – 89, di translate dari yayasan obor indonesia, jakarta, 2012
- Anonim, nawipa demi, pengolahan data gempabumi untuk menentukan nilai percepatan tanah maksimum daerah nabire dan paniai berdasarkan peta geologi belanda, sikripsi sarjana muda geologi Universitas Papua, tidak diterbitkan, 2012
- J.katili dan R.Marks, geologi umum, departemen urusan penelitian nasional, jakarta, _
#Refensi dari media
internet :
- (baca : https://demimaki.wordpress.com/biokisah-ku/tektonik-geologi-papua/) dikutip pada 06 oktober 2016
- (dibaca : http://www.westwitsmining.com/) dikutip pada 06/10/2016
- (dibaca : http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-ekologi-dan-contohnya/) dikutip pada 06/10/2016
0 thoughts on “Penambangan Emas Di Sepanjang Sesar Naik Derewo, Menghancurkan Ekologi Hayat”