BREAKING NEWS
Search

Benarkah ?? Kokohnya Rasa Nasionalisme NKRI Di Tanah Papua

Pdt  Mecu Mauri, Ketua PGPI (kiri) dan Yan, L Ayomi,ketua Baleg DPRP (Kanan), saat dialog Interakif dengan topik Kokonya Rasa Nasionalisme Di Tanah Papua.JayaTV,16/08/15 lalu./KM

Menjelang memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke- 70 , tepat tanggal 16 Agustus 2015 lalu, beberapa tokoh-tokoh Papua mengadakan Dialog Interaktif mengenai dengan topik “Kokohnya Rasa Nasionalisme Di Tanah Papua” selama durasi waktu selama 2 stengah; mulai pukul 18.30 s/d 20.00 WPB.

Dalam dialog Interaktif ini di pimpin oleh Johanis Ezra (Reporter) bersama beberapa tokoh, diantaranya ; Yan, L Ayomi (ketua Baleg DPRP),jhon Noratou.(mantan Pejuang OPM),Max Alua (DPD KNPI Papua),Lafita Anum Siregal (Praktisi Hukum),Toko gereja (pdt  Christian Noya,S.TH) dan Pdt.  Mecu Mauri,MPA (Ketua PGPI )

Dialog tersebut telah dibahas dan ditayangkan melalu Jaya TV, edisi 16 Agustus 2015 pada malam hari.

Yan Ayomi minta Orang Asli Papua harus mempertahankan NKRI di tanah Papua dari sekarang untuk kepentingan anak cucu kita masa depan. Kita harus melupakan sejarah Papua di masa lalu, lanjut Ayomi, Alex dan Mauri.

Sementara itu Pdt  Mecu Mauri juga mengucapkan rasa bangga dan terima kasih kepada Tuhan Allah karena Orang Asli Papua sudah ada dalam NKRI.

Terlihat beda Pandangan dengan Latifa Anum Siregar. Ia  memandang masalah nasionalisme NKRI di tanah Papua sangat kompleks. Tidak mudah seperti apa yang dibicarakan oleh Pak Yan Ayomi, Max Alua dan lainnya.

Untuk pembangunan rasa nasionalisme di tanah Papua akibat kebijakan pemerintah Indonesia dan pendekatan TNI/POLRI secara berlebihan terhadap Orang Asli Papua. Contohnya, kita lihat saja peristiwa Paniai Berdarah, 8 Desember 2014 lalu yang hingga saat ini masih belum berani mengungkap siapa pelakunya, kata Siregar.

Bangun nasionalisme NKRI bukan caranya bagi-bagi bendera Merah Putih, pakaian, kursi, jabatan dan lain-lain, sedangkan pelanggaran HAM beratnya masih meningkat di tanah Papua, lanjutnya.

Melihat konteks seperti ini, benarkah, Kokohnya Nasionalisme NKRI di Tanah Papua???

Orang Papua yang terlibat dalam Dialog Interaktif tersebut yang mana nama-namanya disebut diatas, pantaskah, Mereka mengeluarkan pendapat yang seolah-olah Papua terhindar dari segalah penindasan dan pelanggaran HAM yang terus terjadi setiap saat ?  apakah mereka tidak menyadari akan persolan-persolan yang terjadi di atas tanah Papua ? ataukah  mereka- mereka ini, mencari nama baik untuk menafkai hidup mereka?

Kita Tidak Perlu Ingat Masa Lalu ?

Ketua Baleg DPR ,Yan Ayomi dengan tegasnya meminta Masyarakat Papua Jangan ingat masa lalu, tugas kita sekarang adalah bagaimana cara kita untuk menciptakan  Nasionalisme  kita terhadap NKRI, melihat sejauh mana rasa Nasionalisme terhadap NKRI dan  bagaimana cara kita untuk menjaga rasa Nasionalisme terhadap NKRI.

Selayaknya seorang Pemimpin yang bijak Ia harus mengetahui isi hati rakyat yang di wakilinya, tetapi pada kenyataannya beliau mengatakan sebaliknya, Dia lebih melihat kepuasannya dibanding penderitaan Rakyat. Mungkin ada benarnya atas perkataan yang disampaikannya, tetapi untuk membuktikan kebenaran dibuktikan dengan perbuatan yang benar, sejauh mana Indonesia Meng-Indonesiakan Orang Asli Papua.

Menjelang Hari Memperingati Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke- 70thn, pedangan-pedangan penjual atribut kenegaraan, mengamuk kepada wartawan, kalau hasil jualan mereka tidak laku habis tidak seperti tahun sebelumnya, “Biasanya atribut kami laku hhabis, tetapi kali ini tidak, kami menjual bender Merah Putih untuk kendaraan Roda 2 dan  roda 4 dan atribut lainya tapi tahun ini, benar-benar kami merasa rugi. Tegasnya

Kita dapat melihat dari percakapan penjual diatas, ini membuktikan bahwa Orang Papua merasa mereka bukan lagi bagian dari NKRI, Indonesia gagal Meng-Indonesiakan Orang Asli Papua (OAP) dengan kelalukan Negara Indonesia sendiri terhadap Masyarakat Papua.

Masalah Nasionalisme NKRI di tanah Papua sangat kompleks

Lafita Anum Siregal (Praktisi Hukum), memandang Masalah Nasionalisme NKRI di Tanah Papua sangat kompleks, Tidak mudah seperti apa yang dibicarakan oleh Pak Yan Ayomi, Max Alua dan lainnya. 

Ibu Anum menegaskan, Untuk pembangunan rasa nasionalisme di tanah Papua akibat kebijakan pemerintah Indonesia dan pendekatan TNI/POLRI secara berlebihan terhadap Orang Asli Papua.

Contohnya, kasus-kasus pelanggaran HAM ditanah Papua meningkat tahan TAPOL meningkat, Makar dimana- mana tanpa melihat persoalan dengan baik, sementara itu saat ini di Papua kekerasan terhadap mama-mama Papua, pembunuhan terus terjadi setiap saat, masalah pendidikan sangat minim, dan masih ada kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan sampai saat ini, seperti kasus Biak Berdarah, Wamena berdara, Wasior, AB/Uncen berdarah, Doggiyai Berdarah, Paniai Berdarah dan masih banyak lagi kasus-kasus pelanggaran HAM lainya.

Kata ibu Anum, Bangun nasionalisme NKRI bukan caranya bagi-bagi bendera Merah Putih, pakaian, kursi, jabatan dan lain-lain.

Pandangan Ibu Anum ini sangat dibenarkan, seharusnya seorang tokoh Papua, selayaknya harus berbicara seperti Ibu Anum, bukan sebaliknya. Ibu Anum mengajarkan kepada tokoh2 Papua lainnya untuk melihat persoalan lainnya dengan koca mata yang luas, bukan semena-mena mengatakan apa yang ada di depan mata yang sesaat, bagai panas-panas tai ayam, tenggelam dalam dalam dunia sesaat.

Melihat dari perbincangan ini, terbukti bahwa ada sekelompok orang Papua yang distrir untuk mempertahankan NKRI tanpa melihat persoalan Papua yang sebenarnya, dan mereka memanfaatkan momen-momen dimana mendatangan nasib sesaat yang menguras rakyat Papua. NKRI menjadi terobosan kepunaan yang menghilangkan harapan orang papua. Dengan perjalanan yang panjang menjadi satu ukiran yang tak bisa di lupahkan oleh bangsa Melanesia adalah ketidakadilan dan ketidakpedulian yang masih menjadi liang kekerasan TNI/PORLI di atas tanah Papua. Sejak tahun 1963-an sampai saat ini orang papua masih merasakan semua hal yang menjadi tongkat dari kepunahan. Hal ini kita telah lihat , saksikan dan rasakan persoalannya; yaitu paniai berdarah, 8 desember 2014 yang sampai saat ini belum memberikan kejelasan dan peninjauan yang pasti oleh pemerintah pusat dan tim penyelidikan pelanggaran Ham berat di paniai yang telah di bentuk oleh komnas HAM pusat .

Bahkan adapun pemerintahan NKRI yang menjadikan orang Papua sebagai sukurupnya Jakarta. Pemerintah indonesia memberikan berbagai program terhadap orang Papua mulai dari proyeksi yang bersifat mikro maupun makro tetapi ujung –ujungnya pada kepunahan dan kemelaratan orang Papua. Dengan melihat kembali semua ini, orang Papua memiliki hak tanah dan wilayah sebagai orang asli Papua (OAP) yang menginginkan adanya hak wilayah dengan FAMISASI sebagai tanah kelahiran dan leluhur Orang Papua.

Kepercayaan Orang Asli Papua terhadap NKRI telah terputus sejak 54 tahun lalu. Walaupun ditayangkan di JayaTV Soal Rasa Nasionalisme NKRI  di Tanah Papua bukan milik 1,2 orang saja seperti apa yg dibicarakan Pejabat Papua bicara Nasionalisme NKRI karena lihat Uang di belakangnya.

Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa, persoalan rasa nasionalisme terhadap NKRI bukanlah suatu hal yang mudah, untuk menciptakan nasionalisme itu perlu tindakan yang nyata, bukan soal dialog dan lainnya, sehingga siapa saja yang dipilih untuk terlibat dalam hal semacam itu perlu mempertimbangkan apa yang harus saya katakan dan apa yang tidak perlu katakan, jangan karena kebahagiaan sesaat menyetir anda masuk dalam liang serigala yang ganas. Dalam keadaan apapaun dalam kehidupan, kita tidak perlu mengorbangkan iman kita. Tuhan akan menolong kita dengan cara yang tidak pernah kita duga. Jangan takut kepada siapapun jika kita ditugaskan untuk mewartakan kebenaran kepada lain, apalagi kebenaran itu adalah kebenaran yang berasal dari Tuhan sendiri. Kekuatan adalah musuh bagi perkembangannya kebenaran karena orang tidak berani mengambil resiko terhadap dirinya sendiri. Maka wajib menyuaran dengan kebenaran yang terjadi,jangan dimanipulasi.(Mako/KM)






TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


1 thought on “Benarkah ?? Kokohnya Rasa Nasionalisme NKRI Di Tanah Papua