BREAKING NEWS
Search

Membangkitkan Nasionalisme, Belajar dari Realita


Oleh : Yaning Fly

Suara Aktifis Papua

Artikel, (KM)--Kehidupan generasi hari ini menjadi tantangan terhebat dalam pembangunan tubuh kebangsaan Papua Barat.  Karena minimnya pengetahuan tentang pentingnya perjuangan sehingga banyak generasi bahkan orang-orang terdidik lainnya tenggelam dalam eforia pembangunan yang didesain penjajah. Sampai hari ini terlalu banyak kesedihan yang dialami oleh rakyat bangsa Papua Barat, dimana hampir mayoritas rakyat Papua mendambakan kemerdekaan tetapi sikap nyata untuk berdiri menentang keberadaan penjajah tidak terlihat. Entah apa sebabnya, sehingga dalam waktu-waktu menuju puncak pencapaian  penentuan nasib sendiri bagi bangsa Papua Barat, masih ada juga orang Papua yang tertidur dalam kelambu penjajahan.

Ini merupakan tantangan, bagaimana caranya kita membangkitkan nasionalisme Papua Merdeka dalam diri setiap orang pribumi Papua. Bagaimana caranya agar semua orang bisa terlibat dalam perjuangan Papua Merdeka. Sebab nasionalisme Papua Merdeka sangat penting dalam mendirikan   Negara Republik Papua Barat.

Penyadaran kepada rakyat Papua Barat harus dipandang sebagai hal terpenting kita, sehingga kapan saja, dan dimana saja penyadaran tentang Papua Merdeka itu dilakukan. Buatlah orang selalu berdiskusi tentang Papua Merdeka, baik itu orang Papua ataupun pendatang, baik anak sekolah maupun PNS atau siapa saja dan dimana saja. Papua Merdeka harus menjadi hantu yang selalu mengganggu kenyamanan orang. Papua Merdeka harus menjadi topik terhangat setiap hari seperti cahaya fajar yang membangunkan manusia.

Bagaimana caranya nasionalisme itu dapat bertumbuh !


Rakyat Papua hanya perlu disadarkan melalui realita yang menimpa kehidupan sehari-hari sebagai dampak dari pada kesalahan sejarah masa lalu. Banyak fakta yang terjadi dalam kehidupan manusia Papua namun hal itu tidak begitu serius untuk diperhatikan dan dipelajari sehingga banyak orang Papua masih tertidur. Sehingga untuk membangkitkan semangat nasionalisme Papua Merdeka, setiap persoalan harus diangkat untuk diketahui oleh publik Papua, agar setiap persoalan dan masalah yang menimpa orang Papua itu menjadi landasan bijak bagi bangsa Papua untuk dapat menjiwai nasionalisme Papua Merdeka merdeka.

Mengenal realita Penjajahan !


Penjajahan itu penguasaan kehidupan suatu bangsa oleh bangsa lain. Dalam kontek penjajahan di Papua oleh bangsa Indonesia, kita  harus belajar untuk mengenal siapa itu Indonesia di Papua. Mengapa Indonesia ada di Papua, dan apakah keberadaan Indonesia di Papua membawa dampak yang begitu baik bagi orang Papua. Kita harus mengenal dengan baik  siapa itu Indoesia, mengapa Indonesia ada di Papua, dan lain-lain.

Dari pertanyaan-pertanyaan itu kita dapat memperuncing pola pikir kita tentang fakta dan realita sebagai dampak dari pada penjajahan di Papua, seperti :
  1. Berapa jumlah saudara kita yang bersekolah hari ini?
  2. Berapa jumlah siswa asli Papua di sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA-SMK hari ini?
  3.  Apakah keluarga kita ada yang meraih sarjana?
  4. Berapa jumlah sarjana, master, doktor dan profesor dari suku da marga kita hari ini sejak 54 tahun lamanya Indonesia mengklaim Papua bagian dari Indoensia?
  5. Berapa jumlah saudara kita yang hari ini bekerja dalam birokrasi pemerintah?
  6. Berapa upah-gaji yang diterima setiap bulan?
  7. Apakah gaji mereka mampu menjawab kebutuhan ekonomi keluarga selama sebulan?
  8. Apakah keluarga sekampung atau semarga ada yang meraih gelar master atau profesor?
  9. Apakah keluarga sekampung atau semarga ada yang menjadi dokter?
  10. Bagaimana dengan nasib anak-anak yang bergantung kepada hasil jualan sayur dari orang tua, apakah mereka dapat meraih impian sebagai  sarjana, master, doktor dan profesor?
  11. Mengapa pemerintah memekarkan kabupaten dan distrik jika dari kita sendiri belum ada sumber daya manusia yang cukup?
  12. Mengapa birokrasi Pemerintah daerah tidak diisi saja oleh orang asli Papua, tetapi banyak diisi oleh kaum pendatang?
  13. Mengapa pemerintah tidak membatasi arus imigran dari luar Papua?
  14. Berapa jumlah orang Papua yang bekerja sebagai PNS?
  15. Berapa jumlah orang Papua yang bekerja sebagai guru?
  16. Berapa jumlah orang Papua yang memiliki profesi pertukangan?
  17. Berapa jumlah orang Papua yang memiliki kios?
  18. Berapa jumlah orang Papua yang memiliki toko?
  19. Berapa jumlah orang Papua yang memiliki  Bengkel Motor?
  20. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai buruh pelabuhan?
  21. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai buruh di bandar udara?
  22. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai sopir taxi?
  23. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai tukang ojek?
  24. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai Nelayan?
  25. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai Satpam?
  26. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai Satpol?
  27. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai anggota Dewan?
  28. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai Kontraktor
  29. Berapa jumlah orang Papua yang berprofesi sebagai Wartawan
  30. Dan lain-lain.

Penguasaan sektor-sektor kehidupan orang Papua oleh kaum pendatang telah menciptakan diskriminasi sosial. Orang Papua tidak dapat duduk dalam bidang-bidang penting, karena setiap porsi birokrasi pemerintah telah diduduki oleh para Intelek kaum pendatang. Sarjana Papua menjadi pengangguran, sementara pemekaran distrik terus dibuka untuk mengadopsi Intelektual pendatang yang berjamur dari berbagai nusantara. Rakyat Papua ingin mengamuk, sementara militer berdiri dibelakang kaum pendatang untuk mengamankan kepentingan Penjajahan (Fakta).



Pintu birokrasi tertutup, rakyat memilih untuk bertani, sementara transmigrasi telah diijinkan pemerintah untuk menjalankan sistem pertanian moderen sehingga sektor ekonomi pasar tradisional dikuasai oleh hasil olahan kaum imigran. Sebagian mencoba untuk melaut sebagai cara lain untuk memperoleh penghasilan dan membiayai hidup, namun hasil yang di dapat juga tak menjanjikan karena pasar ikan telah dikuasai pendatang. Akhirnya jualan pinang menjadi alternatif terakhir, yang entah kapan kaum pendatang akan menguasai sektor ekonomi kecil ini dan apa jadinya lagi kehidupan ekonomi rakyat pribumi nantinya bila sektor ekonomi sekecil inipun disabotase oleh orang pendatang.

Pada sektor lain, para pengrajin kayu juga mengeluh karena hutan telah dikuasai oleh kapitalis, hutan telah digarap habis,  hutan telah menjadi obyek pasar kaum pemodal. Sementara rakyat Papua yang ingin menebang kayu untuk menopang kebutuhan ekonomipun dihadang oleh Dinas Kehutanan, dengan alasan penebangan liar.

Ini realita kehidupan orang Papua yang memprihatinkan, kesulitan makin tinggi. Pembangunan yang terjadi telah menciptakan kehancuran bagi masa depan generasi. Dari sisi lain, karena sektor-sektor ekonomi orang Papua telah disabotasi oleh kaum pendatang, akibatnya rakyat merasa terhimpit dan kesulitan dalam mencari nafkah, sehingga  tanah dan sumber daya alam menjadi sasaran untuk diperdakangkan, akhirnya rakyat Papua hidup sebagai orang asing di tanah sendiri.

Sangat disayangkan, seperti bom waktu yang entah kapan akan meledak, rasa sakit yang terpendam dalam diri rakyat kecil begitu dalam. Hingga mereka yang tidak dapat bersuara memilih pergi menyendiri di dusun-dusun, ada yang memilih untuk mengikat diri dalam kehidupan bebas sehingga memilih kematian melalui jalur miras (Fakta).

Tidak hanya itu, kaum kapitalis merong-rong masuk seperti malaikat terang dengan menawarkan berbagai pembangunan, jalan, bandara, jembatan, pelabuhan laut dan lain –lain, sambil mencuri hasil bumi orang Papua dengan memainkan harga yang sekecil mungkin kepada rakyat Papua dalam keterbatasan pengetahuan (Fakta).                                
    
Hasil penjualan coklat, pala, kopra dan lain-lain hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesaat, dan tidak dapat dipakai untuk berinvestasi ke masa depan. Akhirnya, generasi yang sedang berjuang melepaskan pakaian abu-abu dibangku SMA kebingungan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan penghasilan orang tua. .............Ini salah siapa..........?

Realita hari ini perlu menjadi pelajaran bagi kita. Berapa lama lagi kita harus memberi sanjungan kepada bangsa penjajah ini? Kita tidak dapat berdiam diri dan terus menerus tunduk kepada aturan hukum yang dibuat oleh penjajah, sebab hukum dibuat untuk sebuah kepentingan. Kita harus nyatakan sikap perlawanan, kita harus merombak seluruh gaya pandang kita, kita harus selamatkan generasi.

Lihat, penderitaan yang kita alami hari ini akan lebih berat jika kita tidak bertindak dari sekarang. Generasi yang sekarang ada pada jenjang pendidikan sekolah dasar akan memikiul beban yang begitu besar kemudian, jika kita tidak bertindak untuk melawan sistem negara penjajah ini dari sekarang. Sebab setiap sektor kehidupan orang Papua kini dikuasai oleh bangsa penjajah dan kapitalis.

Jangan memukul dada saat ada anak-anak kita yang telah meraih sarjana, jangan bangga karena jabatan-jabatan yang sementara saudara ataupun anak-anak kita dapatkan sebab itu tidak akan merubah nasib generasi bangsa. Sebab diatas mereka ada konstitusi atau hukum negara penjajah yang mengatur langkah gerak mereka.

Lihat, berapa nilai upah-gaji yang diperoleh sebagai sarjana muda dalam birokrasi kolonial, dan bandingkan dengan tingkatan kebutuhan manusia, apakah nilai upah maksimal untuk membiayai kebutuhan hidup selama sebulan? Apakah nilai upah yang diterima mampu mencukupi kebutuhan keluarga jika pekerjanya adalah seseorang yang telah berkeluarga. Dan terus bagaimana dengan adik-adiknya yang sementara dibangku pendidikan, dan bagaimana dengan kebutuhan istri dan anak-anak, dan bagaimana dengan anak-anak dari saudara-bersaudara? Sangat tidak maksimal untuk menjawab kebutuhan ekonomi keluarga. Terpaksa untuk memenuhi semua kebutuhan itu, manusia Papua harus melakukan pencurian, alias korupsi dalam lingkungan birokrasi pemerintah agar dapat memenuhi setiap kebutuhan itu. Ini sesuatu yang tidak terpuji, karena upah buruh atau para pekerja dalam institusi pemerintah tidak sesuai dengan upah yang dibayarkan. Lebih lagi, jika dibanding dengan hasil kekayaan alam Papua yang menjanjikan, sudah selayaknya manusia Papua dinafkai oleh negara sejak ia masih dalam kandungan, namun sampai hari ini penderitan orang asli Papua terus berlangsung.

Sementara itu, ruang kebebasan untuk menyampaikan pendapat (Demokrasi & Hak Asasi Manusia) diinjak-injak oleh aparat Negara. Pembunuhan terhadap orang asli Papua terus berlangsung, baik secara sadar maupun tidak sadar. Orang Papua seperti babi peliharaan yang meunggu waktu untuk disembelih.

Langkah apa yang harus diambil?

Setelah melihat  kondisi kehidupan bangsa hari ini, kita perlu menerapkan pola, sikap, dan karakter  yang kuat dalam membangun tubuh kebangsaan Papua.  Kita tidak boleh menjalani hidup seperti orang merdeka hari ini, karena kita masih dalam penjajahan, karena kita masih sementara berjuang. Jika anak-anak kita hari ini sementara ada dalam dunia pendidikan, ajaklah ia berpikir sebagai bangsa yang terjajah, tanamkan di dalam dirinya emosional untuk bersaing secara sehat membawa impian bangsa untuk Merdeka karena dia adalah korban penjajahan. Didiklah dia untuk berseragamkan Nasionallisme Papua Merdeka. Didiklah dia sebaik mungkin agar memiliki mental sebagai pemimpin revolusi yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa Papua. Jangan menaruh impian di dalam dirinya sekecil pegawai Negeri atau  Pejabat dari hasil jerih payahnya di bangku studi, tetapi didiklah ia untuk berdiri sebagai pelopor yang dapat memperkuat  tubuh gerakan pembebasan Papua Barat.

Jika anda adalah pegawai Negeri Sipil, atau TNI/Polri, atau Pekerja Swasta, atau Pengusaha, ubahlah cara berpikir anda untuk menopang gerakan perlawanan menuju bangsa Papua yang merdeka. Jangan anda hiraukan perjuangan yang sementara berlangsung, sementara anda hidup enak seperti orang merdeka, tetapi bahu-membahulah, bergandengan tangan, sisipkanlah seribu rupiah dari hasil jerih payahmu untuk menopang perjuangan. Sebab bangsa yang terjajah yang sementara berjuang tidak memiliki donatur, tetapi andalah yang dapat diandalkan sebagai penopang perjuangan. Kita semua harus menjadi aktor perjuangan pembebasan Papua Barat.

Lakukan boikot sumber daya manusia Papua. Buatlah generasi yang tamat dari perguruan tinggi hari-hari ini menggunakan kemampuannya untuk memperlancar jalannya perjuangan. Jadikan Papua Merdeka sebagai tujuan mereka. Jangan membuat ramai negeri ini dengan Pembangunan, jangan aktif dalam setiap program pemerintah kolonial. Jauhkan Generasi dari setiap aktifitas Kolonial. Buatlah generasi benar-benar memahami dan membenci sistem kolonial.

Mama-mama Papua meskipun penghasilanmu tidak seberapa dipasar, tetapi demi kemerdekaan bangsa Papua dan demi anak cucumu, sisipkanlah seribu rupiah bagi perjuangan. Sebab kita harus memulai dari kesusahan yang ada, kita tidak dapat menunggu uluran tangan pejabat, sebab tidak ada kemerdekaan yang terjadi tanpa ada pengorbanan.

Kita yang mengerti tentang teknologi informasi, kita perlu menjelajah dunia Internet dan menggali informasi sebanyak mungkin tentang Papua Merdeka, dan sampikan kepada sesama rakyat Papua Barat. Jangan malu untuk membagikan informasi Papua Merdeka di dunia maya (Facebook). Tumbuhkan semangat Papua Merdeka diseluruh pelosok Negeri, diseluruh kalangan. Buatlah gema Papua Merdeka itu mewarnai kota-kota, desa, kampung, lembah, gunung dan lanjung-tanjung.

Berusaha untuk membiasakan hidup secukupnya, jangan mencari kelimpahan ditengah gelora perjuangan hari ini. Setiap kelimpahan berkat harus dipersembahkan kepada perjuangan. Buatlah semua manusia Papua merasa memiliki perjuangan.

Para pengrajin Noken, Gelang, Kalung khas Papua,  buatlah berbagai motif Papua Merdeka sebanyak mungkin, dan bagikan ke seleuruh orang Papua. Dan setiap orang Papua harus mengenakan busana atau pakaian dan berbagai pernak-pernik bermotif Papua agar tercium harum bau Papua Merdeka di mana-mana.

Ajarlah generasi untuk menkonsumsi makanan khas Papua lebih banyak dari pada makanan impor. Biasakan generasi dengan bahasa Daerah, bahasa Internasional, dan Bahasa persatuan Melanesia. Buatlah generasi untuk membenci bahasa penjajah Indonesia.

Upayakan perkawainan sesama ras Melanesia Papua, bagi laki-laki Papua jadikanlah Perempuan Papua Itu istimewa dalam cintamu dan  bagi perempuan Papua jadikanlah laki-laki Papua itu istimewa dalam cintamu. Hilangkan setiap perbedaan antara suku, gunung dan pante, bergaulah dengan sesama Papua, berceritalah dengan sesama Papua, duduklah dengan sesama Papua, berjalanlah dengan sesama Papua.

Pesan


Ingat, pendidikan tanpa Ideologi adalah ketelanjangan, jadi arahkanlah generasi kita untuk berpikir sebagai bangsa, ajar mereka untuk melihat realita, ajar mereka untuk mengenal sejarah bangsa. Mentalitas generasi harus dibangun, jangan kita hanya memaksakan generasi hari ini untuk aktif dalam dunia pendidikan tanpa memberikan  arah kemana tujuan mereka berpacu, yakni untuk berdiri sebagai bangsa yang Merdeka.

Jangan berhenti tanamkan di dalam diri generasi jati diri sebagai bangsa Papua. Tanamkan di dalam diri genereasi  satu tekad dan impian untuk mencapai tujuan satu bangsa yaitu Bangsa Papua yang Merdeka, dan didiklah mereka  untuk berpikir sebagai bangsa yang terjajah, sehingga mereka dapat berpikir untuk mengisi otak mereka dengan pola pikir revolusi.

Mereka harus menjadi aktor kebangkitan bangsa Papua. Bawa mereka untuk mengenal jati diri di hadapan TUHAN. Dan ingat, perjuangan bukan hanya milik rakyat kaki abu, tetapi semua orang kulit hitam dan berambut keriting, baik yang sekolah maupun yang tidak sekolah, baik yang Petani mapupun Nelayan, baik  yang pejabat maupun pegawai biasa, buruh, baik itu Polisi atau Tentara orang asli Papua.
Akhir kata, Hiduplah Sebagai Papua Sejati. Salam One Soul...!


TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Membangkitkan Nasionalisme, Belajar dari Realita