BREAKING NEWS
Search

Visi dan Misi Hidup Seorang Petualangan

Seorang Petuanlangan (Foto: Dok Frans P/KM)
Oleh: Frans Pigai

"Yang membuat hidup ini menarik adalah kemungkinan untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan."
(Paulo Coelho dalam buku Sang Alkemis)

Cerpen - (KM). Segala sesuatu di dunia ini ada untuk suatu tujuan. Bila seekor lebah saja diciptakan dengan tujuan, apalagi kita, manusia. Makhluk yang diberi kelebihan berupa akal dan kebebasan berkehendak. Malu dong ah kalau sampai kalah keren sama lebah.

Kita sering menyebut impian, cita-cita, tujuan hidup itu dengan istilah visi. Kesuksesan meraih visi tentu saja bukan sesuatu yang jatuh begitu aja dari langit atau diberikan cuma-cuma, melainkan butuh upaya. Upaya-upaya mencapai visi inilah yang disebut misi.

Visi

Visi saya simpel saja. Saya ingin hidup saya bermanfaat bagi orang lain. Bahkan meski kelak saya sudah tiada sekalipun, saya berharap jejak manfaat itu masih bisa dirasakan oleh mereka yang masih hidup.

Misi

Apa saja yang sudah, sedang dan akan saya lakukan untuk mencapai visi saya? Saya menyimpulkannya dalam dua poin saja, yang sama simpelnya.

Misi pertama, saya berusaha menyebarkan manfaat kepada orang lain melalui hobi saya, blog.

Kalau diingat-ingat, sebetulnya hobi menulis sudah ada sejak saya masih pelajar SD. Waktu itu saya sudah punya buku harian sendiri yang penuh dengan rahasia memalukan khas anak goresan hati. Selama bertahun-tahun kemudian, sudah beberapa buku harian tebal yang saya habiskan untuk menulis curhat, renungan dan impian saya, yang kemudian saya musnahkan karena takut kalau-kalau semua itu terbaca oleh orang lain.

Hobi ini masih berlanjut sampai saat ini, hanya saja medianya berbeda. Dulu buku harian, sekarang media online yang terpercaya sebagai media “Beragam dan Berimbang” di tanah Papua. Media online tersebut adalah www. kabarmapegaa.com dan sekarang saya menjadi seorang jurnalis muda Papua (wartawan) yang sedang bekerja di dunia jurnalis (wartawan muda Papua). Karena menulis untuk kepuasan diri sendiri, saya terkejut ketika menemukan ada orang-orang yang mengomentari tulisan saya. Mereka memperoleh manfaat dari apa yang saya bagi, atau setidaknya merasa terkuatkan karena menemukan teman senasib di dunia maya yang pernah mengalami problem sama.

Saya mulai mengurangi curhat tidak jelas-jelas yang sekiranya tidak ada hikmah atau hiburan baik yang bisa dipetik. Sebaliknya, saya mencoba berbagi tulisan yang lebih bermanfaat. Mulai dari informasi pendidikan (Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda Papua), resensi buku dan film (Sang Alkemis, Salahkan Bintang-bintang), opini saya soal topik yang sedang hangat diperbincangkan (Apapun Demi Sekeping Medali, Quick Count dan Darah Manusia dan Manusia Papua Bertopeng Indonesia), sampai orang-orang yang lewat sepintas dalam keseharian saya tapi memberikan pelajaran berharga (Semangat Pagi di Usia Senja, Panggil Dia Si Gagu).

Misi kedua, saya mencoba untuk bermanfaat bagi orang lain lewat pekerjaan saya sehari-hari.

Saya banyak bekerja di media. Tempat yang tidak menarik bagi sebagian teman-teman saya seprofesi, yang lebih menyukai interaksi langsung (wawancara) dan intervensi dengan masalah yang terjadi secara fakta. Di Papua bidang ilmu jurnalis ini memang masih kurang populer, kurang tersorot prestasinya untuk membenahi peristiwa-peristiwa yang terjadi di tanah air di sana. Tapi meski seolah bekerja "di belakang layar dan muka publik", orang-orang yang bergelut di bidang ini sesungguhnya punya banyak kiprah positif di masyarakat dan tanah.

Supaya bisa memenuhi misi kedua dengan lebih baik lagi, saya tetap belajar ilmu jurnalis ke jenjang yang lebih tinggi agar bisa menjadi orang yang berguna bagi rakyat dan tanah. Semoga ilmu yang saya dapat nanti aplikasinya bisa mendatangkan manfaat untuk masyarakat.

Akankah visi-misi itu tercapai?

Mungkin saya bukan blogger fenomenal yang isi blognya cukup simpel untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin saya juga belum bisa mendulang limpahan rupiah (apalagi dolar) dari ratusan cerita yang saya abadikan di blog. Dan sangat mungkin sebagian tulisan saya bahkan manfaatnya tak akan sanggup menjangkau sekian banyak netizen di dunia maya, karena hanya dibaca oleh satu, dua orang saja.

Tidak apa-apa. Mengetahui tulisan saya berguna bagi pembaca itu, walau cuma satu orang sekalipun, rasanya membahagiakan.

Mungkin saya tidak akan jadi jurnais (wartawan) profesional, peletak fondasi ilmu jurnalis yang karya-karyanya sekarang dijadikan referensi oleh bangsa dan rakyat Papua. Mungkin juga! Saya tidak akan bisa menyelamatkan nyawa sebanyak tapi secara fakta saya akan tetap mewartakan dalam dunia jurnalis. Dan sangat mungkin nama saya tidak akan diingat dalam sejarah, yang dipenuhi orang-orang hebat dan lebih berhak untuk dikenang.

Tidak apa-apa. Saya tidak keberatan bila setelah mati nanti, saya dilupakan oleh zaman. Selama dengan ilmu yang saya miliki saya bisa meninggalkan satu warisan kecil yang bermanfaat. Satu kerikil di antara bebatuan lain, yang di masa depan nanti menyusun istana bernama kemajuan peradaban.

Wah, ternyata visi misi hidup sama sekali tidak sesimpel yang tadi saya bilang. Mencanangkan impian, tujuan hidup itu seperti berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan berusaha mengisi gelas kehidupan kita sepenuh-penuhnya. To live our life to the fullest. Memang bukan janji yang enteng, dan bisa jadi butuh waktu seumur hidup untuk melunasinya. Tapi seperti kata Paulo Coelho yang saya kutip di awal tulisan ini, bukankah itu yang membuat hidup ini menarik?
 
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Tanah Kolonial Indonesia


TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Visi dan Misi Hidup Seorang Petualangan