Oleh: Yanpit Kotouki
Opini ini timbul setelah membaca buku Politik Kuasa media karya Noam Chomsky
yang diterjamahkan dari judul aslinya Media
control: The Spectacular Achievements of Propaganda. Buku ini diterbitkan
di New York pada tahun 1977 dan dalam bahasa Indonesia September 2006 (Cetakan
kedua, edisi revisi).
Chomsky adalah seorang analis senior
dalam bidang social. Dia sangat piawai dalam melakukan analisis-analisis sosial
kontemporer. Dalam bukunya, Chomsky, membeberkan kepentingan-kepentingan
politik para penguasa di Amerika Serikat
dalam memengaruhi massa menggunakan media massa. Media massa sangat berandil
penting dalam membentuk opini masyarakat. Dan terbukti para penguasa yang
‘berkolega’ dengan media massa adalah penguasa yang berada pada kekuatan yang
mapan. Jika dilihat dari kaca mata politik, seperti demikian. Namun adapula
kepentingan-kepentinga lain yang diperankan media melalui
pemberitan-pemberitaan informasinya, seperti ekonomi, sosial, pendidikan dan
budaya, dan lain sebagainya, sehingga media massa sangat berandil penting dalam
membentuk opini masyarakat.
Apakah
Yang Diberitakan Media Selalu Benar?
Ini adalah pertanyaan kritis yang
mendorong kita untuk skeptis terhadap informasi yang diberitakan media. Kenapa
skeptis? Yah, karena media adalah alat yang di kontrol oleh oknum-oknum
tertentu, baik itu pemilik media sendiri ataupun penguasa. Media memang
mempunyai tujuan atau memiliki idealisme, yaitu memberikan informasi yang
benar”, (Haryatmoko, 2007:9), namun media juga mempunyai dilema antara
kepentingan perusahan dan idealisme fungsi media itu sendiri, Sehingga realitas
sering direkonstruksi oleh media demi kepentingan-kepentingan tersebut. Maka
boleh dikatakan benar apa yang tertulis dalam buku karya Chomsky : “Fakta di
media massa hanyalah hasil rekonstruksi dan olahan para awak di meja-meja
redaksi.” (Chomsky, 2006: 5).
Media, dalam memberitakan informasi,
memang musti diedit, dibingkai informasi tersebut sesuai dengan kepentingan dan
kelayakkan para konsumen berita, sehingga berita dapat di nikmati sesuai dengan
apa yang diinginkan. Semntara itu, yang menjadi masalah adalah sering
berlebihnya pembingkaian yang dilakukan media sehingga informasi dimedia massa
sering keliru dengan realita. Disinilah muncul sebuah pertanyaan yakni apakah
semua berita adalah benar?’ Pentingnya para Konsumen atau masyarakat dalam
menganilisis bagian-bagian ini, sehingga para penerima pesan tidak ‘tertipu’
oleh nafsu kepentingan para oknum-oknum tertentu yang berusaha mempengaruhi
opini konsumen.
Framing
Dan Permainan Kata-Kata Dalam Berita
Analisis Framing ini adalah salah satu bagian dari analisis isi. Analaisi
ini adalah analisis yang melakukan penilain terhadap wacana persaiangan
antarkelompok yang tampak di media.
Secara sederhana digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (Peristiwa, aktor, kelompok, atau
apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian yang dilakukan media tentu saja
melalui konstruksi. Sehingga realitas sosial di bingkai/dikonstruksi dengan
makna tertentu. (Eriyanto, 2002:8).
Pembingkaian ini biasa dilakukan dengan
maksud-maksud tertenu, demi tercapainya kepuasaan pemilik media, juga bisa saja
para penguasa, dan lain sebaginya. Biasanya juga analisis ini dilakukan untuk
menguji dua atau lebih media massa dalam menguji kenetralan media dalam
melakukan pemberitaan. Contoh, dalam pemberitaan KNPB di Jayapura antara Surat Kabar
Harian Cenderawasih Pos dan Koran Jubi, dari kedua media ini kita bisa melihat
cara pembingkaian pemberitaan KNPB, apakah ada unsur-unsur tertentu yang
menyudutkan KNPB ataukah ada media yang pro terhadap KNPB, tentunya pembingkain
ini dilakukan dengan kepentingan masing-masing media.
Untuk mengalihkan opini publik, peran
kata-kata tidak terlepas. Permainan kata-kata dalam suatu informasi menjadi
penting untuk diperhatikan oleh para penerima pesan atau konsumen berita. Ada
bagian-bagian tertentu yang diheboh-hebohkan padahal berita tersebut tidak
terlalu relevan dengan kehidupan masyarakat, ada juga berita yang diperhalus oleh
kata-kata, padahal informasi tersebut sangatlah urgent dan menjadi kesenjangan
sosial. Maka itu, para pembaca atau pendengar dipertuntut untuk menilai berita
dengan peka terhadap pembingkaian dan permaianan kata-kata yang sering diekspos
media massa.
Menuju
Masyaraka Yang Kritis Terhadap Media
Di era Global seperti sekarang ini,
masyarakat tidak terlepas dari madia massa dan berita, bahkan masyarakat yang
ketinggalan berita akan tertinggal, karena informasi sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tanpa informasi masyarakat akan hilang arah. Tak tahu
apa yang terjadi disekitarnya membuat masyarakat bingung. Sehingga media massa
membantu masyarakat untuk mengetahui realitas sosial yang sedang terjadi
disekitarnya.
Namun, Masyarakat, oleh media massa
bisa dibantu tapi juga bisa dipengaruhi demi kepentingan-kepentingan tertenu
(seperti yang telah dijelaskan diatas), sehingga masyarakat kontemporer
dipertuntut untuk jelih terhadap berita-berita yang diekspos oleh media massa.
Jangan gampang dipengaruhi karena berita yang diekspos media massa, karena saya
ulang lagi: “Fakta di media massa hanyalah hasil rekonstruksi dan olahan para
awak di meja-meja redaksi.”
Referensi:
Eriyanto.
2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, Dan Politik Media, Yogyakarta: LKiS
Chomsky,
Noam. 2006. Politik Kuasa Media,
Yogyakarta: Pinus
Haryatmoko.
2007. Etika Komunikasi: Manipulasi
Media, Kekerasan, dan Pornografi, Yogyakarta: Kanisius
Penulis
Adalah Mahasiswa Semester Akhir di
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Muhammadiyah Jayapura
0 thoughts on “Kritis Terhadap Media, Sebuah Pengantar Untuk Menilai Berita”