BREAKING NEWS
Search

Kronologis Versi Keluarga, 4 Bersaudara 3 Minggal Dunia 1 Masih Kritis di Paniai

Satu Malam 3 Bersaudar Adik Kaka Meninggal Dunia, Foto: Dok/KM
Paniai, (KM)--- Kematian misterius yang menimpa keluarga Pendeta Marten Nawipa, S. Pak,  terjadi pada 10 oktober 2016, keempat anak korban yakni,  Sipora Anggelina Nawipa 17Th,  Melan Goldanesi Nawipa 11 Thn, Grace Dupiana Nawipa, 10 Thn,  dan Novaida Sara Nawipa, anak 8 Tahun.

Keterangan tertulis yang terima pada awak media ini, rabu (20/10/2016),  tiga bersaudara adik kaka meninggal di dalam satu hari dan satu orang masih kritis, kejadian misterius itu, terjadi Dinubutu kampung distrik Aradide kabupaten Paniai Papua

Identitas Korban :
  1. Sipora Anggelina Nawipa, sebagai anak  OUMAU, yang Lahir Tanggal 19 September 2001 Jenis Kelamin Perempuan, Tempat Lahir  di Manataidagi, Kebo, sampai meninggal  Ia sudah di Kelas III SMP Negeri 1 Aradide
  2. Melan Goldanesi Nawipa, sebagai anak MAGAWAU, yang Lahir Tanggal 19 September 2005 di Kebo, Manataidagi, Ia dikelas VI  SD INPRES Komopa kedua anak diatas ini sedang siap diri mengikuti Ujian Nasional pada Tahun ajaran 2016/2017 lalu  sedang dirawat dirumah Sakit Umum Madi- Enarotali.
  3. Grace Dupiana Nawipa, sebagai anak MABIWAU KE I, yang lahir Pada Tanggal 1 Desember 2006  di Manataidagi, Kebo, anak Nomor ketiga dari keluarga Yang sama. Ia SD INPRES Komopa  Kelas IV
  4. Novaida Sara Nawipa, sebagai Anak MABIWAU KE II, Yang Lahir  di Dinutuaida, tanggal 06 Nopember 2008, Jenis Kelamin Perempuan nomor urut 4.  Ia  Kelas II SD INPRES Komopa  meninggal di kamar
Satu Malam 3 Bersaudar Adik Kaka Meninggal Dunia, Foto: Dok/KM

Ini Kronologis  menurut keluarga korban kejadian  yang menimpa keluarganya dari Pendeta Marten Nawaipa terhadap anak kandungnya,  Pada hari selasa  pagi 11 Oktober  2016  saya datang dari Enarotali, ke  Agadide dalam rangka Kunjungan Tugas Monitoring ke Sekolah  PAUD TK dan PKBM yang ada di Distrik tersebut.

Pada hari selasa Sore, Seperti biasanya  kami siapkan makan malam untuk dihidangkan. Makanan yang dihidangkan adalah  Ayam Kampung, sayur bayam dan Nasi dengan air Mineral. Makanan yang dinikmati itu sesuai porsinya dimakan sampai ada yang dihabiskan ada sisa makanan yang di simpan untuk besok  paginya.

Kemudian  pada pukul Jam  12.00 Wit  malam, saya terbangun  mengisi kembali BBM 2 Liter untuk lampu di rumah, pada pukul 2.00 Wit dini hari saya bangun lampu saya padam karena kehabisan BBM, Pada pukul   05.30 Wit  pagi hari saya bangun menyiapkan diri untuk pergi ke Enarotali, pada Pukul  06.30 Wit  Pagi hari  ada  dengar suara di telinga saya dari anak-anak.

Pada pukul 06.30 Wit pagi hari lekas saya naik kamar  melihat ada mayat melintang di tempat tidur kemudian saya berteriak keras dengan nada tangisan dan ratap sehingga banyak orang datang melihat dan menyaksikan  atas kejadian yang terjadi itu.
Saat itu segera saja, saya pergi ke Kem Perusahaan PT. Moderen untuk menyampaikan  dan memohon dengan sangat untuk mereka harus kembalikan roh dari anak-anak korban yang dikuras darahnya melalui Stroom Udara/Hipnotis.

Pertama saya bicara dengan diam-diam kepada IMBRAN  salah seorang penting di perusahaan itu supaya kalo  rohnya dikembalikan  maka saya jamin  Supaya Pekerjaan akan dilanjutkan seperti biasa  tetapi menurut Jawaban  yang disampaikan  IMBRAN  bahwa: soal kembalikan roh/nyawa korban itu “tidak dapat dikembalikan” maka saya pun mulai bertindak  memalang Kem Perusahaan PT Moderen

Kemudian  saya menyatakan kepada Perusahaan supaya sampai jam 12.00 wit  mereka harus membersihkan kem dan dikosongkan (tindakan ini ditimbulkan oleh akibat kata “ tidak bisa dan tidak tahu).

Pada Pukul  07.00 Wit saya mendatangi  ke Pos Dantimsus 753 dan Koramil 1705 Komopa untuk menyampaikan tuduhan murni atas Peristiwa korban tersebut diatas adalah atas kerja sama Gabungan TNI-POLRI  dan PT modern atas Kepentingan Negara dan Perusahaan.

Saya katakan Pergantian Aparat kali ini terlalu berlebihan jika dibanding aparat yang bertugas selama ini sebelumnya. Katakan berlebihan dengan melaksanakan berberapa kegiatan seperti 1. Bandar Permainan Judi TOGEL 2.  Aparat memakai Mobil Truk dan Mobil Hailux milik Perusahan tanpa batas waktu sehingga mobil tersebut dijadikan sebagai alat PATROLI. 3. TNI  masuk ke kebun-kebun Masyarakat Tani dan Kali-kali, rumah-rumah dalam  Keadaan Siaga I.

Saya sangat menuding ke TNI-POLRI menyatakan bahwa Orang yang membuat kematian masal terhadap anak saya ini akan ditimpa kepada keluarga mereka juga  tentang peristiwa yang sama. Kemudian dari itu TNI-POLRI menjawab ke saya bahwa atas Peristiwa itu :kalo dengan Perusahaan Boleh”

Pada pukul 16.00 Wit  Saya sekali lagi ke kem Perusahaan untuk menindaklanjuti atas kesepakatan yang pernah di sepakti dengan Pimpinan Perusahaan tentang  “ jam 12.00 segera tinggalkan tempat dan eksekusi Fasiltas Perusahaan dari Lokasi namun lalai menepati kesepakatan antara keluarga korban dan pihak Perusahaan maka selanjutnya Jam 16.15 wit  seorang anggota aparat Kepolisian Polsek Komopa “ HARTANTO”  Mengeluarkan tembakan dua kali sebagai tanda memberikan kode untuk melakukan  salpo oleh Gabungan TNI-POLRI yang ada di distrik Aradide dan  tanpa diketahui oleh Kapolsek Komopa.

Setelah terjadinya pengeluaran peluru 2 kali oleh Hartanto dan melihatnya gabungan TNI dan  POLRI, dalam kondisi siaga satu maka keluarga duka tidak Menerima kondisi itu membuat  keluarga duka bertindak mengevakuasi barang milik Perusahaan dan  karyawan yang tergabung kerja bersama PT. Moderen.

Barang Bukti menurut Keluarga:
Barang bukti yang dikumpulkan oleh  Ayah Korban
1.    Foto Hasil Pemeriksaaan Dokter karena Keracunan Makanan
2.   Foto Tampakan Stroom Udara Bentuk Bintang diatas Rumah bercahaya 5 kali dan kali yang kelima jadi target korban gugur bunga  hidup anak-anak yang ada dalam kamar tidurnya.
3.  Lampu PLTA Diputuskan Secara Ilmu oleh Kelompok khusus dibawa Pimpinan HARTANTO dari  hari selasa Jam 14.00 sebelum Peristiwa terjadi.  
4.   emukan Kepala Tengkorak Manusia bentuk singa  tergantung pada dinding kamar kecil  dalam tengah rumah Kem  Perusahaan PT Moderen
5.   Foto  Keadaan Korban Pada saat di  tempat Kejadian dirumah
6.   Malam terjadi Peristiwa   Gabungan TNI-POLRI melakukan Patroli dua kali Pulang Pergi ke sekitar lokasi tempat Kejadian
7.   Malam Jam 12.00 wit Masyarakat disekitar Kota Kecamatan terkejud mendengar bunyi tembakan peluru  dua kali, sebagai tanda  memulai Kegiatan yang terencana itu. Penembakan yang sama dilakukan ketika kematian korban di desa itu sebelumnya yaitu atas Kematian  Mama ANDARIANA YOGI. 

Bararang bukti yang dikumpulkan oleh Masyarakat setempat menjelang satu bulan sebelum Peristiwa terjadi diantaranya :
1. Saksi kampung dinubutu: Pelayanan perusahan terhadap masyarakat setempat apabila mereka memerluhkan untuk antar orang sakit ke pelabuhan Pasir putih, muat kayu bakar, balok, pagar atau minta perhatian sedikitpun  tidak terlayani, menimbulkan pemikiran bahwa pihak perusahan masih ada tidak senang dengan masyarakat setempat.
2. Saksi Kampung Waimaida :Kegiatan yang di lakukan oleh Perusahan selalu melibatkan gabungan TNI/POLRI.
3. SMA NEGERI :Hartanto menerima sebuah undangan dari SMA Negeri 2 Agadide dengan mengatakan kepada yang antar surat undangan ke Polsek Komopa itu bahwa “kamu yang kaka tau saya yang kaka” kata itu tidak sesuai dengan kode etik menerima tamu yang antar surat itu.

Keterangan Saksi
  1. Saksi Kampung Momabaida : setiap minggu dua kali Mobil milik perusahan di pakai keluar  oleh TNI/POLRI kira-kira dari jam 8-10 malam dan perusahan membebaskan kunci untuk di gunahkan dalam kepentingan tertentu. Lanjutan Momabaida, Otto.R menyampaikan bahasa Propoganda kepada masyarakat bahwa ketika kamu dengar bunyi tembakan senjata maka masyarakat satupun tidak boleh keluar dari rumah.
  2. Saksi Kampung Pugaitapuda :kronologis kematian Mama Andariana Yogi seorang Ibu janda Kepala Suku kampong toyaimoti ini sama jejak kematian dengan jejak korban ke empat anak.
  3. Saksi Kampung Wopabaida :ada kelompok besar pemuda itu di tuntut utang diantaranya salah satu  pemuda Melkias Yogi dituntut untuk di tutupi kembali Utang kios pada  hal Ia mengakui tidak pernah ada Utang.
  4. Saksi kampung Iyobado : setiap malam kami tidak merasa nyaman tidur karena operasi mobil trek selalu melaksanakan kegiatan rahasia pulang balik dari pasir Putih ke Jembatan Kali Aga dan titik kembali ke KEM.
  5. Saksi Kampung Dinutuwata :
  6.  Empat Kali Kami melihat cahaya berwarna merah kuningan semacam bintang pada malam hari diatas rumahnya Korban.
  7. Hartanto bertugas seumur Hidup di Polsek Komopa itu mendugakan bahwa Ia ada dan hadir di komopa ini untuk membalas suatu dendaman dan melaksanakan proyek Negara dalam genocida orang asli Papua.
  8. Kami masyarakat bingun melihat jadwal tugas TNI/POLRI di Perusahan PT.Moderen. - -  Dalam bulan Oktober tanggal satuan pada malam hari ada bunyi tembakan dua kali.
  9. bertempat di KEM lalu yang menjadi saksi adalah Derek Nawipa. Setelahnya  mendengar bunyi tembakan. Ia Menanyakan kepada karyawan AGUS yang (berkelainan ciri tubuh  1 mata 2 jari ) :mengapa ada penembakan tadi malam…? Jawabnya : tanyakan ke TNI/POLRI.
  10. Saksi kepala Suku :Kepala Suku menanyakan atas kejadian penembakan pada malam hari tanggal satuan bulan okteber di sekitar KEM perusahana itu kepada koramil Komopa dan jawabnya  TNI/POLRI mengeluarkan tembakan dua kali akibat Karyawan Perusahan mengungkapkan bahwa kami PT.moderen kerja sama dengan TPN/OPM.
  11. Saksi Kampung Abatadi :Ada semacam lampu diatas gunung dekat rumah keluarga korban bapak Marthen Nawipa.
  12. Lanjutan saksi Abatadi juga : Agus Satu mata berjabat tangan dengan Damianus Yogi di kampung abatadi saat itu juga tanganya membengkak sehingga masyarakat abatadi mengkroyok menuntut memulihkn atas insiden itu sehingga dirinya mengaku perbuatanya itu benar dan akhirnya pelaku mengeluarkan uang sebesar 10 juta untuk ongkos berobat.


Pewarta:  Redaksi KM/39



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Kronologis Versi Keluarga, 4 Bersaudara 3 Minggal Dunia 1 Masih Kritis di Paniai