Foto Istimewa@ KM |
Oleh : Alexander Gobai
Selama
aku hidup di bumi. Banyak pengalaman dan pengetahun sudah pernah aku dapatkan.
Namun itu semuanya belum 100% aku dapatkan dan terapkan dalam hidupku. Karena
aku pikir aku masih diibolik-balik dengan kekuatan setan-setan kecil yang
selalu mengancam hidupku.
Makanya,
aku selalu terlambat menempu perjuangan hidupku hingga mencapai pada satu
tujuan yakni bebas dan menang dari semua
ancaman yang selama hidupku yang aku bawa. Ini adalah kisah hidupku yang selalu
kupikir dan kerenungkan setiap detik.
Artinya
apa? Kami rakyat papua masih dijajah dan dijajah dalam segala macam aspek.
Bukan hanya dijajah dari sisi politik saja. Melainkan dari sisi pendididkan,
sosial ekonomi dan budaya pun dijajah.
Mengapa
saya mengatakan demikian? karena Persoalan di atas merupakan persoalan yang
sudah permanen dan telah berada pada kehidupan rakyat papua. yang akan
terus-menerus terjadi di benak rakyat papua.
Makanya
orang sering mengatakan, persoalan pendidikan, sosial ekonomi dan budaya
merupakan persoalan hak dan identitas. Karena persoalan hak berarti persoalan
pendidikan dan ekonomi yang seharusnya didapatkan secara layak oleh mama-mama
papua dan generasi penerus papua. sementara persoalan identitas berarti
persoalan mengenai budaya, yang seharusnya dipupuk kembali dan diwariskan
secara turun-temurun kepada generasi papua berikutnya.
Makanya,
jangan sampai di era-globalisasi ini, kita rakyat papua dapat terpengaruh
dengan zaman-zaman modernisasi yang sedang berkembang. Yang akhirnya mati akan
pengaruh itu.
Inilah
kenangan pahit yang ku hadapi selama ini. yang menurut aku takkan pernah ku
lupakan dalam hidup ini.
Maka
dalam hal ini, persoalan pendidikan sudah memakan waktu yang cukup panjang.
Artinya dengan mengalami hal demikian, generasi-genarasi papua yang sementara
keinginan untuk berkembang dan maju. Namun, susah dijuangkan karena mengalami
kesulitasan tempat dan fasilitas untuk belajar.
Dan
setiap tahun yang diedarkan kurikulum baru dari mentri pendidikan, hal ini
membuat generasi papua merasa kesulitan. Artinya bahwa kurikulum yang diberikan
merupakan kurikulum budaya luar yang tidak sesuai dengan ejaan bagi budaya
papua. Tentunya mereka, tidak akan mengerti dengan cepat dan tepat.
Makanya
persoalan ini, seharusnya di-evaluasi kembali secara bersama-sama, entah dari
pemerintah Indonesia dan papua, guna membenahi masalah kurikulum ini. sehingga
genersi penerus ke-2 bangsa ini dapat mengerti sesuai dengan ejaan budaya
masing-masing.
Dan
tidak terlepas dari hal demikian, selama ini yang saya lihat di kondisi tanah
papua dalam sektor pendidikan, bahwa hampir menjalan 19 tahun silam ini, saya
dihadapkan dengan buku-buku kurikulum lama yang sudah tidak diipakai lagi,
karena menurut saya, apa yang saat ini saya dapatkan tidak sebanding dengan
mereka yang diluar.
Mereka
yang sekolah di luar sana, setiap tahun diberikan kurikulum baru, yang menurut
mereka sangat baik untuk digunakan. Sementara kami di papua, masih mengunakan
buku-buku lama. Ini tidak sangat masuk akal sekali bagi saya!
Menurut
saya, hal ini merupakan salah satu penjajahan karekater yang bertujuan
menjatauhkan mental orang papua. Terutama generasi penerus bangsa papua.
Bukan
hanya itu saja, yang telah menjadi persoalan di tanah papua. Dari sisi sosia
ekonomil dan budaya pun dijajah. Dari segi sosial ekonomi, banyak
pedagang-pedangang pendatang yang mendominasi pasaran. Artinya apa? kebebasan
untuk mama-mama papua tidak diberikan dengan layak dan baik. Mereka berjualan
di tempat telanajang yang sifatnya keluar dari arena pasaran.
Ini
juga salah satu jajahan yang dimainkan secara bertahap-tahap, yang akhirnya
menjatuhkan mental dan kepribadian yang tidak signifikan.
Sementara
dari sisi budaya, banyak orang papua yang sudah terpengaruh denga budaya-budaya
luar alias kebiasan mereka. Ketika mereka memakai bahasa luar atau logat budaya
luar, tentunya akan diikuti dan terpengaruh sampai ia mengetahuinya.
Bukan
itu saja, masih banyak persoalan yang dialami oleh rakyat papua. Terutama
generasi-genarasi zaman sekarang. Mengikuti gaya berpakaian atau busana pakaian
dll
Ini
yang kadang menjadi persoalan utama, yang sudah menjadi budaya misterius, yang
akan diulang-ulang kembali kepada orang lain.
Dengan
demikian, persoalan ini adalah tanggung jawab kita bersama, untuk membenahinya.
Marilah kita tekatkan cinta persaudaraan, untuk melawan para imperiaslis, yang
selalu menjajah dari segalah macam aspek. Yang sebenarnya tidak dilakukan.
Kita
punya masalah berarti kita harus melawan melalaui persatuan dan kesatuan guna
menyelesaikan persoalan diatas. Jangan sampai terjadi terus-menerus di atas
tanah papua ini.
Alexander Gobai, Mahasiswa Papua,
Tinggal di Manado
0 thoughts on “Dibalik Jeruji Menerima Kenangan Pahit”