Frater Stefanus Yogi, Pr bersama keluarganya usai syukuran tahbisan diakon. Foto: Alex Gobai
Timika, KABAR MAPEGAA -- "Puji Tuhan dan kami
sangat senang, karena kemarin Frater Stefanus Yogi telah ditahbiskan
menjadi seorang diakon bersama delapan teman frater lainnya. Dengan
ditahbisnya Stefanus Yogi, kami sangat yakin, akan membuka jalan bagi
anak-anak Agadide mengikuti jalan yang dirintisnya atas dasar kasih dan
penyertaan Tuhan."
Ini ungkapan spontan Ketua Komunitas Keluarga Katolik Komopa (K4) di kota Timika, Nikodemus Kadepa di sela-sela sambutannya usai ibadah syukuran tahbisan diakonat, Senin (17/3/2014) pagi.
Upacara tahbisan dipimpin langsung Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Minggu (16/3/2014).
"Kemarin dan hari ini suasananya sangat beda, kita benar-benar sangat berbahagia. Ya, damai ada di antara kita. Sesuatu yang kita anggap itu baik, kita harus pegang itu. Dan bila kita pelihara benih-benih dari ajaran Yesus dalam Alkitab, itu akan menciptakan bibit-bibit baru lagi dari akarnya. Kita rayakan syukuran Frater Stefanus Yogi yang hari ini menjadi pembuka jalan bagi anak-anak Agadide," tutur Niko.
"Bila kita kasih persembahan dalam bentuk uang, itu tidak bisa memberikan perubahan pada daerah. Tetapi, bila kita mempersembahan anak manusia kepada Tuhan, itu baru daerah bisa berubah," kata dia.
Stefanus Yogi, kata Niko, karena dia serahkan dirinya kepada Tuhan, dia ditahbiskan menjadi Diakon. "Sekarang dan selanjutnya kita harus lebih berani memberikan anak-anak kita dan seluruh hidup kita kepada Tuhan, sehingga daerah Agadide bisa maju dan berubah," kata Kadepa.
Pantauan mapegaa.blogspot.com, sejak pagi rumah keluarga Martinus K Muyapa, S.Pd, ramai. Ribuan orang hadir. Pagi itu, senang dan bahagia tampak di wajah umat Katolik Paroki Kristus Jaya Komopa.
Mereka merayakan pesta syukuran atas pentahbisan Diakon Stefanus Yogi. Ibadah syukur dengan tema "Kasih Tuhan Yang Memanggil Aku", dipimpin langsung Diakon Stefanus Yogi.
Acara dimulai pada pukul 10.30 WIT, diawali dengan penjemputan diakon oleh umat yang mengenakan pakaian adat (Koteka dan Moge). Disusul dengan lagu-lagu rohani berirama Suku Mee yang dinyanyikan oleh umat Paroki Komopa.
Diakon Stef dalam kotbahnya mengatakan, sebuah keinginan tidak mungkin dengan mudah dan secepatnya kita raih. "Kita bisa mendapatkan sesuatu keinginan tidak dengan gampang dan dalam waktu cepat. Nah, hal ini menjadi sebuah pertanyaan dalam sepanjang hidup kita," kata dia.
Lanjut Yogi, bapak-bapak, ibu-ibu dan seluruh umat Katolik Paroki Komopa hadir di Timika karena ada beberapa alasan.
Pertama, kalau kita berada di wilayah Agadide lalu memandangnya, ternyata Agadide itu luas. Sama halnya ketika kita ada di Uwodege, Ekadide, dan daerah lain. Jika kita berada di luar, apakah kita bisa lihat sebesar dan seluas itu?
Dari Tage atau dari udara, kata Stef, orang bisa melihat, tetapi tidak bisa melihat wilayah Agadide karena itu kecil. Pun melihat dari Obano, tidak ada bentuk dan warnanya. Kadang orang mengatakan tidak ada manusia di Agadide.
"Ini bahan refleksi, menjadi motivasi buat saya, untuk mencoba maju dalam proses perjalanan ini," ucapnya.
Stef juga menceritakan, orang dari luar Agadide kadang menyebut Agadide itu pusat hujan, juga sumber banjir. Seolah semua unsur negatif itu datang dari Agadide. Termasuk penilaian bahwa orang Agadide tidak mampu wujudkan kenyataan yang ada. "Itu alasan pertama yang menjadi kekuatan bagi saya," katanya.
Alasan kedua, secara khusus saya melihat ada umat di Katuwo, Bodatadi, Eyagitaida, Geida, Tuguwai dan umat stasi lainnya. Mereka tak pernah disentuh oleh siapapun dan jauh dari paroki Komopa. Mereka ingin mendengarkan sabda Tuhan, ingin menerima Tubuh Kristus. Tetapi, keinginannya tak terwujud.
"Memang ada banyak kerinduan dan keinginan dari seluruh umat Katolik Kristus Jaya Komopa, bahwa harus ada seorang pastor dari Agadide yang bisa mewartakan kabar gembira bagi seluruh umat, dan hal itu saya jalaninya. Sekarang saya menjadi diakon bukan karena keiginan dari orang tua saya, melainkan dari hati nurani saya," ungkap Stef.
Ia kemudian mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukungnya dalam doa. Juga dengan penuh harapan dari seluruh umat Komopa, dan dari pesisir, pegunungan, kampung-kampung. "Semua itu menjadi kekuatan tersendiri bagi saya agar lebih kuat dalam menjalani proses panggilan Tuhan."
"Saya bisa bilang 15% kita bisa berbahagia, tetapi 75% masih belum sampai pada finisnya. Tetapi finis bukan berarti meninggalkan tugas dan tanggungjawab. Tetapi terus bekerja, melayani dan memulikan nama Tuhan untuk seluruh umatNya," pungkas Stef.
Sekretaris panitia syukuran, Martinus K Muyapa sekaligus mewakili keluarga dari Stefanus Yogi mengatakan, "Nogei (kawan) aki (kamu) Yogiibo dari daerah Kobetakaida, dari Yupitokouwo, Wedaumamo, Yogi mee, dan hari ini ko yogiboo dari gereja keuskupan Timika, ko Yogiboo untuk seluruh umat Tuhan. Kami mau sampaikan, nogei selamat menjadi pelayan yang siap mewartakan kabar keselamatan Tuhan kepada seluruh umat di dunia ini."
Beberapa harapanpun disampaikan. "Mari kita saling menjaga satu sama lain dan tetap berkomitmen dengan doa. Agar perjalanan selanjutnya bisa berjalan dengan baik. Doa dari umat memberi kekuatan bagi nogei Stefanus Yogi," kata Muyapa sembari berharap, "Mari kita dukung terus dengan penuh harapan agar dia pada saatnya ditahbiskan menjadi imam."
Ibadah syukuran tahbisan diakonat berlangsung penuh khidmat. Berlangsung selama sekira 5 jam, ditutup dengan makan bersama pada pukul 14.15 WIT.
Acara syukuran sama dilaksanakan bersama 8 frater lainnya di tempat dan waktu yang berbeda. (Alexander Gobai/KM)
Ini ungkapan spontan Ketua Komunitas Keluarga Katolik Komopa (K4) di kota Timika, Nikodemus Kadepa di sela-sela sambutannya usai ibadah syukuran tahbisan diakonat, Senin (17/3/2014) pagi.
Upacara tahbisan dipimpin langsung Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Minggu (16/3/2014).
"Kemarin dan hari ini suasananya sangat beda, kita benar-benar sangat berbahagia. Ya, damai ada di antara kita. Sesuatu yang kita anggap itu baik, kita harus pegang itu. Dan bila kita pelihara benih-benih dari ajaran Yesus dalam Alkitab, itu akan menciptakan bibit-bibit baru lagi dari akarnya. Kita rayakan syukuran Frater Stefanus Yogi yang hari ini menjadi pembuka jalan bagi anak-anak Agadide," tutur Niko.
"Bila kita kasih persembahan dalam bentuk uang, itu tidak bisa memberikan perubahan pada daerah. Tetapi, bila kita mempersembahan anak manusia kepada Tuhan, itu baru daerah bisa berubah," kata dia.
Stefanus Yogi, kata Niko, karena dia serahkan dirinya kepada Tuhan, dia ditahbiskan menjadi Diakon. "Sekarang dan selanjutnya kita harus lebih berani memberikan anak-anak kita dan seluruh hidup kita kepada Tuhan, sehingga daerah Agadide bisa maju dan berubah," kata Kadepa.
Pantauan mapegaa.blogspot.com, sejak pagi rumah keluarga Martinus K Muyapa, S.Pd, ramai. Ribuan orang hadir. Pagi itu, senang dan bahagia tampak di wajah umat Katolik Paroki Kristus Jaya Komopa.
Mereka merayakan pesta syukuran atas pentahbisan Diakon Stefanus Yogi. Ibadah syukur dengan tema "Kasih Tuhan Yang Memanggil Aku", dipimpin langsung Diakon Stefanus Yogi.
Acara dimulai pada pukul 10.30 WIT, diawali dengan penjemputan diakon oleh umat yang mengenakan pakaian adat (Koteka dan Moge). Disusul dengan lagu-lagu rohani berirama Suku Mee yang dinyanyikan oleh umat Paroki Komopa.
Diakon Stef dalam kotbahnya mengatakan, sebuah keinginan tidak mungkin dengan mudah dan secepatnya kita raih. "Kita bisa mendapatkan sesuatu keinginan tidak dengan gampang dan dalam waktu cepat. Nah, hal ini menjadi sebuah pertanyaan dalam sepanjang hidup kita," kata dia.
Lanjut Yogi, bapak-bapak, ibu-ibu dan seluruh umat Katolik Paroki Komopa hadir di Timika karena ada beberapa alasan.
Pertama, kalau kita berada di wilayah Agadide lalu memandangnya, ternyata Agadide itu luas. Sama halnya ketika kita ada di Uwodege, Ekadide, dan daerah lain. Jika kita berada di luar, apakah kita bisa lihat sebesar dan seluas itu?
Dari Tage atau dari udara, kata Stef, orang bisa melihat, tetapi tidak bisa melihat wilayah Agadide karena itu kecil. Pun melihat dari Obano, tidak ada bentuk dan warnanya. Kadang orang mengatakan tidak ada manusia di Agadide.
"Ini bahan refleksi, menjadi motivasi buat saya, untuk mencoba maju dalam proses perjalanan ini," ucapnya.
Stef juga menceritakan, orang dari luar Agadide kadang menyebut Agadide itu pusat hujan, juga sumber banjir. Seolah semua unsur negatif itu datang dari Agadide. Termasuk penilaian bahwa orang Agadide tidak mampu wujudkan kenyataan yang ada. "Itu alasan pertama yang menjadi kekuatan bagi saya," katanya.
Alasan kedua, secara khusus saya melihat ada umat di Katuwo, Bodatadi, Eyagitaida, Geida, Tuguwai dan umat stasi lainnya. Mereka tak pernah disentuh oleh siapapun dan jauh dari paroki Komopa. Mereka ingin mendengarkan sabda Tuhan, ingin menerima Tubuh Kristus. Tetapi, keinginannya tak terwujud.
"Memang ada banyak kerinduan dan keinginan dari seluruh umat Katolik Kristus Jaya Komopa, bahwa harus ada seorang pastor dari Agadide yang bisa mewartakan kabar gembira bagi seluruh umat, dan hal itu saya jalaninya. Sekarang saya menjadi diakon bukan karena keiginan dari orang tua saya, melainkan dari hati nurani saya," ungkap Stef.
Ia kemudian mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukungnya dalam doa. Juga dengan penuh harapan dari seluruh umat Komopa, dan dari pesisir, pegunungan, kampung-kampung. "Semua itu menjadi kekuatan tersendiri bagi saya agar lebih kuat dalam menjalani proses panggilan Tuhan."
"Saya bisa bilang 15% kita bisa berbahagia, tetapi 75% masih belum sampai pada finisnya. Tetapi finis bukan berarti meninggalkan tugas dan tanggungjawab. Tetapi terus bekerja, melayani dan memulikan nama Tuhan untuk seluruh umatNya," pungkas Stef.
Sekretaris panitia syukuran, Martinus K Muyapa sekaligus mewakili keluarga dari Stefanus Yogi mengatakan, "Nogei (kawan) aki (kamu) Yogiibo dari daerah Kobetakaida, dari Yupitokouwo, Wedaumamo, Yogi mee, dan hari ini ko yogiboo dari gereja keuskupan Timika, ko Yogiboo untuk seluruh umat Tuhan. Kami mau sampaikan, nogei selamat menjadi pelayan yang siap mewartakan kabar keselamatan Tuhan kepada seluruh umat di dunia ini."
Beberapa harapanpun disampaikan. "Mari kita saling menjaga satu sama lain dan tetap berkomitmen dengan doa. Agar perjalanan selanjutnya bisa berjalan dengan baik. Doa dari umat memberi kekuatan bagi nogei Stefanus Yogi," kata Muyapa sembari berharap, "Mari kita dukung terus dengan penuh harapan agar dia pada saatnya ditahbiskan menjadi imam."
Ibadah syukuran tahbisan diakonat berlangsung penuh khidmat. Berlangsung selama sekira 5 jam, ditutup dengan makan bersama pada pukul 14.15 WIT.
Acara syukuran sama dilaksanakan bersama 8 frater lainnya di tempat dan waktu yang berbeda. (Alexander Gobai/KM)
Sumber : majalahselangkah.com
0 thoughts on “Warga Agadide Dukung Pilihan Diakon Stefanus Yogi”