BREAKING NEWS
Search

Pepera 1969 Dinilai Tidak Demokratis, AMP Gandeng SORAK, Melakukan Aksi Di Bandung

Massa  Unjuk Rasa, peringatan 47 tahun Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969  di Depan Gedung Merdeka, Asia Afrika, Bandung Jawa Barat.(Foto: Mateus Tekege/KM)


Bandung, (KM)--Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) bergandeng dengan Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) melakukan aksi unjuk rasa ,Selasa (02/08) di depan Gedung Merdeka, Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat).  Aksi unjuk rasa kali ini dilakukan dalam rangka  peringatan 47 tahun Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang tidak demokratis.

Dalam aksi unjuk rasa ini,  organisasi-organisasi yang tergabung  untuk  SORAK menyampaikan aspirasi dalam orasi-orasi politik secara bergantian.

Tepat 14 Juli – 2 Agustus, tulis dalam Press Release,  1969, Pepera dilakukan. Dari 809.337 orang Papua yang memiliki hak, hanya diwakili 1025 orang yang sebelumnya sudah dikarantina dan cuma 175 orang yang memberikan pendapat. Musyawarah untuk mufakat melegitimasi Indonesia untuk melaksanakan Pepera yang tidak demokratis, penuh teror, intimidasi dan manipulasi serta adanya pelanggaran HAM berat.

Massa unjuk rasa menilai,pemerintah dan aparatnya sedang membebek pada tuan kapitalis yang di pertaruhkan adalah Investigasi sebesar-besarnya, Investigasi bisnis yang hanya membesarkan perut kapitalis elit borjuis dan perwira-perwira tingginya.

Salah satu orator, Yoga dalam orasinya mengatakan, Pemerintahan Jokowi-JK Stop menjadi kaki tangannya para kapitalis untuk mengedot Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia, khususnya di Papua. 

“Karena Pemerintah melalui TNI/POLRI yang bertugas di Papua selalu  di bunuh, dianiaya di rampas kekayaan alam Papua, sehingga masyarakat Asli Papua (Pemiliknya) menewaskan dan menghabiskan  nyawa-nyawanya dengan tindakan represif,” katanya dalam Orasinya.

Kemudian, Kabar Mapegaa ikut menyaksikan jalannya Orasi yang dilakukan oleh SORAK. Pantaua Kabar Mapegaa, Usai unjuk rasa, Para demo duduk di tempat aksi untuk membaca situasi sambil diskusi mengenai Penghadangan Mahasiswa Papua dari Organ AMP.

Sementara itu, Ormas yang berpakaian Merah-putih, dengan ciri-ciri badannya  sedikt ‘gendut’  datang berteriak sambil menunjuk Tulisan besar di kertas Manila yang terstulis : “DARI SABANG SAMPAI MERAUKE ADALAH NKRI”.

Untuk menaggapai hal ini, Koorlap menyampaikan kepada  para massa unjuk rasa agar jangan terpancing dengan keadaan saat ini.

“Propokator kapan saja bias datang, kita jangan sekali-kali terpancing dengan keadaan saat ini,” Katanya pada masa unjuk rasa.

Sementara itu, massa unjuk rasa  di dikawal ketat oelh Pihak keamanan dan mereka fasilitasi oleh pihak keamanan untuk pulang.

Yoga, kordinator  Aksi unjuk rasa, yang juga sebagai penggungjawab Aksi menyatakan, aksi unjuk rasa kali ini dilakukan oleh gabungan dari berbagai Organisasi.

Kata Yoga, Organisasi-organisasi yang tergabung dalam SARA ini diantaranya: Aliansi Mahasiswa Papua, Pembebasan, Daun Jatih, Alam Jabar, Perpustakaan Apresiasi, MYC. 

“Selain itu, Kawan-kawan kami dari AMP Sebagian di hadang oleh Polisi di depan Universitas Lanlang Buana (UNLA),” katanya kepada Wartawan Kabar Mapegaa saat diwawancara di Depan gedung Merdeka siang  dini hari.

Pewarta: Mateus Tekege

Editor: Manfred Kudiai 



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Pepera 1969 Dinilai Tidak Demokratis, AMP Gandeng SORAK, Melakukan Aksi Di Bandung