Foto, Tinus Nakapa dan Mesak G.Kudiai/KM |
Oleh, Marten Bunai
OPINI, KABARMAPEGAA.COM-Pendidikan itu salah satu faktor pembangun bangsa ini memang masih perlu dibenahi. Tidak hanya
pendidikan formal tetapi juga pendidikan karakter. Percuma jika otak cerdas
tapi tidak diimbangi dengan sikap dan sifat yang berbudi luhur. Pembangunan
karakter bisa didapat dari mana saja. Contohnya dengan mengajarkan budaya
membaca. Tentu saja buku- buku yang dibacanya juga sesuai dengan usianya dan
isi dari buku tersebut benar-benar sarat akan nilai-nilai keluhuran budi.
Untuk
mengembangkan minat baca masyarakat, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
membangun perpustakaan di tiap-tiap daerah tertinggal. Tertinggal di sini
artinya akses untuk menuju ke kota yang lebih banyak menawarkan informasi
sangat sulit dan tidak memungkinkan. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitas
yang membantu masyarakat desa untuk memudahkan tersampainya informasi. Selain
itu, anak-anak desa pun juga dapat bersain dengan anak-anak yang berada di
kota. Kesenjangan pendidikan pun tidak akan terjadi.
Mengembangkan
perpustakaan desa adalah salah satu impian saya. Saya melihat masih banyak
desa-desa yang belum mengembangkan perpustakaan di desanya. Beberapa desa di
kecamatan tempat saya tinggal pun juga belum ada. Cuma ada satu perpustakaan di
dekat kantor kecamatan. Nah, dengan adanya perpustakaan desa, akan lebih
memudahkan anak-anak untuk belajar dan menyerap informasi dari buku-buku yang
dibacanya. Saat lelah dengan belajar dan membaca buku pelajaran formal,
anak-anak bisa mampir ke perpustakaan. Menyegarkan otak dengan membaca buku
cerita atau buku ensiklopedia bergambar. Ruang perpustakaan didesain semenarik
mungkin agar anak-anak nyaman dan betah berlama-lama. OH iya, perpustakaan ini
tidak hanya untuk anak-anak saja, tetapi masyarakat umum juga boleh berkunjung.
Boleh hanya sekadar membaca surat kabar terbaru atau membaca buku-buku yang
dapat menambah wawasan. Ruangan dan buku-buku untuk masyarakat umum tentu
terpisah. Ini dimaksudkan agar anak-anak tidak mengambil buku yang salah.
Pendidikan
tidak hanya diajarkan lewat buku saja, tapi bisa juga melalui sarana yang lain,
film misalnya. Setiap akhir pekan di akhir bulan, ada pemutaran film anak-anak.
Tak hanya film lokal tetapi juga film film dari negara lain yang tentu saja isi
ceritanya tidak menyimpang dari dunia anak-anak. Di setiap akhir pemutaran
film, ada diskusi tentang film yang baru saja diputar. Diskusi bertujuan agar
anak dapat benar-benar mengerti dan menyerap tentang apa yang telah disampaikan
dalam film. Meskipun film tersebut ber-genre anak-anak tetapi tetap saja anak
masih perlu bimbingan.
Sama
halnya dengan menonton film, membaca buku pun juga masih perlu pendampingan.
Buku anak-anak pun juga masih perlu dipilih dan diteliti isinya, apakah itu
cocok untuk anak atau tidak. Mengapa begitu? Karena ada beberapa buku anak yang
isinya sama sekali tidak mencerminkan perilaku yang bermoral, bahkan ada juga
yang disertai dengan gambar. Jadi sebagai orangtua pun juga harus selektif
dalam memilih buku bacaan untuk anak-anaknya.
Nah,
tujuan didirikannya perpustakaan desa sebenarnya sederhana, yaitu melatih
anak-anak untuk senang membaca sejak dini. Dengan membaca, anak akan melihat
dunia lebih luas tidak hanya terbatas wilayah desanya saja. Anak-anak juga
dapat melukiskan mimpinya lebih tinggi. Selain itu, dengan membaca, karakter
anak juga akan terbentuk dengan baik. Untuk masyarakat umum, kegiatan membaca
buku bisa dijadikan refresin ketika lelah mengerjakan ladang dan sawah. Dengan
membaca, mereka bisa belajar bagaimana cara mengembangkan teknik tanam menanam
agar hasil panennya lebih baik.
Menumbuhkan
minat baca adalah salah satu cara mengembangkan pendidikan masyarakat. Bila
kita ingin bersaing dengan bangsa-bangsa yang besar, maka kita juga harus bisa
mengimbangi mereka, salah satunya adalah dari segi pendidikan. Dan bila kita
belum bisa menggalakkan minat baca ke seluruh penjuru Indonesia, paling tidak
kita bisa memulainya dari desa tempat tinggal kita sendiri (KM).
Penulis
Adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Jayapura
0 thoughts on “Membaca Buku Membaca Dunia”