Pesona Kota Timika, dibalik Peperangan/KM |
Oleh : Alexander
Gobai
Kawan,
hampir setiap hari saya dengar ko pu kata-kata yang kasih keluar dari mulutmu
itu, menciptakan persoalan yang besar. Kadang ko biasa bilang bahwa, tiap hari
kota timika, baku pukul, tipa minggu ko
bilang kota timika, baku potong, tipa bulan ko bilang kota timika, baku perang
dan tiap tahun ko bilang kota timika, baku jaga-jaga musuh. Hampir semua unsur negatif
ada di kota timika.
Kawan,
permusahan yang terjadi di kota timika itu, memang terjadi. Tetapi, masalah
itu, bisa diselesaikan dengan damai melalui dialog. Tapi kawan! Masalah yang
terjadi terus-menerus itu, kadang dibolak-balik fakta, oleh mereka yang tidak
ingin damai. Akhirnya masalah itu terjadi terus-menerus.
Saya,
mau kasih tahu kawan. Persoalan yang terjadi di timika ini, sebenarnya sudah
selesai dari hari-hari lalu. Tetapi, ada permainan di balik itu semua.
Akhirnya, masalah itu tumbuh dan berkembang terus akhirnya, persolan ini orang
bilang tidak bisa selesai.
Coba
ko lihat kawan, banyak aparat keamanan yang langsung turun di tempat kejadian
tetapi masalah peperangan itu tidak bisa ditangani dengan baik.
Malah mereka
hanya menonton perang antar suku itu. Maka, kawan, hal benar yang saya mau katakan
ialah permasalah peperangan ini, sebenarnya ada batas waktu yang bawahsannya
bisa diselesaikan dengan baik. Tetapi, profokator-profoktor ini bikin masalah
terus akhirnya masalah tetap terjadi.
Kawan,
ko percaya kah, tidak! Masalah perang ini adalah masalah ringan yang bisa selesai
dengan cara dialog damai. Ini hanya masalah batas-batas tanah. Tetapi, mengapa sampai
masalah ini, tidak bisa diselesaikan dengan benar. Para aparat kepolisian juga
diam dan menonton peperangan itu. Kawan, saya kadang bingung hal itu.
Sungguh
aneh sekali…eee..!
Dan
kawan, saya mau kasih tahu juga, kadang paman-paman saya mengatakan, peperangan
untuk orang papua khususunya, pihak kemanan kadang membiarkan begitu saja,
hanya menonton. Tetapi, ketika terjadi keributan orang non-papua, mereka
langsung turun tangan dan masalah selesai (beres). Ini adalah salah contoh yang
ko dan saya harus berpikir.
Contoh
seperti ini, membungkam orang papua dengan berbagai cara. Entah cara halus
bahkan cara secara kasar. Contoh cara halus ialah membiarkan perang terjadi
terus-menerus. Memang ada penanganan dari pihak keamanan tetapi mereka
membiarkan saja. Sedangkan cara kasar ialah tembak-menembak hingga korban
berjatuhan.
Ini
yang terjadi kawan…! Jangan kita
mengartikan masalah perang ini adalah salah ungkapan suara hati yang tidak
benar. Orang semua heboh-heboh, bilang ada perang disini dan disana. Memang
terjadi, tapi bisa diselasakan dengan baik melalui dialog. Tetapi ko su tahu
toh..kawan. Banyak permainan di dalam itu.
Ko
su mengerti toh.
***
Kawan,
saya mau kasih tahu lagi, dibalik peparangan ini, yang harus ko tahu ialah, pesona
kota timika memang indah sekali. Kalau ko lihat saat pagi hari atau sore hari
(senja sore). Saat itu baru ko bidik foto, kawan, kota timika ini memang paling
indah sudah.
Ko
bisa banyangkan bahwa, banyak kenangan yang pernah ko alami itu, ko bisa
tuangkan saat ko foto kota timika itu, indah dan pesona kota timika. Kawan, kenangan pahit dan kenangan
indah adalah ungkapkan hati dan pikiran yang menyatuh, akhirnya bisa
menciptakan kenangan itu. Maka, yang saya mau kasih tahu ialah, saat ko foto
sesuatu, ko harus bayangkan bahwa sesuatu yang ko foto harus tertuju pada
kenangan masa lalumu. Itu akan memberikan sebuah warna yang menyenangkan,
kawan.
Maka
itu kawan, pesona kota timika ini, mamang indah. Apalagi dengan adanya kota
tembagapura lagi waouhhhh…menarik sekali.
Memang
kawan, orang bilang kota timika kota peperangan. Tapi jangan, pesona kota
timika adalah sebuah warna yang unik. Uniknya ialah banyak keramainan,
tempat-tempat wisata (tempat pemancingan) bahkan sampai cowo dan cewe ganteng
dan cantik-cantik lagi. Ha.ha.ha.ha.ha.!
Kawan
saya tidak tipu, sebenarnya itu, kota timika merupakan kota yang membawa sebuh
pesona yang unik. Yang bisa memberikan warna kehidupan beda dengan kebupaten
lain. Memang kabupaten lain juga ada banyak keramaian tetapi tidak memberikan
kisah-kisah yang sedap.
Yang
saya rasa di kota timika ini apalagi dibalik kota perang ini (ungkap orang), ialah sungguh memberikan
saya suatu kebahagian yang lebih baik lagi, bisa melaksanakan kegiatan dengan
mengajak teman-teman dari berbagai suku-suku untuk jalan bersama-sama dan lain
kegiatannya.
Ini
adalah kisah yang aku alami. Masih banyak lagi yang bisa kutungkan dalam sebuh
tulisan ini. tetapi, itu yang menjadi pesona dalam hidup saya. Apalagi bila
dikaitkan dengan alam pesona kota timika memberikan suatu kehangatan yang luar
biasa.
Ssugguh
kawan, ko sudah lama dikota timika toh, apa yang ko rasakan selama ini.
Pastinya ko juga rasa seperti apa yang saya rasakan. Ia kan?
Kawan,
kitong dua pu kota timika memang indah. Apalagi saat dipagi hari. Itu
memberikan suatu pesona yang amat luar biasa. Aktivitas manusia pun mulai
bergerak, kendaraan bunyi di kiri-kanan telinga. Ini menandakan bahwa pesonan
kota timika mulai nampak dalam bentuk dan warna baru.
Yang
akhirnya, memberikan ruang bebes kepada setiap insan untuk memulai dengan
kegiatan. Saya mau kasih tahu, ko kawan, ko dan saya adalah anak generasi
sekarang. Yang siap membenahi dan membenarkan masalah miring menjadi lurus.
Maka, kitong dua pu tugas ialah masalah perang yang tiap minggu dong bilang
timika kota perang tong dua harus tuntaskan menjadi kota damai dan kota pesona.
Mari
tong dua bangkit melawan keburukan menjadi kebenaran. Bangkit…!
Penulis
: Alexander Gobai, Mahasiswa Papua, Kulia di Manado
0 thoughts on “Pesona Kota Timika, Dibalik Peperangan”