Kebersamaan sebagai sesama manusia dalam membangun dan mempertahankan kebudayaan sebagai jati diri anak bangsa Papua (Foto: Dok. Festival Budaya, Ist/KM) |
Religion, (KM). Banyak orang tentang sesamaku, yaitu sebagai orang yang seiman, yang sesuku, yang segolongan, yang sederajat, yang sehobi, dan lain sebagainya. Itulah pemahaman banyak ornag tentang sesamaku. Paulus Yohanes ke-2 mengatakan bahwa, “Kita dipanggil secara konkrit menjadi sesama lewat orang Samaria yang baik hati itu.”
Kemudian St. Benediktus mengatakan bahwa, “Siapa pun yang dibantu itulah yang namanya sesama.” Yesus juga mengungkapkan perumpaman tentang “Seorang Samaria, seorang yang dibenci oleh orang Yahudi, seorang yang danggap tidak murni, dianggap bidaah dalam agamanya. Justru disitulah Yesus menampilkan orang Samaria yang dibenci itu, sebagai orang yang hidup bagi sesamanya.”
Mungkin kita perlu banyak belajar dari orang Samaria ini, dia memang orang yang dibenci, tetapi dalam perumpamaan itu Yesus memperlihatkan dia adalah seorang Samaria yang memiliki hati yang berbelas kasih. Ia mendekati, menolong dan merawat orang yang tidak di kenalnya, seorang Yahudi.
Ia tidak merasa terganggu, terhambat perjalananya tetapi ia tetap mendekati, menolong dan merawat orang Yahudi yang mengalami kesusahan diampok habis-habisan.
Itu semua terdorong oleh belas kasih, yang ada dalam dirinya yang akan penderitaan orang Yahudi yang rampok itu. Dengan demikian, ia telah menjadi sesama bagi orang lain.
Kita pun sebagai murid Kristus dipanggil untuk menjadi sesama bagi orang lain. Kita dipanggil untuk peduli kepada sesama. Lewat tindakan itu kita sungguh-sungguh merasakan kejadian sebagai murid Kristus yaitu peduli kepada sesama. Kerab kali, kita kurang berani untuk menjadi sesama bagi yang lain. Kita kerab takut mengambil resiko atau mungkin juga kita masih hidup dalam keegoisan kita.
Apabila kita mendengarkan perumpamahan ini, kita kembali diingatkan supaya kita hidup sebagai sesama, seperti Kristus yang mau hidup bagi sesama, kita pun dipanggil untuk hidup sebagai orang yang mau hidup sebagai sesama, setiap orang yang hidup menaruh hidupnya dalam sesama yaitu dalam kasih, tergerak oleh kasih seperti orang Samaria, maka ia membuahkan hidup buka hanya dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain yaitu sesamanya.
(Tuhan Memberkati Kita Semuanya Sebagai Umat Kristiani)
[Bahan Renung. Rabu, 28 September 2016]
(Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Tanah Colonial Indonesia)
0 thoughts on “Siapakah Sesama Manusia Itu? ”