Frans Pigai (Foto: Dok. Prib/KM) |
Oleh: Frans Pigai
Cerpen, (KM). Selamat pagi tuan Frans Pigai, apa kabar? Salam dan tanya Merry M.
Jawabku, “Selamat pagi juga, saya baik-baik saja, terima kasih, dan bagimana tentang keadaan anda? Tanya balik.
”Juga baik-baik saja, terima kasih” jawabnya.
Sebelumnya saya minta maaf karena memilih media sosial ini untuk menghubungi anda. Saya tahu anda pasti terkejut mendapat pesan dari saya, karena sebelumnya kita tidak saling mengenal satu dan lainnya. Tapi keadaan memaksa saya untuk memberanikan diri menghubungi anda.
Saya memang hanya sedikit melihat profile anda tetapi hati saya merasa yakin anda bisa dipercaya untuk membantu masalah pribadi saya. Karena demi anakku satu satunya, saya berusaha keras mencari seseorang yang sungguh sungguh bisa saya percaya untuk membantu menerima dan mengamankan dana saya untuk sementara waktu, begitu bisa saya pindahkan di Indonesia.
Namaku Merry M, aku berasal dari Papua tapi sampai dengan saat kita berkomunikasi ini aku tinggal di Inggris. Aku menikah dengan seorang pria warga negara Amerika dan tinggal di Inggris. Kami di karuniai seorang anak perempuan, dan kami beri nama CLARA PUTRI MELANESIA. Tetapi sekarang suamiku sudah meninggal karena kecelakaan pembunuhan di Indonesia pada 23 April 2016.
Ayahku seorang warga negara Papua, tapi beliau hidup di Singapura dan bekerja sebagai seorang pejuang Free West Papua Barat. Beliau menikah dengan seorang wanita warga negara Amerika dan kemudian mereka mempunyai seorang anak perempuan yaitu aku. Aku anak tunggal dari pernikahan kedua orang tuaku.
Tetapi, kemudian orangtuaku bercerai. Ibuku berencana membawaku pulang kembali ke Amerika bersamanya, tetapi ayah tidak mengijinkan. Setelah mereka bercerai, ibuku kembali ke Amerika dan aku meneruskan hidup berdua dengan ayah di Singapura. Beberapa tahun kemudian, ayahku pensiun dan ayah memutuskan kami kembali pulang ke Papua. Kami tinggal di Papua sampai aku dewasa.
Beberapa tahun setelah kami tinggal di Papua, ayah meninggal dunia karena sakit akibat bertengkar tentang suatu masalah harta kekayaan alam Papua dengan Colonial Indonesia. Dan beberapa bulan kemudian, aku mendapat kabar bahwa ibuku yang saat itu tinggal di Amerika, meninggal dunia. Setelah kematian ayah, hidupku menjadi tidak nyaman karena pamanku menolak untuk mengurus hidupku.
Lalu, aku memutuskan untuk kembali ke Singapura serta mencari pekerjaan. Setelah beberapa tahun bekerja, aku bertemu dengan suamiku seorang warga negara Amerika, yang pada saat itu perusahaannya di Inggris mengirimkannya untuk bertugas ke Singapura.
Kemudia kami menikah dan setelah suamiku menyelesaikan tugasnya di Singapura, dia membawaku pulang ke Inggris. Di sana kami benar benar merasakan hidup bahagia sampai dengan kecelakaan pesawat udara itu memisahkan dan membawaku jauh dari suamiku.
Setelah kematian almarhum suamiku, para kerabat almarhum suamiku seperti menjadi tulang di leherku, karena mereka ingin mewarisi dan menguasai seluruh harta kami, peninggalan suamiku. Uang kompensasi dari perusahaan almarhum suamiku atas insident kecelakaan tersebut. Juga tabungan hasil kami bekerja keras selama bertahun tahun.
Setiap waktu, silih berganti mereka selalu mengusik kehidupan saya dan anak saya. Karena tekanan itulah, aku memutuskan untuk memindahkan tabungan dan uang peninggalan tersebut, sejumlah ($ 3.200,000) dalam konversi tiga juta dua ratus dollar $ ke Negaraku Papua.
Jadi karena alasan seperti yang telah saya ceritakan itulah, secara pribadi saya memohon bantuan anda untuk bisa membantu saya menerima dana tersebut dan menyimpannya di Papua, setelah saya memindahkannya dari Inggris.
Saya menawarkan 20% dari total dana yang terkirim untuk anda ambil sebagai kompensasi karena telah membantu saya, dan menyimpan 80% dana yang saya kirim untuk saya dan putri saya, sampai dengan saya mengambilnya nanti (dalam rencana saya, saya akan datang ke Papua 6 bulan setelah proses ini berhasil.)
“Saya menunggu jawaban anda secepatnya, atas permintaan saya ini. Dan apabila anda bisa dan mau membantu saya, saya membutuhkan data pribadi anda, antara lain: 1.Nama Lengkap. 2.Umur. 3.Jenis Kelamin. 4.Nomor Telepon. 5.Alamat Lengkap. 6.Pekerjaan. 7.Fotocopy tanda pengenal/KTP.” Ujarnya Merry M.
“Ya, saya siap bantu anda” jawabku tegas.
Lanjut, “data pribadi saya, 1) Nama Lengkap: Frans Y. Pigai. 2) Umur: 20. 3) Jenis Kelamin: Laki-Laki. 4) Nomor Telepon: 085254111763. 5) Alamat Lengkap: Jl. Cendrawasih Muye, Dogiyai – Papua. 6) Pekerjaan: Mahasiswa. 7) Fotocopy Tanda Pengenal/KTP.”
Sekali lagi saya minta maaf karena telah mengganggu anda dengan persoalan pribadi saya. Bilamana anda merasa tidak nyaman untuk membantu dan bekerja sama dengan saya, tolong lupakan saja pesan dari saya ini.
Tetapi, jika anda bisa dan bersediah membantu serta menolong saya, saya mohon kirimkan data pribadi anda untuk menyiapkan berkas berkas yang diperlukan. Saya menunggu jawaban positif dari anda. Terimakasih sebelumnya dan salam hangat untuk keluarga anda.
Salam Free West Papua
(Penulis Pemula adalah Mahasiswa Papua)
0 thoughts on “Cerita Seseorang Meminta Bantuan”