Aktivis Papua Perlu Meneladani Kehidupan Tuhan Yesus
By Kabar Mapegaa 11:56:00 AM AKTIVIS PAPUA , Opini , RELIGION
Foto: Dok, Prib Emiliano K. Y/KM |
OPINI, KABARMAPEGAA.COM - Banyak aktivis yang memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan; dan kadang mereka belum pernah ke gereja, namun yang menjadi pertanyaan bahwa, apakah mereka patut di katakan kafir atau pemalas kah tidak?
Aktifis pantas dikatakan Tuhan Yesus ke dua di dunia ini, megapa karena mereka telah mempraktek dan memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan sesuai dengan sejarah perjuangan yang ada, sampai mereka dibunuh, dibantah dan disiksa, diintimidasi, diteror, dianiaya dan perbagai penindasan bahkan penjajahan yang dilakukan oleh para pemikir gelap, padahal mereka telah meneladani perjuanganny, sama seperti perjuangan Yesus yang dimana dia rela berkorban bahkan mati di kayu salib karena umat manusia di dunia ini. Zaman sekarang dan terlebih khususnya di tanah Papua.
Gereja hanyalah sebagai nama dan simbol karena praktik atau kejar kejahatan dan kubur bukan kebenaran, lebih baik tak beragama, tapi ber-Tuhan daripada beragam tapi tak ber-Tuhan.
Agama merupakan pisau bermata dua. Bisa digunakan sebagai membelah apel atau untuk menusuk perut orang, tergantung siapa yang menggunakannya.
Di tangan kaum borjuis, agama tak ubahnya obat bius yang disuntikkan ke tubuh kaum proletar untuk mengurangi rasa sakit dan pedihnya penghinaan dan penghisapan yang menimpa diri mereka. Dengan demikian, agama menjadi salah satu instrumen penghisapan dan penindasan paling efektif selain negara.
Sebab, lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat Sebab, juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita. Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (1Ptr 3:17-18).
* Penulis adalah Aktivis Papua, Tinggal di Papua
Editor: Muyepimo P
Ini Cerita Benny Wenda Tentang Kehidupan Orang Papua
By Kabar Mapegaa 12:48:00 AM AKTIVIS PAPUA , BERITA , BERITA PAPUA , Internasional
Benny Wenda, Wellington, 10 Mei 2017. Foto: RNZI / Koroi Hawkins |
Pekan lalu, dia berada di Selandia Baru melobi anggota parlemen untuk mendukung seruan internasional untuk mengembalikan Papua Barat dalam agenda Komite Dekolonisasi PBB.
Sebelas anggota parlemen dari empat partai politik menandatangani deklarasi tersebut, yang menyerukan pemungutan suara penentuan nasib sendiri yang diawasi secara internasional di Papua Barat.
Kisah Wenda sendiri menangkap sesuatu dari tragedi tanah airnya.
Saat ia masih anak-anak, dia mengatakan bahwa dia melihat tanpa daya saat militer Indonesia memperkosa dua bibinya yang remaja dan memukul ibunya yang mencoba melindungi anak-anak perempuan tersebut.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa - menangis untuk ibu saya dan menangis untuk bibi saya, saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, Sebagai anak muda, saya tidak dapat melakukan apapun." Ujarnya kepada RNZ.
Dengarkan juga durasi wawancara penuh Benny Wenda di sini Benny Wenda: Papua Barat
Wenda mengatakan bahwa dia adalah pemimpin Papua pertama yang melepaskan diri dari kehidupan Indonesia - dia melarikan diri pada tahun 2003 dan sekarang tinggal di pengasingan di Inggris.
Sementara pemerintah Indonesia saat ini mengaku terbuka terhadap otonomi lebih bagi orang Papua Barat, situasi bagi masyarakat di sana memburuk, kata Wenda.
"Media asing benar-benar dilarang, Amnesty dilarang, penyelamatan dilarang, semua lembaga bantuan internasional dilarang, jadi karena itulah Indonesia lolos dengan impunitas. Indonesia tidak ingin masyarakat internasional mengetahui apa yang sedang terjadi."
Pembunuhan berlanjut, pemenjaraan, pemerkosaan, penyiksaan, diskriminasi, berlanjut hingga hari ini. Dan setiap orang Papua Barat dapat menceritakan kisah mereka sendiri, setiap suku, setiap suku.
"Saya tidak ingin melihat generasi penerus yang menghadapi situasi ini, saya ingin mengakhirinya," imbuhnya.
Kata Wenda,Wilayah Papua Barat kaya akan emas, minyak, gas dan tembaga, dan Indonesia tergantung pada pendapatan dari sumber daya alam ini.
"Mereka tidak terlalu peduli dengan bangsaku, mereka tidak terlalu peduli dengan hutan, pegunungan, lingkungan kita - mereka peduli bagaimana mereka dapat mengeluarkan sumber daya kita dari luar negeri, dari Papua Barat." Tutup Wenda. (Antara/RNZ/Manfred).
Tanah Papua Tanah Darah Kapan Berhenti
By Kabar Mapegaa 9:55:00 AM AKTIVIS PAPUA , Opini
Tanah papua tanah darah, ilustras.com/KM. |
Menyikapi Situasi Terlahir Politik Praktis Di Kabupaten Maybrat - Papua
By Kabar Mapegaa 3:45:00 PM Aktivis , AKTIVIS PAPUA , KNPB , Opini
Foto; Dok, Emiliano Y/KM |
OPINI, KABARAPEGAA.COM – KNPB Wilayah Sorong Raya menyikapi situasi terlahir politik praktis Di Kabupaten Maybrat - Papua pada hari ini, 26 April 2017 pengumuman hasil keputusan MK terkait dua kandidat yang merebut kursi Bupati di Kabupaten Maybrat memberikan dampak negatif di kalangan masyarakat kecil atau konflik sosial.
Dua kandidat tersebut adalah, KARYA dan SAKO. Untuk informasi yang dilaporkan oleh masyarakat di Kabupaten Maybrat kepada Badan Pengurus KNPB Wilayah Sorong adalah kandidat SAKO yang menang sehingga massa pendukung kandidat KARYA mulai bertindak liar.
Dari semua kegagalan yang diraih oleh salah satu kandidat lewat massa pendukungnya mau mencoba untuk mengklaim KNPB Wilayah Sorong Raya sebagai aktor kegagalannya dengan tanpa disadari oleh massa pendukungnya bahwa kegagalan tersebut datang dari ketidakmampuan dan ketidakdewasaan dalam hal berpolitik yang dimiliki oleh oknum Kandidat tersebut.
Untuk menanggapi persoalan politik lokal (perut dan jabatan) yang sedang terjadi di Kabupaten Maybrat saat ini maka kami dari Komite Nasional Papua (KNPB) Wilayah Sorong Raya melalui Juru Bicara; Oscar Jansen Solossa mengatakan bahwa, persoalan politik praktis yang ada di Kabupaten Maybrat hari ini bukan urusan kami melainkan urusan dan masalah kami adalah urusan orang banyak di Papua serta persoalan kami Organisasi Papua Merdeka (OPM) ataupun Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adalah persoalan atau masalah internasional.
Selanjutnya ditambahkan oleh Sekertaris Umum KNPB Wilayah Sorong Raya, Steven Peyon; berdasarkan informasi yang berkembang, kami sebagai Media Nasional Rakyat Bangsa Papua di dalam negeri menilai bahwa itu adalah bagian dari pencemaran nama baik Organisasi. Dan apa bila informasi itu benar, maka kami akan tuntut secara hukum. Karena sampai saat ini, tidak ada bantuan berupa barang atau uang yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Maybrat atas nama Bupati Karel Murafer untuk membiayai setiap kebutuhan organisasi ataupun politik perjuangan Papua Merdeka.
Namun menurut Ketua Umum KNPB Wilayah Sorong Raya; Arnoldus Jansen Kocu, di atas ada Allah Bangsa Papua dan di bawah ada Setan dan di tengah-tengah ada Manusia dan saya tidak akan takut siapa pun. Apabila ditemukan oknum pejabat atau masyarakat yang mencoba untuk memanfaatkan Issue ini untuk memperlambat proses gerakan KNPB Wilayah Sorong Raya di lapangan, maka oknum tersebut siap untuk bertanggung jawab atas persoalan tersebut dan saya tidak main-main. (EY/KM)
Mecky Yeimo: Soal Ideologi Papua Mahasiswa Harus Bisa Memahaminya
By Kabar Mapegaa 9:04:00 PM AKTIVIS PAPUA , BERITA , BERITA PAPUA , KNPB
Yeimo menjelaskan, hal ini penting untuk kita pahami, apalagi mahasiswa Papua pada umumnya. Ia mengatakan, ada tiga factor mendasar yang mendesak keinginan masyarakat Papua: Hak, Budaya dan latar belakang perjuangan Papua.
“Kembali melihat hak berarti orang Papua juga punya hak Penuh untuk mencapai kemauan dan keyakinan orang Papua itu sendiri,” tambanya.
Lanjut Yeimo, jika budaya berarti orang asli Papua punya budaya yang telah melekat dari leluhur nenek moyang kita. “Maka, kini mahasiswa harus melestarikan budayanya masing-masing sebagai orang Papua,” ajak aktivis Papua ini.
Menurutnya, rakyat Papua memiliki sejarah yang jauh berbeda dengan Indonesia dalam menentang penjajah Beanda-Jepang.
Untuk itu, Yeimo berharap kepada peserta seminar sebagai mahasiswa, anda harus bisa melihat dan menjaga kemudian menyelamatkan bangsa ini.
Pewarta: Yosafat
FRI-West Papua dan AMP Tuntut PBB Tanggung jawab Atas Genosida dan Gagalnya Dekolonisasi West Papua
By Kabar Mapegaa 1:06:00 AM AKTIVIS PAPUA , BERITA , BERITA PAPUA
FRI-West Papua dan AMP.Ist |
Dalam aksi kali ini, sedikitnya 30an massa unjuk rasa yang terdiri dari mahasiswa, FRI-West Papua dan AMP dengan membawa spanduk serta brosure yang berisi tuntutan dan gambar BK. Aksi unju rasa berlangsung dari Pukul 14.00 - 17.00 WIT . Aksi ini dilakukan saat pelapor khusus PBB yang ke Papua ini mengadakan konferensi pers di Gedung PPB Jakarta pusat.
Surya Anta Ginting, Humas dari FRI-West Papua, menegaskan hukum mengatakan pada Kegagalan PBB dalam menjalankan mandatnya untuk memastikan penentuan nasib sendiri bangsa West Papua pada tahun 1969 berdampak panjang hingga saat ini.
“Pepera yang dilaksanakan di bawah pengawasan PBB, berjalan dengan penuh kecurangan. Bangsa West Papua dijanjikan bahwa tiap orang bisa memilih, namun nyatanya hanya 1.026 dari sekitar 800.000 orang yang bisa memilih saat itu,” jelas Jubir FRI-West Papua Jakarta ini.
Ia menjelaskan, Orang-orang yang bisa memilih itu pun dipilih dan di bawah todongan senjata militer Indonesia. “Maka dari itu, Pepera tidak sah , karena tidak sesuai dengan ketentuan internasional dan tidak mewakili keinginan bangsa West Papua yang sesungguhnya,” tegas Surya Anta kepada media ini.
Sementara itu, tulis dalam penyataan sikap, berbagai aksi brutal militer Indonesia berlanjut. Pada dekade 1980an hingga1990an, tepatnya 26 April 1984, terjadi pembunuhan terhadap tokoh nasionalis Papua, Arnold Clemens Ap. Pembunuhan itu disertai pengungsian besar-besaran ke Papua New Guinea (PNG).
Saat salah satu anggota FRI-West Papua menyampaikan orasinya di depan massa aksi, di depan Gedung PBB Jakrta Pusat, Jln.MH.Thamrin Jakarta.(Foto: Doc.AMP Jakarta) |
Selain itu, terjadi juga penangkapan terhadap aktivis KNPB Wamena dan penembakan kilat terhadap Kordinator Komisariat Militan KNPB Pusat Hubertus Mabel pada tanggal 16 Desember 2012 di Wamena. Pada Tanggal 8 Desember 2014 terjadi pembunuhan luar biasa, yang masuk kategori pelanggaran HAM berat, di paniai oleh TNI-Polri yang mengakibatkan 22 orang masyarakat sipil, di antaranya 5 Orang siswa SMA, meninggal dunia, dan 17 lainnya luka-luka kritis.
Sementara itu, dari tempat yang sama, Humas AMP, Frans Nawipa, kepada media ini, Senin, (03/04/2017) via Fb mengatakan, dengan adanya kegagalan PBB dalam menyampaikan aspirasi saat Pepera berlangsung di alung-alung selatan Yogyaarta. Untuk itu, FRI-West Papua bersama AMP menuntut PBB.
atrassi saat asi. |
Katanya, selain itu, minggu ini bangsa West Papua kedatangan Pelapor Khusus PBB tentang Kesehatan.
Suasana saat Polisi hadang massa aksi. |
Liputor: Yudas Nawipa
Editor : Manfred/KM
Beberapa Organ Kemahasiswaan di Manokwari, Minta PTFI Tutup
By Kabar Mapegaa 8:31:00 PM Aksi Demo Damai , Aksi Kemanusiaan , Aksi Nasional , Aktivis , AKTIVIS PAPUA , BERITA , BERITA PAPUA , Berita Tanah Papua , Perusahaan , suara mahasiswa
Mahasiswa Papua sementara diskusi berlangsung, di Asrama Filanova, Amban-Manokwari, Senin, (20/03) siang. (Fhoto : Stepanus Pigai/BEKO) |
Yus Wenda: Tapol Aktivis KNPB Bebas Setelah ditahan 10 Bulan Penjara
By Kabar Mapegaa 3:09:00 PM AKTIVIS PAPUA , BERITA PAPUA , KNPB , Penangkapan KNPB , POL-HUM-HAM
Yus Wenda, Ilst/KM |
Rakyat Papua Barat di Kaimana Dukung Petisi Referendum
By Kabar Mapegaa 9:46:00 AM Aktivis , AKTIVIS PAPUA , BERITA PAPUA
Bentuk dukungan Masyarakat Kaimana atas Pitisi dukungan Papua Barat untuk West Papua di daftarkan ke Komite Dekolonisasi PBB. (Dok KNPB Kaimana) |
Ekonomi Kapitalis di Papua, Tanah dan Rakyat Punah
By Kabar Mapegaa 4:21:00 PM AKTIVIS PAPUA , artikel papua , Opini
Realisasi dari isi Trikora ini, maka Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1962 yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto untuk melakukan operasi militer ke wilayah Irian Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda.
Akhirnya dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan militer yang diturunkan untuk operasi lewat udara dalam fase infiltrasi, seperti; Operasi Banten Kedaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil, Operasi Naga, Operasi Rajawali, Operasi Lumbung, Operasi Jatayu. Operasi lewat laut adalah Operasi Show of Rorce, Operasi Cakra, dan Operasi Lumba-lumba. Sedangkan, pada fase eksploitasi dilakukan Operasi Jayawijaya dan Operasi Khusus (Opsus). Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu.
Maka, jelaslah PEPERA yang dilakukan pada tahun 1969 akan dimenangkan oleh Indonesia. PEPERA dilaksanakan dengan sistem “musyawarah untuk mufakat” (sistem pengambilan keputusan di Indonesia) yang bertentangan dengan isi dan jiwa New York Agreement. Dimana, dari 809.337 orang Papua pada saat itu yang memiliki hak pilih hanya diwakili oleh 1.025 orang yang dimasukan dalam Dewan Musyawarah (Demus). Yang mana, sebelumnya sudah diindoktrinasi untuk memilih Indonesia. Ironisnya lagi, dari 1.025 orang, cuma 175 orang yang memberikan pendapat. Di samping itu PEPERA 1969 dilaksanakan dengan teror, intimidasi, penangkapan, dan pembunuhan (pelanggaran hukum, HAM dan Demokrasi). Kemenangan PEPERA secara cacat hukum dan moral ini akhirnya disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat Resolusi Nomor 2504 dan diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 7 Tahun 1971.
Dalam hal ini, negara Indonesia dan hegemoni terus memperjayakan Imperialisme global. Lagi-lagi, Amerika, Inggris, Jepang, Korea Selatan dan Cina adalah raja bagi Indonesia. Jangan heran ketika Presiden Indonesia, Jokowidodo hadir dalam pertemua APEC dan mempresentasekan bagaimana Indonesia menyiapkan lahan Pangan berbasis Internasional serta Migas (Minyak dan Gas) terus beroperasi. Dan dalam pertemuan G20 Jokowidodo hadir sebagai sentral Ekonomi dunia dengan dasar Freeport, ini membuat presiden Indonesia sebagai pekerja dapur ekonomi global.
Salah satu proyek utama MP3EI adalah proyek MIFEE di bagian selatan Papua. Sebuah skema raksasa yang membuka lahan dan merusak penghidupan tradisional masyarakat adat Malind beserta kelompok-kelompok adat lainnya di bagian selatan Papua.
Menurut MP3EI, MIFEE akan mencakup area sebesar 1,2 juta hektare, dan terdiri dari 10 klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Prioritas pengembangan jangka pendek (2011-2014) adalah mengembangkan klaster I - IV, yang meliputi area seluas 228.023 ha, di Greater Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian. Prioritas jangka menengah (2015 - 2019), area-area untuk sentra produksi pertanian pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan budi daya air akan dikembangkan di Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Jangka panjang (2020-2030), area produksi pusat untuk tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan yang akan dikembangkan di Nakias dan Selil. Tanaman pangan terdiri dari beras, jagung, kacang kedelai, sorgum, gandum, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Hewan ternak akan terdiri dari ayam, hewan ternak, kambing, dan kelinci. Tebu, karet, dan kelapa sawit adalah tanaman non-pangan yang diidentifikasi akan dikembangkan dalam skema tersebut.
Pengembangan kawasan industri tembaga dan emas di Timika sudah direncanakan, bersama dengan pembangkit listrik, perbaikan jalan dan pelabuhan serta perubahan peraturan perundang-undangan untuk mendukung pengembangan. Eksplorasi minyak dan gas akan ditingkatkan dengan akses yang diperbaiki untuk para investor.
Infrastruktur pendukung yang disebutkan dalam MP3EI untuk lokasi proyek Tangguh yang dioperasikan oleh BP di Bintuni terdiri dari pipa-pipa transmisi dan pengembangan jaringan distribusi. Artinya bahwa tidak ada maksud dan niat yang sesuai dengan harapan rakyat dan Bangsa Papua.
Negara dan Hegemoninya sudah terbukti bahwa Imperialisme Global telah dan sedang mencekik Tanah Papua hingga pemiliknya tidak berhak bahkan diperhadapkan dengan berbagai satuan militer sesuai kepentingan investor global.
Penulis akhirnya sambut hormat atas pernyataan Ali Murtopo, Luhut Binsar Pandjaitan, dan kawan-kawannya, Penguasa negara Indonesia yang memperjelas wajah Indonesia hingga membuktikan bahwa Indonesia adalah penjajah. Dan Orang Indonesia yang tidak henti-hentinya memperlakukan Orang Papua setengah binatang, memanggil Orang Papua dengan sebutan Kera, pemabuk, bodok, dan lainnya.