Meningkatkan Mutu Pelayanan Keselamatan Pasien, RSUD Paniai Telah Gelar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
By Kabar Mapegaa 8:43:00 PM BERITA PAPUA , Kesehatan
Para Pegawai Perawat Sedang Mengikuti Pelatihan d Kantor RSUD Paniai. (Foto: Yulianus Nawipa/KM) |
Paniai, KABAR
MAPEGAA.com – Demi Meningkatkan mutu
pelayanan keselamatan Pasien, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madi, Kabupaten
Paniai telah menggelar pelatihan bantun hidup dasar, pencegahan pengedalihan
penyakit Infeksi dan alat perlindungan diri kepada para pegawai perawat RSUD
Paniai.
Kegiatan itu telah diselenggarakan selama empat hari terhitung dari tanggal 06-10 November
2017 di lingkungan Kantor RSUD, Madi, Paniai.
“Selain memberikan
pelatihan kepada para pegawai perawat juga dilakukan dengan tujuan demi
meningkatkan akreditas RSUD versi 2012 diubah menjadi tipe B,” Kata Kepala Direktur
RSUD Paniai, dr Agus, kepada Wartawan, belum lama ini.
Sementara itu, Salah Satu Dokter yang betugas di RSUD Paniai,
Holland Lydia Marpaung mengharapkan agar para pegawai perawat dapat
mengikutinya kegiatan dengan baik.
“Kami mempersiapkan
tenaga para pegawai perawat juga selain meningkatkan akreditas RSUD,”terangnya.
Pewarta :
Yulianus U Nawipa
Editor : Alexander Gobai
Lulusan Akper Mahasiswa Pribumi Meepago Diharapkan Berikan LP
By Kabar Mapegaa 9:14:00 PM BERITA PAPUA , Kesehatan , Mamta
Para Wisudawan/I Akpre Poltkes Diploma III Sedang Foto Bersama. (Foto: Petrus Douw/KM) |
Jayapura, KABAR MAPEGAA.com – Alida
Tekege Mewakili Orangtua Wisudawan/I Akademik
Keperawatan Politeknik Kesehatan (Poltekes), Jayapura Diploma III atas nama Yakobus Waine,
Alrda, Laurenzia Tebey, Rosa Gobai, Elisabet You dalam sambutannya mengharapkan
pemerintah perlu membuka mata terhadap mahasiswa/I yang telah menyelesaikan
pendidikan lebih khsususnya lulusan Keperawatan Kesehatan agar diberikan Lapangan
Pekerjaan (LP) yang sebaik mungkin yang nantinya membantu pengobatan
masyarakat.
“Kami sebagai orangtua
hanya dapat berharap bahwa Pemda perlu memberikan mereka Lapangan Pekerjaan
(LP). Kalau bisa saat penerimaan PNS diupayakan untuk menerima anak asli
Pribumi meepago, jangan non-Papua,”kata Tekege, Rabu, (23/08/17) dari Asrama
Kamuu, Jayapura, Papua.
Menurutnya, Pemda jangan
hanya tahu menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang Non-Papua. Tapi, harus
juga membuka LP kepada orang Asli Pribumi.
"Maka, tolong
perhatikan, jeripaya orangtua yang telah membiayai anak-anak kami dengan satu
harapan, anak-anak bisa kerja di daerahnya,”bebernya.
Mewakili Wisudawan Yakobus
Waine, mengaku dirinya bahwa dirinya
beserta rekan-rekan lainnya sudah siap
turun lapangan membantu masyarakat dalam bidang pengobatan kesehatan.
“Ya, tergantung
Pemda, kalau Pemda siap pakai tenaga
kami, ya, kami siap melayani sesuai dengan profesi kami,”pungkasnya.
Pewarta : Petrus Douw
Editor :
Alaxander Gobai
PEMDA Deiyai Bertanggung Jawab, Akibat Penyakit Wabah Serampah 40 Bayi Balita Meninggal Dunia
By Kabar Mapegaa 6:53:00 PM Kesehatan , Opini , Pemerintah.
OPINI, KABARMAPEGAA.Com – Statement FORKOPMADE se-Jawa dan Bali, semestinya Pemerintah Daerah Kabupaten Deiyai mengutamakan untuk membangun rakyat atau manusianya sendiri bukan pembangunan fisik atau infrastruktur. Karena di seluruh tanah Papua khususnya di daerah Meeuwodide sangat nampak pembangunan fisik atau infrastruktur kalau kita bandingkan dengan pembangunan atau pemberdayakan manusia itu sendiri.
Berapa banyak anak-anak Mee yang telah menyekolahkan di jurusan atau bidang keguruan dan atau kedokteran atau kesehatan yang nantinya akan kembali mengabdi di daerahnya sendiri?
Berapa banyak meeyoka yang menyekolahkan oleh pemda di jurusan penerbangan yang nantinya menjadi pilot orang Mee? Dan sebagainya.
Pertanyaannya adalah pembangunan fisik atau infrastruktur di daerah terlihat meningkat seperti membangun gedung-gedung Sekolah yang mewah tanpa mengandalkan dan memikirkan pendidik atau guru.
Membangun Postu atau Puskesmas tanpa pekerja dan pelayanan medis yang memang orang asli Mee dan sebagainya.
Jangan lagi pemerintah daerah memakai sistim kontrak pekerja dari luar Papua. Ini kesalahan fatal yang dilakukan oleh pemda terkait dengan kontrak guru dan medis dari luar Papua. Ini kita rugi dua kali lipat ganda.
Alangkah baiknya PEMDA Deiyai salurkan dan khususkan dana kesehatan dan pendidikan untuk menyekolahkan di jurusan keguruan dan Kesehatan untuk bekerja sama dengan universitas jurusan terkait yang menonjol.
Oleh sebab itu, PEMDA Deiyai harus bertanggungjawab atas kematian anak di bawah umur (balita), PEMDA Deiyai harusnya membangun manusia bukan infrastruktur.
Maka, atas akibat penyakit wabah serampah 40 bayi balita meninggal dunia, PEMDA Deiyai segera bertanggung jawab dengan tindakan yang secepatnya agar terhindari dari penyakit yang menimpah terhadap balita. (Muyepimo/KM)
Maka, atas akibat penyakit wabah serampah 40 bayi balita meninggal dunia, PEMDA Deiyai segera bertanggung jawab dengan tindakan yang secepatnya agar terhindari dari penyakit yang menimpah terhadap balita. (Muyepimo/KM)
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Bandung
Tigi Barat: 4 Kampung Terserang Wabah Serampah, 40 Bayi Balita Meninggal Dunia
By Kabar Mapegaa 9:04:00 PM BERITA , Berita Tanah Papua , Kesehatan , Meepago
Ketika masyarakat tigibarat membahas terkait 4 kampung terserang wabah serampah 40 bayi balita meninggal.(Foto: Antex/KM) |
DEIYAI, KABAR MAPEGAA.COM-- Dikabarkan 40 Bayi Balita, di empat kampong: Digikotu; Piyakedimi; Yinidoba dan Kampung Epanai, Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai, Papua, meninggal dunia akibat terserang wabah penyakit serampah.
Untuk menanggulangi wabah penyakit ini, kepala Distrik Tigi Barat, Frans Bobii, S.Ap telah bentuk Tim yang melibatkan tim medis dan Satuan Tugas Kaki telanjang (Satgas Kijang) saat bersamaan rapat yang diadakan pada hari Rabu, (12/077/2017) bertempat Ruang Rapat, Kantor Distrik Tigi Barat.
Awalnya informasi tersebut dilaporkan para kepala kampung kemudian disikapi Kepada distrik Tigi Barat.
Kedua tim yang terbentuk itu, akan dipumpin oleh kepala Puskesmas Ayatei Yonathan Badii dan Yulianus Edoway Kapus Tenedagi.
Usai pembentukan tim, dipimpin Dr. INDAH Erawati langsung turun ke beberapa kampung yang terserang wabah serampah. Hasil diagnosis ditetapkan jika kematian tersebut akibat serangan wabah serampah.
Tim dinas kesehatan kabupaten Deiyai turun ke lapangan menyusul tim terdahulu dari distrik.
Sementara itu, Naomi Edoway, S.Km kepada kabar mapega mengatakan, pihaknya sudah koordinasi dan akan menyiapkan semua obat sehingga besok hari Kamis (13/7) langsung akan melayani warga tersebut.
Pewarta: Matheus Tekege
Editor: Manfred
Ini Pres Release Kopkedat Mengenai Team Kaki Telanjang
By Kabar Mapegaa 8:25:00 PM BERITA PAPUA , Kesehatan
Suku Korowai Foto : KM/ist |
JAYAPURA,KABAR
MAPEGA.com--Komunitas
Peduli Kemanusiaan Daerah Terpencil Papua (Kopkedat) mengatakan,sejauh ini tim
Kaki Telanjang (Kijang) yang ditugaskan Dinas Kesehatana (Dinkes) Provinsi
Papua, sampai saat ini belum tiba di kampung Brukmakot, Korowai.
Tim
Kaki Telanjang yang ditugaskan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua sampai saat
ini belum masuk di Korowai Batu, Brukmakot. Tim Kaki Telanjang sementara ini
masih berada di tempat kantor distrik, Seradala semenjak tiba di ibu kota
distrik. Selain itu, tim kijang juga tinggal di DKI,ibu kota Yahukimo
Masyarakat bersama para penginjil sangat mengharapkan tim satgas bisa melakukan
pengobatan di setiap pemukiman warga.
Karena
masyarakat di Korowai yang tengah menderita membutuhkan pelayanan intensif.
Masyarakat sudah menderita sudah lama. Penanganan kesehatan yang lama, hanya
menambah derita sampai banyak masyarakat yang meninggal tanpa adanya penanganan
medis. Tim medis yang diutus dinas kesehatan Papua, harus bergerak cepat.
Melakukan upaya yang bisa meminimalisir ancaman penyakit kronis dan melakukan
pengobatan pencegahan.
Banyak
kasus kesehatan yang belum ditemukan di kalangan masyarakat Korowai. Pada 13
Juni 2017 lalu, ada seorang ibu yang meninggal dunia setelah melakukan
persalinan di Brukmakot. Peristiwa ini tepat, tim kaki telanjang berada di ibu
kota distrik. Namun jarak dari ibu kota distrik ke Brukmakot cukup jauh, 80-100
km, ditambah dengan akses komunikasi yang terbatas membuat kesulitan bagi
masyarakat untuk menghubungi tim kaki telanjang.
Peristiwa
diatas hanya sebuah cerminan dari keseluruan di Korowai. Kematian ini bila
ditambah dengan sebelumnya, maka sudah berkisa 64 orang meninggal dunia dalam
rentan waktu 7 tahun (2011-2017). Sementara khusus penderita penyakit
filariasis 37 orang. Disini perluh ditegaskan, bahwa jumlah kematian, penderita
kaki gajah berasal dari Brukmakot, Korowai Batu, Ayak, Woman. Belum termasuk
dengan kampung-kampung lain.
Korowai
yang dikenal dengan rimba hutan, membuat semua pihak sulit memantau kondisi
kesehatan masyarakat. Sehingga untuk menghindari dan untuk menjawab persoalan
kesehatan orang Korowai. Sehingga diharapkan tim kaki telanjang dapat membawah
angin segar bagi masyarakat. Diharapkan tim kijang dapat melakukan pelayanan
segera guna menekan rantai kesakitan dan kematian di Korowai.
Apabila
tim medis tidak melakukan penanganan medis yang itensif, maka dikawatirkan akan
terus menambah kesakitan, penderitaan dan kematian. Dalam data kami sendiri,
terdapat 9 bayi tentunya harus memberikan faksinasi di Posyandu agar tidak
menambah kematian di Brukmakot. Sejumlah 9 orang tersebut mesti melakukan
pendekatan dan penanganan kesehatan secara dini termasuk beberapa kampung
lainnya yang masih rentan terserang penyakit.
Selain
itu, persoalan pendidikan pun di wilayah ini dari tahun ke tahun tak kunjung
baik. Hampir semua orang Korowai tidak pernah mendapat akses pendidikan yang
baik. Rata-rata orang Korowai belum sekolah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa
faktor utama. Penyebab yang paling nampak adalah belum adanya sekolah dasar,
menengah, dan atas. Sekolah seperti di SD Seradala pun tutup lantaran tidak ada
tenaga guru. Kini sekolah tersebut ditutupi oleh rerumputan.
Berdasarkan
ini, kami KOPKEDAT Papua mendesak kepada:
1.
Dinas Kesehatan kabupaten Yahukimo, untuk melakukan penanganan kesehatan di
wilayah Brukmakot, Ayak, Woman dan sekitarnya. Memperhatikan dan mengawasi tim
kaki telanjang dari dinas kesehatan provinsi Papua yang sementara ini masih
berada di DKI Yahukimo dan sebagian di Seradala.
2.
Dinas kesehatan kabupaten Yahukimo, Asmat, Boven Digoel dan Pegunungan Bintang
untuk meninjauh persoalan kesehatan dan pendidikan masyarakat untuk suku
Korowai menurut masing-masing wilayah administrasi pemerintahan.
3.
Mendesak kepada bupati Yahukimo, Asmat, Boven Digoel dan Pegunungan Bintang
untuk memberikan kebijakan khusus di bidang pendidikan dan kesehatan di selueuh
wilayah Korowai.
4.
Mendesak kepada pemerintah provinsi Papua dalam hal ini gubernur Papua, Lukas
Enembe untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap dana otonomi khusus yakni
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan di wilayah Korowai.
5.
Meminta kepada dinas kesehatan provinsi Papua untuk melakukan pengawasan yang
baik terhadap program dan kebijakan kesehatan di empat kabupaten yang
berbatasan dengan Korowai.
6.
Meminta kepada dinas pendidikan, pemuda dan olah raga provinsi Papua, kabupaten
Yahukimo, Asmat, Boven Digoel, dan Pegunungan Bintang agar kembali mengaktifkan
sekolah dasar di Korowai maupun wilayah administrasi pemerintahan
masing-masing.
7.
Mendesak kepada presiden Joko Widodo, agar memberikan satu kebijakan khusus
terkait persoalan kesehatan dan pendidikan di Papua khususnya di wilayah suku
Korowai.
Wamena, 28 Juni 2017
Ketua Kopkedat
Papua
Yan
Akobiarik
|
Sekertaris Kopkedat
Papua
Jhon
Ahayon
|
Mahasiswa Asal Dogiyai di Akper Nabire Pertanyakan Dana Akhir Studi
By Kabar Mapegaa 9:48:00 PM BERITA PAPUA , Kesehatan , PENDIDIKAN
Mahasiswi Asal Kabupaten Dogiyai yang berada di kampus Akper Nabire. (Foto: Ist@) |
DOGIYAI, KABAR MAPEGAA.com – Mahasiswa dan Mahasiswi asal
kabupaten Dogiyai yang bependidikan pada kelas Pemda di Akademik Keperawatan
(Akper) Nabire mempertanyakan Dana Akhir Studi (TA) Tahun 2017 yang hingga kini
belum jelas.
“Kami
telah menunggu dari bulan maret hingga saat ini Pemda Dogiyai belum memberikan
reaksi untuk pembagian Dana Akhir Studi,” kata Salah Satu Mahasiswi Akper
Nabire, Theresia Wakey, kepada kabarmapegaa.com, senin, (12/06/2017), Melalui
Via Telfon Seluler.
Kata
dia, mulai dari bulan maret hingga kini dirinya beserta rekan-rekan lainnya
masih menunggu reaksi Pemda Dogiyai, namun belum ada respon positif.
“Kami
akan tetap menuntut hak kami kepada Pemda Dogiyai agar segera merealisasikan
dana akhir studi. Karena menurutnya, pihak kampus sedang menuntut untuk melunaskan
kekurangan kami,”pungkasnya.
Selain
itu, dikatakan, kelas pemda ini, berada pada akhir semester yang pada bulan
agustus akan menyelesaikan studi.
“Kami
adalah mahasiswa dan mahasiswi akhir semester yang sebentara lagi akan
diwisudakan,”katanya.
Sementara, salah satu mahasiswi Akper Nabire, Beatris Makai, mengatakan di bulan Agustus 2017 mendatang dirinya berserta rekan-rekannya akan diwisudakan. Namun, dirinya tak tahu karena biaya belum jelas hingga kini.
“Jadi,
kami masih menunggu respon pemda saja,”tutupnya.
Pewarta : Yan Yuaiya Goo
Editor :
Alexander Gobai
Kurangnya Pengontrolan Pengendalian Penyakit Pertusis dan HIV/AIDS Di Papua
By Kabar Mapegaa 10:17:00 AM BERITA , Kesehatan , PEN-BUD-KES-
Sebuah 3d diberisikan ilustrasi dari HIV. Foto: 123RF |
YOGYAKARTA, KABARMAPEGAA.COM--Salah satu dampak negatif dalam memerangi penyakit batuk rejan dan HIV/AIDS di Provinsi Papua diakibatkan karena kurang adanya fasilitas kesehatan dan tenaga medis.
“Meskipun penyakit batuk rejan, atau pertusis, dan HIV/AIDS dapat diobati, tetapi telah berkembang pesat menjadi epidemi di Papua, hal ini dikarenakan kurangnya pengobatan yang tepat,” tulis Radio News Zealand (RNZ) edisi Kamis (13/04/2017).
Kemudian, data Dinas Kesehatan Papua pada bulan Juni 2016 menunjukkan bahwa, ada 25.349 kasus HIV/AIDS di 28 kabupaten dan kota di Jayapura.
Dinyatakan, batuk rejan telah menyebar dengan cepat di Papua dan ada klaim bahwa pihak berwenang setempat telah mengabaikan tanggung jawabnya untuk menjamin kesahatan masyarakat.
“Salah satu Kabupaten di Papua, Penyakit pertussis ini telah menewaskan sedikitnya 54 anak dalam jangka waktu empat bulan pada Januari 2016 lalu,” jelas RNZ
Sementara itu, Informasi yang dihimpun dari Advokasi kesehatan Papua, SKPKC Fransiskan, penyakit pertusis dan HIV / AIDS telah mengambil banyak nyawa. Hal ini diakibatkan karena kurang mendapatkan perawatan yang serius.
Pewarta: Manfred
“Meskipun penyakit batuk rejan, atau pertusis, dan HIV/AIDS dapat diobati, tetapi telah berkembang pesat menjadi epidemi di Papua, hal ini dikarenakan kurangnya pengobatan yang tepat,” tulis Radio News Zealand (RNZ) edisi Kamis (13/04/2017).
Kemudian, data Dinas Kesehatan Papua pada bulan Juni 2016 menunjukkan bahwa, ada 25.349 kasus HIV/AIDS di 28 kabupaten dan kota di Jayapura.
Dinyatakan, batuk rejan telah menyebar dengan cepat di Papua dan ada klaim bahwa pihak berwenang setempat telah mengabaikan tanggung jawabnya untuk menjamin kesahatan masyarakat.
“Salah satu Kabupaten di Papua, Penyakit pertussis ini telah menewaskan sedikitnya 54 anak dalam jangka waktu empat bulan pada Januari 2016 lalu,” jelas RNZ
Sementara itu, Informasi yang dihimpun dari Advokasi kesehatan Papua, SKPKC Fransiskan, penyakit pertusis dan HIV / AIDS telah mengambil banyak nyawa. Hal ini diakibatkan karena kurang mendapatkan perawatan yang serius.
Pewarta: Manfred
TPKP:Kendala Dana Untuk Nyalurin Bantuan Suku Korowai
By Kabar Mapegaa 6:46:00 PM BERITA PAPUA , Kesehatan
Mahasiswi Gelar Aksi Galang Dana di Lampu Merah, Dok 2, Kota Jayapura. (Foto: Alexander Gobai/KM) |
JAYAPURA,KABAR
MAPEGA.COM --Tim Kesehatan
dan Pendidikan Rimba Papua (TPKP)
dikabarkan kendala pengiriman bantuan kemanusian ke suku korowai.
Ketua TPKP Rimba
Papua, Norberd Bobii menegaskan,
banyak
bantuan mulai berdatangan di posko darurat kesehatan dan pendidikan untuk
Korowai.kami pusatkan
pengumpulan bantuaan di asrama Yalimo, ekspo Waena.Bantuan tersebut berkumpul dari berbagai pihak organisasi maupun secara pribadi.
“Bantuan yang kami kumpulkan
Sekitar
3 ton berupa pakaian layak
pakai,obat-obatan, buku tulis, bolpen, pensil, mistar, sabun mandi, sabun cuci dan bama,”katanya kepada wartawan
kabarmapega.com jumat,(07/04).
Namun,kata
dia,barang yang terkumpul ini sangat
kurang
untuk kebutuhan suku Korowai.seba
menurutnya,suku Korowai sangat banyak dan berpencar di beberapa dusun di persimpangan
kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Boven Digoel dan Asmat.
Kopkedat Papua dan TPKP Rimba Papua akan menjalankan
sumbagan sukarela dan kotak amal di beberapa basis diantaranya; gereja, LSM,
BEM-PTN dan BEM PTS, instansi pemerintah dan pihak berkompoten lainnya.
Ribka Degei
Peduli kemanusian mengatakan, dirinya rasa peduli pada orang Korowai meninggal tanpa ada pelayanan kesehatan.
Ia
pun berharap,dengan sumbangan ini dapat bermanfaat bagi suku Korowai yang berada di rimba
hutan Papua selatan.
“Saya sumbang baju untuk suku korowai karena
rasa kepedulian.semoga bantuan
ini bermanfaat bagi mereka, kata Ribka kepada kabarmapega di kabesma Uncen
pada Jumat, (07/04).
“Kami
minta dinas kesehatan Papua yang membentuk tim untuk bersama-sama turun ke Korowai,”Ujar Norbed Bobii yang juga ketua
BEM Fakultas Kedokteran Uncen itu.
Menurut,Bobii pihak
dinkes Papua perlu konsisten untuk melakukan pengkajian maupun penilaian cepat
terhadap kondisi ekologi di Korowai.
Sehingga kelak pemerintah terutama dinas kesehatan dapat
memberikan pengobatasan sesuai dengan kebutuhan para penderita penyakit.
Sementara
itu,Ketua Komunitas Peduli Kemanusian Daerah Terpencil(Kopkedat Papua), Yan
Akobiarik membeberkan bahwa pihaknya membutuhkan bantuan dari semua pihak.
Ia mengaku,banyak barang
yang sudah dikumpulkan di Jayapura, namun pihaknya mengalami kendala besar
dengan biaya pengiriman barang dari Jayapura ke Yahukimo melalui pesawat udara.
Wartawan Ketika ditanya,
ada perhatian dari pemerintah? Yan mengatakan, dinas kesehatan Papua sudah tangani satu
pasien atas nama Imanuel Warita.
Ia berharap, dinas kesehatan turunkan team medis untuk
melayani masyarkat korowai.kalau di biarkan terus suku korowai akan habis
penyakit yang di derita.
Informasi yang dihimpun media ini selama ini dinas
kesehatan Papua sudah tangani Imanuel Warita Imanuel ini dalam pengawasan kami,
teman-teman Kopkedat”, ucapnya
Yan.
Pewarta :
Soleman Itlay
Editor
: MP