Catatan Buat Generasi Muda Papua; Mengenai PILKADA Gubernur Papua Periode 2018 – 2023
By Kabar Mapegaa 11:41:00 AM Gubernur Papua , Opini , PILKADA
![]() |
Foto: Dok, Benny P/KM |
Oleh: Benny Pakage
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Yang ingin kami sampaikan adalah untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur Papua adalah Hak Seseorang,namun orang Papua harus bijak melihat realita yang terjadi, sehingga tidak terjebak dalam permainan Politik pribadi dan kelompok serta kepentingan Jakarta yang telah mengorbankan orang Papua selama 50 tahun. Sehingga saya memberi beberapa catatan dengan Pencalonan Paulus Waterpauw oleh Golkar ini.
Pertama; Terpilihnya Lukas Enembe sebagai Gubernur Papua periode 2014-2018 adalah Anugrah Tuhan buat orang Papua yang telah lama di kekang baik oleh Partai Golkar yang telah lama berkuasa,maupun oleh Pemerintah pusat di Jakarta.
Kedua; SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang saat itu di usung oleh Partai Demokrat dan menjadi Presiden RI selama dua Periode waktu itu namanya tercoreng dengan adanya Pelanggaran HAM di tanah Papua. Sehingga untuk membersihkan dirinya dari noda HAM dan Kekangan Demokrasi, dia membentuk UP4B melalui Bambang Darmono dan untuk membangun terus membuat tim dialog melalui Farid Husein yang juga bertemu berbagai elemen di Papua, sehingga Lukas Enembe yang saat itu di usung Demokrat menjadi Gubernur karena, KODAM XVII Cendrawasih dan Polda Papua saat itu Irjen. Tito Karnivian di perintah SBY dengan alasan 50 Tahun orang Gunung tidak pernah jadi Gubernur Papua agar menolong Lukas Enembe. Sehingga, bila ada tuntutan Papua Merdeka dari tokoh-tokoh Papua agar Papua di bicarakan, SBY katakan; Silakan anda minta apa saja, tetapi jangan minta Papua Merdeka.
Ketiga; Pada tanggal, 09 April 2013 Lukas Enembe di Lantik menjadi Gubernur Papua Periode 2013 - 2018 dan di lantik di lapangan Mandala Jayapura sesuai permintaan Lukas Enembe, dan dalam 100 hari kerja Lukas membakar 18.000 Proposal (12 Juli 2013) dan menebang pohon beringin (09 April 2013) di halaman kantor Gubernur Jayapura dengan mengubur 18 ribu Proposal itu sebagai hari runtuhnya Partai Golkar di tanah Papua.
Keempat; Dalam Pemilu 2014 Golkar yang selama ini menjadikan Papua sebagai lumbung suara buat anggotanya di DPR - RI dan DPRP serta DPRD Kabupaten di Propinsi Papua menurun drastis, sehingga mereka hanya memperoleh 1 kursi di Jakarta, DPRP 6 kursi dan di kabupaten 47 kursi. Akibatnya; salah satu jagoan atau pion dalam pencaturan politik di Indonesia milik Golkar yaitu Yoris Th. Raweyai menjadi korban dengan tidak menjadi anggota DPR - RI dalam kepemimpinan Lukas Enembe dan Klement Tinal sebagai Gubernur dan Wakil Gubenrnur Papua. Dalam Kepemimpinan Lukas Enembe ini juga mengeluarkan kebijakan melarang beredarnya Miras di tanah Papua dengan lasan telah menelan sekian ribu nyawa orang Papua. Alasan ini menjadi masalah buat kelompok yang telah lama menguasai Papua melalui Golkar ini, terutama yang menjadi marah adalah pemasok tunggalnya di papua yaitu Yoris Th Raweyai yaitu Ketua Asosiasi Bar dan Hiburan malam Indonesia serta Rudy Waswi Pengusaha Miras di Papua yang sekaligus sebagai manajer Persipura.
Dalam hal larangan Miras ini, Henock Ibo yang juga anak buahnya Lukas Enembe di Partai Demokrat menuduh Persipura memperoleh prestasi karena di biayai uang haram yaitu dari Miras. Tuduhan ini di balas Benhur Tomy Mano dengan emosi besar pada tanggal, 31 Maret 2016, bahwa Persipura memperoleh prestasi bukan karena Miras, tapi karena Kualitas pemain. Atas tuduhan ini, kelompok yang membekap beredarnya Miras dan prostitusi di tanah Papua ini bekerja keras untuk menyingkirkan Boy Markus Dawiri sebagai Calon Walikota Jayapura dengan memborong semua partai politik buat Benhor Tomy Mano, sehingga KPU Kota menetapkan Mano tanggal, 11 Januari 2017 sebagai calon tunggal.
Padahal dari paling yang di buat Media Jubi, Boy di pastikan akan mengalahkan Benhur Tomy Mano, sehingga Mano menang tanpa perlawanan. Kemengan Benhor Tomy Mano ini tidak di ikuti dengan keberhasilan Persipura yang tidak mendapatkan sponsor dari PTFI dengan alasan, PTFI masih bermasalah dengan KK ke IUPK, padahal orang yang selama ini menolong membicarakan sponsor Persipura kepada PTFI agar PTFI memberikan dukungan yaitu Simon Patrice Morin (mantan Anggota DPR - RI dari Golkar), di marah, Agus Kafiar (mantan Rektor Uncen dan Vice Presiden PTFI) ada.
Demikian juga, dengan empat kali menjadi Bintang di Indonesia, Persipura masih juga sulit mendapatkan sponsor karena kelompok penguasa tadi masih mengekang Persipura dan menjaganya agar tidak jatuh ke Sponsor lain. Karena Informasi beredar,uang yang di berikan oleh sponsor seperti dari PTFI dan Bank Papua, di manfaatkan dan di bagi oleh kelompok Pengusaha ini dengan menyerap uang tersebut ke Hotel dari kolega mereka, Perusahaan Penerbangan dan Transportasi lokal selama perjalanan. Sehingga dengan pertimbangan itu Bank Papua juga tidak memberikan Sponsor kepada Persipura melalui Bank Papua dengan terlebih dahulu Yohan Kafiar 20 Mei 2012 yang mensponsori liga di Indonesia ini di depak oleh Pemegang Saham yaitu PEMDA Propinsi Papua dari Direktur Utama Bank Papua dengan alasan tidak memberikan kontribusi dan menggantikannya.
Mengenai Persipura yang belum mendapatkan Sponsor, Gubernur Papua melalui SEKDA Harry Dosinaneen (17 Maret 2017) meminta waktu kepada Persipura agar membicarakan Sponsor buat mereka namun Benhor Tomy Mano menolak dengan alasan lagi Persipura tidak bisa menggunakan uang Pemerintah sebagai Tim Profesional (lihat).
Kelima,Untuk kepentingan Golkar adalah; bagaimana mereka menaikan elektablitas mereka sehingga seharusnya Klement Tinal yang seharusnya menjadi Ketua DPD Propinsi Papua di tarik dalam Munas 17 Mei 2016 partai Golkar Jakarta di Bidang Otonomi Khusus karena, Klement cocok untuk mengganggu Kekuasaan Jakarta dengan Pemekaran Papua Tengah bila di loloskan. Sehingga bila Klement Tinal masih menjadi Wakil LE pada tahun 2018 maka, Golkar akan mendulang keuntungan dengan mencalonkan dua kandidat sekaligus yaitu Klement Tinal dan Paulus Waterpauw.
Keenam; Kepentingan Pemerintah Pusat dengan pencalonan Paulus Waterpauw ini adalah hanya sebagai perang Psikologi atau perang urat Syarat dengan memanfaatkan kekuasaan Jokowi Golkar berusaha merebut Papua dengan asumsi Golkar membantu Pemerintah Jokowi dengan kehadiran Paulus Waterpauw untuk memotong mata rantai dukungan Birokrasi pemerintah kepada ULMWP dan kampanye Papua merdeka dengan pembersihan orang gunung dan pantai yang di anggap mendukung Papua Merdeka. Sehingga sebagai bagian dari perang urat Syaraf (PUS) Waterpauw adalah pion Politik Golkar dalam menemukan sikap Politik Pemerintahan yang sah, dan ini akan masuk akal. Padahal, Yoris TH Raweyai main untuk amankan kekuasaan diri pribadi serta usahanya melalui partai Golkar dengan menjadikan Paulus Waterpuw sebagai Pion Politik karena dia dianggap orang yang tepat untuk melindungi Bisnis Haram Yoris yang sudah membunuh sekian ribu orang Papua.
Ketujuh; sebagai kesimpulan, pencalonan Paulus Waterpauw sebagai Calon Tunggal dari Partai Golkar menunjukkan, Golkar masih mau mengekang orang Papua dengan memanfaatkan isu Papua dalam rangka mengganggu Kekuasaan Jakarta. Sehingga, bila Waterpauw terpilih sebagai gubernur. Semua Bisnis Ilegal mulai dari tambang, sawit, kayu, ikan, tanah dan sebagainya akan di kuasai oleh orang yang mencalonkan Waterpauw ini sebagaimana masa Soeharto dengan Ilegal Loging, kayu serta emas, perak. Silakan memilih. (Frans P/KM)
Gubernur Papua Resmikan Pembangunan Gedung II Kantor DPR Papua
By Kabar Mapegaa 3:07:00 PM BERITA PAPUA , DPRP Prov. Papua , Gubernur Papua , Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung DPRP
![]() |
Gubernur Papua, Lukas Enembe, Ketua DPRP, Yunus Wonda dan Perwakilan Polda,dan Pangdam Cendrawasih Papua Siap Meletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung II DPRP. (Foto: AlexanderGobai/KM) |
Jayapura, (KM) – Hari ini, Kamis (21/07/16), Pembangunan
gedung II Dewan Perwakilan Rakyat Papua telah diresmikan pembangunannya
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Peletakan batu pertama ini di hadiri oleh sejumlah Muspida,
Tokoh Adat, tokoh masyarakat dan sejumlah elemen masyarakat di wilayah Kota
Jayapura. Untuk meningkatkan kinerja pimpinan dan anggota DPR Papua.
Gubernur Papua, Lukas Enembe mengemukakan, pembangunan gedung
II itu untuk nenambah kapasitas ruangan yang representatif sebab satu komisi
dan satu fraksi di tampung dalam satu ruangan.
"Saya atas nama Pemerintah Daerah Papua mendukung
pembangunan gedung II kantor DPR Papua ini dengan menggunakan APBD Pemprov
Papua tahun anggaran 2016/2017 melalui DPA sekretarian DPRP," kata Enembe.
Pembangunan gedung II yang merupakan kebijakan Pemda Papua
dan DPR Papua itu disebutkan Enembe, bakal dibangun di atas tanah seluas 13.155
meter persegi dan akan akan dilengkapi parkiran dua lantai di atas permukaan
laut.
"Ada 14 lantai dan dilakukan dalam dua tahap, tahap
pertama sembilan lantai menghabiskan dana Rp 72 miliar lebih dan dikerjakan
selama 205 hari kalender. Tahap kedua akan dikerjakan tahun anggaran 2017
dilanjutkan pekerjaan lantai 10 hingga 14," ujar Enembe.
Untuk itu, Enembe meminta kepada PT Waskita Karya yang
menjadi tender pembangunan gedung itu dapat melaksanakan pekerjaan dengan
teliti, sehingga penerapan pekerjaan tepat waktu.
"Saya pikir ini akan bersejarah dan menjadi simbol
kebanggaan bagi rakyat. Saya mengucapkan terima kasih kepada ondoafi yang telah
merelakan tempatnya" ujar Enembe.
Pewarta : Alexander Gobai
![]() |
Binatang Babi Disiapakan Ondoafi Kota Jayapura dan Diberikan Darah Untuk Pembangunan Gedung II Kantor DPRP (Foto: Alexander Gobai/KM) |
Pewarta : Alexander Gobai
Gubernur Papua Marah Tiga Menteri Kunjungi PT. Freeport Diam-Diam
By Kabar Mapegaa 2:17:00 AM Gubernur Papua , Lingkungan , PT.Freeport
![]() |
Gubernur Papua, Lukas Enembe. (Foto: google.com) |
Timika,
(KM)—Gubernur
Papua, Lukas Enembe, sangat kecewa sekaligus marah lantaran tiga menteri
Kabinet Kerja itu secara diam-diam berkunjung ke area Pertambangan PT Freeport Indonesia.
Apalagi menurut dia, lawatan itu tanpa berkoordinasi dengan pemerintah
setempat.
"Pak
Gubernur sangat marah. Kami juga marah karena tiga menteri itu datang melakukan
kunjungan kerja ke PT Freeport tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemda.
Apakah memang aturan protokoler kementerian seperti itu?" kata Bupati
Mimika, Eltinus Omaleng, di Timika, Senin (21/9), seperti dilansir dari Antara,
merdeka.com, Senin, (21/09).
Eltinus
mengatakan dia saat ini sedang berada di Manado, Sulawesi Utara, guna
menghadiri rapat kerja dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agraria,
dan kementerian terkait lainnya soal penyelesaian status hukum tanah-tanah
bandara bekas peninggalan pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Ketiga
mentri itu, yaitu: Menteri Perindustrian Saleh Husin,
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said,
dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Sofyan Djalil.
Ketiga
menteri didampingi sejumlah pejabat teras BUMN itu, tiba di Bandara Moses
Kilangin, Timika, pada Sabtu (19/9) pukul 04.30 WIT. Mereka menumpang pesawat
Airfast milik PT Freeport Indonesia. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan
ke Tembagapura dengan menumpang helikopter Airfast milik PT Freeport. Eltinus mengatakan,
baru mengetahui kegiatan kunjungan kerja ketiga menteri itu sehari setelahnya.
"Mereka
meminta untuk melakukan rapat dengan kami dari Pemda Papua dan Pemda Mimika di
Pendopo Rumah Negara (rumah jabatan Bupati Mimika di Karang Senang-SP3) pada
hari Minggu jam 10 pagi. Saya langsung lapor ke Pak Gubernur. Kami menolak
permintaan mereka karena itu hari libur. Apalagi bertepatan dengan kegiatan
ibadah," ujar Eltinus.
Terkait
hal itu, kata Eltinus, Pemprov Papua dan Pemkab Mimika menyatakan akan menyampaikan
surat protes keras kepada Presiden Joko Widodo
di Jakarta.
"Kami
akan sampaikan surat protes keras ke Presiden di Jakarta. Lain kali tidak boleh
pakai cara-cara seperti ini. Kalau ada menteri mau datang, terlebih dahulu
harus koordinasi dengan pemda," ucap Eltinus sambil bersungut.
Eltinus
juga mempertanyakan ada kepentingan apa di balik kunjungan ketiga menteri
secara diam-diam ke Freeport. Dia menilai selama ini pemerintah pusat
memberikan hak-hak sangat istimewa kepada PT Freeport Indonesia.
Akibat
adanya perlakuan istimewa itu, ujar Eltinus, terkadang para pejabat Jakarta
tidak pernah merasa ada pemerintahan di Papua yang juga punya hak dan
kewenangan mengatur dan mengawasi Freeport.
Kunjungan
kerja ketiga menteri itu berlangsung di tengah-tengah sengketa dengan warga
Suku Amungme. Mereka meminta perusahaan penambangan emas asal Amerika Serikat
itu membayar ganti rugi lebih dari Rp 400 triliun atas pemanfaatan lahan jutaan
hektare buat kelanggengan bisnis pertambangannya.
Tuntutan
imbal balik pemanfaatan tanah hak ulayat itu didasarkan atas kenyataan. Selama
lebih dari 40 tahun Freeport Indonesia beroperasi di Papua, perusahaan itu
belum pernah sepeser pun membayar ganti rugi hak ulayat Suku Amungme.
Freeport
kabarnya hanya membayar dana satu persen, atau sekarang disebut dana kemitraan
dari pendapatan kotornya sejak 1996, sebagai bentuk tanggung jawab sosial
kepada masyarakat setempat. Tentu bukan itu keinginan warga setempat dan jumlahnya
pun jauh dari harapan.
PT
Freeport Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) pertama di
Indonesia yang menjalin kontrak karya I dengan Pemerintah Indonesia pada 1967.
Mereka memperpanjang kegiatan pengerukan emas dan hasil tambang lainnya melalui
kontrak karya tahap II pada 1991, semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Menjelang
masa akhir kontrak karya tahap II PT Freeport pada 2021, mereka kini terus
melobi pemerintah di Jakarta guna segera mendapatkan kepastian perpanjangan
kegiatan pertambangannya, melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).(Alexander
Gobai/KM)