8 Pasang “Fashion Shouw Budaya” Ramaikan Panggung Aula USTJ
By Kabar Mapegaa 9:20:00 PM BERITA PAPUA , BUDAYA , Sosial-Budaya
Peserta Fashion Shouw Budaya berfoto bersama dengan Tim Juri. (Foto: Alexander Gobai/KM) |
Jayapura,
KABAR MAPEGAA.com - Satu-satunya
Universitas Swasta milik Yayasan Bhineka Tunggal Ika (YBTI) telah memecahkan
rekor pertama dalam menampilkan busana budaya.
8
Pasang Putra dan Putri dari mahasiswa/I USTJ telah meramikan panggung Aula
USTJ. Mereka menampilkan busana pakaian adat dari masing-masing suku yang ada
di Papua bahkan di luar Papua.
“Peserta
fashion shouw berjumlah 10 pasang terdri dari 20 orang putra dan putri. Tapi
yang mengikuti perlombaan hanya 8 pasang, 1 orang tunggal hanya sebagai
partisipasi”kata Koordinator Fashion Shouw dan Fotografi, Jeni Kiwo, Kepada kabarmapegaa.com, Sabtu, (07/10/17).
Sesuai
dengan thema dalam perlombaan ini ialah Budaya Papua, untuk itu dirinya berharap
agar anak-anak Papua lebih mencintai dan bangga terhadap budayanya sendiri dan bangga
menjadi anak Papua, bukan budaya daerah luar saja.
“Saya
berharap mereka harus percaya diri dan bangga terhadap budaya mereka, sehingga
kedepan, budaya terus dipertahankan,”Kata Jeni Yang juga sebagai anggota Mentri
SDM dan Organisasi BEM PT. USTJ.
Selain
itu, kata dia, penampilan budaya kali ini, dalam rangka memeriahkan Dies
Natalis USTJ Ke-26, Tahun 2017, baru pertama kali dilakukan Fashion Shouw
budaya di kampus USTJ.
“Saya
bangga, karena perlombaan ini hanya bisa dilakukan di USTJ, dan USTJ telah memecahkan
rekor pertama,”Ungkapnya.
Lanjutnya,
“Saya berharap, Perguruan Tinggi lain yang ada di tanah Papua pun bisa
melakukan kegiatan yang bersifat mencintai budaya seperti kegiatan Fashion
Shouw berbudaya atau ajang kegiatan lainnya di dalam masing-masing
kampus,”Tambahnya.
Sementara
itu, Ketua I Dewan Adat Papua (DAP) baru terpilih, Jhon Wob, mengatakan busana
budaya yang sudah dipakai oleh mahasiwa/I USTJ dalam kegiatan Fashion Shouw adalah
hukumnya wajib untuk di pakia. Sebab, manusia pertama adalah manusia berbudaya.
“Jadi,
saya merasa bangga dengan mahasiswa USTJ ini mereka telah menunujukan dan mencari jati diri mereka yang
sebenarnya,”Uangkap Wob yang juga sebagai Tim Juri.
Kata
dia, budaya adalah gambaran pertama tentang Taman Firdaus. Rasa bersalah yang manusia pertama kali dilakukan untuk
menutupi aura pakai adat dari
masing-masing suku.
“Saya
sangat bangga bahwa anak-anak USTJ telah masuk di dalam taman Firdaus itu.
Salah satunya ialah mencinta budayanya sendiri. Ini harus
dikembangkan,”katanya.
Wob
bersyukur bahwa anak-anak USTJ telah
pecahkan rekor pada kegiatan kali ini, sementara Perguruan Tinggi lainnya di
tanah Papua belum pernah melakuakan kegiatan seperti ini.
“Ini
kerja yang luar biasa, Tuhan sedang pakai anak-anak USTJ yang menunjukan budaya
dari masing-masing suku.
“Saya
berharap, budaya terus dipertahankan,”Tutupnya.
Pewarta : Alexander Gobai
Belum Mengenal-Nya Nenek Moyang Suku Fam dan Adat Papua akan Membawa Keancuran
By Kabar Mapegaa 9:46:00 AM BUDAYA , Opini
“Saya Boleh Mengenal Nenek Moyan–Ku”
Oleh : Marten K. Bunai
Opini-www.kabarmapega.com/KM, Bicara atas kebenaran yaitu, berbicara berdasarkan persoalan atau masalah yang sudah nyata dan juga sedang berlangsung oleh masyarakat atau manusia Papua. Karena manusia papua adalah makluk alamiah yang berkembang dalam lintasan sejarah. Manusia atau orang papua berkembang dalam lintas sejarah oleh karena itu orang papua mempunyai akal budi yang sehat agar melakukan baik dan yang masuk akal. Manusia Papua memunyai akal budi maka kita harus tahu pertama saya itu dari mana dan juga nenek moyangnya dari mana?. Membangun orang papua dan tradisi budayanya dari kita mengenal orang itu nenek moyannya dari mana harus kita perlu tahu. kalau kita tidak mengenal nenek moyang kita dan nenek moyan orang lain berarti tidak tahu diri anda dari mana.?
Mengapa saya mengatakan begini, kita lihat banyak suku yang ada di papua dari pesisir maupun pegunungan kini asalnya kita tidak tahu bahwa, saya itu nenek moyangnya dari mana oleh sebab itu harus kita mengenal saya itu pertamanya dari mana, dari siapa, benda apa, dan dari Hewan apa?.
Kita melihat beberapa kenyataan yang dilakukan oleh masyarakat atau orang papua yaitu, dalam suku, fam, tradisi dan budaya sendiri. masyarakat papua belum sadar atas suku dan budayanya sendiri karena, mereka belum tahu apakah pertama saya itu dari mana, dan dari siapa. Oleh sebab itu, orang papua harus mengenal dua persoalan ini. Kalau kita tidak mengenal saya itu dari mana dan dari siapa berarti, dua atau tiga tahun kedepan akan seperti apa mari kita melihat sama-sama ? sebab nenek moyang kita berasal dari tanah, hewan, batu, dan lain-lain karena persoalan ini inti dari suku, fam dan budaya maka masalah ini kapan selesai saya tidak tahu kedepannya.
Kenyataan yang terjadi diantara masyarakat atau orang papua yaitu problem suku, fam, tradisi dan budaya setempat. Problem suku dan fam, ini kini makin lama makin meningkat karena kurang tahunya atau kurang mengenalnya serta salah pemahaman secara lebih dalam tentang dirinya sendiri, famya sendiri dan juga orang lain.
Problem yang terjadi ini bukan dampak dari dua ini saja melainkan dampak dari pemekaran-pemekaran Propinsi, Kabupaten dan kota yang terjadi di berbagai tempat di papua pegunungan maupun di pesisir papua. Saya rasa hal ini dampak terbesar bagi suku-suku pegunungan papua untuk mengilangkan taradisi budaya yang ada. Sehingga tradisi budaya Papua makin lama makin punah. mengapa saya dikatakan belum mengenal teradisi dan budaya , misalnya, suku mee terdiri dari berbagai fam. Berbagai fam ini memiliki nenek moyangnya masing - masing berupa hewan, tanah, batu, dan lain-lain. oleh karena itu kita perlu mengetahui kemudian menghargai suku, nenek moyan, dan fam lain.
Kini yang terjadi dalam masyarakat papua atau orang papua makan-nya daging anjing atau biasa-nya dikatakan RW dan sebagainya. orang yang dikatakan RW dan sebagainya orang ini yang pemakan budaya Papua karena anjing adalah nenek moyang fam lain yang berada di Papua baik pegunungan maupun pesisir misalnya nenek moyang fam Madai di pegunungan, dan begitu juga dengan pesisir di Serui fam Abon.
Fam dua ini adalah nenek moyannya mereka berasal dari anjing pasti suku dan fam lain yang ada di papua juga ada baik pesisir maupun pedalaman Papua juga begitu demikian. Padahal kata orang anjing adalah keamanan/sadpam bagi keluarga. Anjing sebagai sadpam/keamanan bagi keluarga, misalkan suatu katika keluarga, keluar berlibur di suatu tempat pasti anjing itu akan menunggu dan menjaga di rumah sampai pemilik rumah datang ketika pemilik rumah datang pasti anjing itu akan semangat sambil ekornya menggoyangkan kiri ke kanan. Pada saat ini kita belum tahu sekecil seperti begini berarti memang betul sudah hilang budaya kita.
Pada suatu saat akan punahnya anjing, pasti orang pemakan daging anjing akan memakan ular tanah dan batu karena sudah pengalaman makan budaya sebab, sekarang terjadi didaerah lain ada muncul memakan ular pada hal ular adalah nenek moyangnya “Mote, Doo, Degei, Gobai ini dari pegunungan dan di pesisir papua jua pasti ada dari nenek moyangnya ular demikian juga suku-suku yang ada baik di pesisir maupun pegunungan.
Andai masa kini orang tuanya bisa hidup dengan baik-baik di antara berbagai budaya yang ada di pesisir Papua maupun pegunungan Papua tetapi pada suatu saat budaya yang ambisi tiada orang yang menyelamatkan karena perbuatan orang tua dampaknya akan kena cucunya sendiri sesuai dengan perbuatan yang di lakukan oleh orang tuanya.
Disamping itu juga dampak yang terjadi sekarang kita lihat bahwa anjing mengalami kekurangan karena sudah dibunuh dan dimakan oleh pemakan anjing maka, mulai sekarang ada bayangan muncul orang yang pemakan ular. ini kita tidak heran karena dasar pemakan budaya sudah ada sehingga maunya makan apa saja boleh.
Ini adalah kenyataan yang biasa di lakukan oleh manusia Papua pada hal manusia Papua adalah lintas sejarah oleh karena itu orang papua memunyai akal budi yang sehat agar melakukan perbuatan baik dan yang masuk akal untuk menciptakan hal-hal yang baik dan masuk akal.
Budaya saya mengenal ketika saya sadar untuk mengenal, melakukan terbaik, dan menciptakan daerah aman dalam semua persoalan yang ada baik perkotaan maupun Pesisir papua. Budaya mengenal satu sama lain pasti ada tertip dalam kehidupan kita. “Mungkinkah suatu saat ada perkenalan Budaya, pasti akan bingung walaupun milik pribadi sendiri” (A G/KM.)
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah Di STIE PN. Jayapura Papua
Makna Dibalik Pesta Babi Bagi Suku Mee Paniai Papua
By Kabar Mapegaa 9:53:00 AM BUDAYA , Opini
Foto, Damianus Muyapa, Dok/KM |
Oleh: Damianus Muyapa
OPINI-KABARMAPEGAA.COM-- Pesta Babi bagi Masyarakat suku Mee Paniai sangat bermanfaat dalam hidup setiap hari sehingga Masyarakat paniai selalu di rayakan ketika masyarakat Suku Mee menempati di daerah itu sampai sekarang ini. Di sini menjelaskan secara mendalam tentang kata”Arti” ini ada istilahnya adalah semantisme. Semantisme adalah ilmu yang mempelajari tentang arti kata,kalimat dan bacaan dapat dianalisa kemudian bisa memberikan makna atau arti baik arti biasa maupun arti harafiah, ada pula istilah lain adalah idom. Idiom adalah satu arti tetapi beberapa kata, salah satu contohnya: Cast in a different mold artinya: berbeda sama sekali, catch fire or take fire artinya terbakar dan lain-lain.
Pesta Babi menurut semantisme bahwa pesta babi mempunyai banyak arti atau makna sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada manusia dan pesta babi selalu di lakukan pada setiap daerah tetapi arti dan makna-nya tidak sama, namun arti yang berbeda satu sama yang lain seperti Pesta babi bagi Masyarakat suku Wamena dengan Masyarakat Suku Mee Paniai.
Acara pesta babi di adakan pada saat peresmian Gereja, Rumah, Kantor-Kantor pemerintah maupun swasta yang baru, dan lain pula pesta babi diadakan ketika orang meninggal, sebelum mulai perang, setelah selesai perang, dan lain sebagainya, pesta babi bukan hanya makan bersama-sama saja, tetapi pesta babi ini dapat mempraktekan dan mewujudkan rasa kasih sayang yang dimiliki oleh setiap orang yang hadir pada acara pesta babi. Di sini menyajikan beberapa makna Pesta babi di laksanakan oleh masyarakat suku Mee Paniai.
1. Makna pesta babi sisi Sosial
Pesta Babi atau yuwo merupakan satu-satunya pesta budaya yang sangat besar bagi penduduk MEE Paniai karena begitu banyak babi yang akan dipanah pada perayaan yuwo, maka Pesta ini lebih dipopulerkan dengan istilah “Pesta Babi” pesta yuwo bukan merupakan dorongan berdasarkan keberhasilan peternakan babi yang dimiliki, tetapi berdasarkan perhitungan dagang. Pesta yuwo juga membawa dampak sosial yang positif. Sejumlah orang memperkukuh dan mempererat hubungan lama dan baru antar tamu.
Untuk orang lain, pesta yuwo merupakan saat yang cocok untuk memperbaiki hubungan yang sempat rusak. Terjadilah suasana saling mengampuni, sehingga hubungan antar penduduk dan tamu dapat baik dan lancar kembali . Pada saat yuwo di bahas masalah-masalah besar, didiskusikan dan di pecahkan, sehingga pesta diakhiri dengan damai. Bagi para sponsor yuwo, semakin banyak tamu yang menghadiri pesta dan semakin banyak babi yang dipanah semakin tinggi prestise yang di peroleh. Pesta yang sukses akan berulangkali di ceriterakan kembali oleh penduduk dan diingat oleh masyarakat selama bertahun-tahun.
Sejumlah nilai sosial masih dihayati oleh sebagian besar penduduk Mee. Pada saat Yuwo berlangsung, orang berkesempatan memperbaharui hubunganhubungan yang sempat rusak, bagi orang lain juga mulai menjalin hubungan baru.Sementara sebagian penduduk lagi, makin Mempererat dan memperkuukuh hubungan yang telah berlangsung, sesuai yuwo ini pun, sejumlah masalah dibahas, didiskusi dan berbagai permasalahan dipecahkan.
Banyak orang mengakhiri pesta yuwo dengan rasa damai, bangga dan gembira. Penduduk bergembira karena persediaan daging babi sudah habis terjual. Orang-orang biasa yang menjual hasil kerajinan atau barang tertentu pun gembira karena jualannya laku. Sejumlah orang merasa gembira karena berhasil membuka relasi baru dengan kenalan-kenalan baru. Rasa damai meliputi orang-orang yang berhasil memperkukuh relasi pribadi dan yang memperbaharui relasi yang sebelumnya sempat rusak. Persoalan berat berhasil di selesaikan, sehingga semua itu menciptakan dan mendukung suasana damai dan gembira antar anggota masyarakat yang sebelumnya mungkin saling bermusuhan.
Ada pula makna atau arti dari pesta babi ini dimana saat yang tepat untuk mengambil kesempatan yang baik untuk mempertemukan orang kaya dengan orang miskin, orang yang kelas bawah dengan menengah, orang yang kelas menengah dengan atas. Dalam kehidupan sehari-hari ang kaya tidak mau mendekati atau bergaul dengan orang miskin tetapi pada pesta babi inilah saat yang tepat untuk bertemu dan memberi salaman satu sama yang lain.
Masyarakat paniai tidak selalu makan babi pada setiap hari dan malam, namun mereka makan sesuai dengan berkat, mereka dapat piara babi beberapa tahun kira-kira 2 atau 3 tahun lebih maka selama piara mereka bertahan walaupun ingin makan dangin babi, bagi mereka kalau tidak makan babi tidak tenang dalam hidup karena babi adalah daging yang paling cocok bagi tubuh dibandingkan dengan daging yang lain, oleh karena itu, Pesta babi ini bisa mendapat kesempatan yang bagus dan tepat untuk mendapat atau menikmati daging babi karena pada pesta babi ini banyak yang di potong babi sekitar 100 ekor atau lebih babi apa lagi bagi ibu-ibu janda maupun orang yang kelas bawah atau ekonomi lemah dalam hidup artinya orang yang hidup yang tidak mencukupi dalam hidup terutama membeli babi atau daging babi yang orang kaya atau orang berekonomi yang tinggi dapat dijual pada saat-saat dipotong. Inilah arti pesti babi bagi masyarakat suku Mee dapat makan daging babi terutama bagi orang yang berekonomi lemah atau golongan miskin.
Pesta babi dapat membangkitkan semangat hidup baru, pesta babi bisa mengairahkan untuk membangun rumah baru, mau menyekolahkan anak-anaknya, mau beternak babi, dan sebagainya. Mereka sudah dirancang dan diatur untuk harus ada yuwo atau pesta babi hanya karena pesta babi merupakan acara yang paling cocok untuk menciptakan dan membangun satu ikatan dimana tempat untuk menampung dan tempat untuk mengumpulkan pemikiran-pemikiran terutama perasaan-perasaan malas dan pemikiran- pemikiran negatif atau primitif dapat di hilangkan atau di musnakan melalui pesta babi ini.
2. Makna Pesta babi sisi Ekonomi
Nilai Ekonomi yang melekat pada pesta yuwo masih dipraktekan. Pada hari yuwo banyak orang dari berbagai kampung dan desa, datang menghadiri pesta tersebut. Jual beli daging babi, hasil kerajinan tangan dan barang-barang lain, masih berlangsung pada yuwo nagoo.
Manusia suku Mee dikenal sebagai pekerja ulet. Keuletan bukan sebatas retorika akan tetapi diukur dari batas kemampuan Manusia Mee sendiri. Sejak kecil manusia Mee dididik untuk bermandiri. Sebagai manusia dewasa dimasa depan, ia harus mampu memenuhui kebutuhan hidupnya. Lebih lagi, ia harus berjuang dan berusaha menjadi kaya/Tonawi. Menjadi Tonawi harus mengeluarkan keringat tetapi terlebih lagi harus mempunyai banyak lahan tanah yang luas/Mude Maki, memiliki babi banyak/Ekina Unima, pandai berusaha/Edepede, Harus banyak istri/ Waka Umina dan memang rata-rata beristri lebih dari seorang.
Dalam mengembangkan usaha ekonomi, orang tidak selalu mengalami perjalanan mulus, namun mengalami kegoncangan–kegoncangan karena bencana-bencana alam, sesuai letak kondisi wilayah. Hal ini merupakan kejadian alam, namun telah mendatangkan banyak pertanyaan bijak, pertanyaan demikian, meletakkan perbandingan: dahulu jarang terjadi bencana, mengapa sekarang hampir setiap saat? Dampak dari bencana-bencana tersebut ialah kesediaan masyarakat untuk mengembangkan usaha melalui ternak, menurun masyarakat untuk mengembangkan usaha melalui ternak, menurun Bersamaan dengan menghilangnya yuwo, kaum Laki-laki mengalami kesulitan untuk mendapatkan uang. Hal ini berarti, menunggu yuwo baru memperoleh uang/hasil.
Peluang dan kesempatan area pesta rakyat yuwo memang mendagangakan hasil ternak babi. Pemasaran babi dilakukan melalui penjajakan kerumah-rumah dari keluarga-keluarga yang dianggap mampu membeli bagi sehubungan dengan istilah pesta babi/yuwo. Hilangnya yuwo mematikan semangat kaum pria Mee. Yuwo merupakan kesempatan saling bersaing dan sekaligus pendidikan pengadaan sikap ekonomi demi semangat hidup, gairah bersaing secara sehat. Dengan hilangnya yuwo semangat juang pria Mee juga hilang.
Kondisi daerah paniai sekarang Ialah bahwa penduduk di satu pihak mengalami pemanjaan uang, sehingga mulai berkembang anggapan bahwa semua orang yang berkedudukan, sama kuat dalam status ekonominya. Pengecuali ialah para pengawai-khususnya para kepala bagian-yang telah merasa diri Tonawi secara finansial berdasarkan uang yang dimilikinya. Secara langsung maupun tidak langsung, kesibukan para kepala bagian menambah uang secara langsung atau tidak langsung, terutama apabila melaksanakan banyak perjalanan Dinas.
Pesta babi bukan makna konotasi atau kiasan tapi makna denotasi artinya pesta babi mempunyai makna yang sungguh luar biasa baik karena pesta babi bisa membawa banyak keuntungan (Opportunity) dalam kehidupan manusia baik manusia yang kelas bawa-menengah sampai pada kelas atas. Dengan pesta babi ini bisa menjadi perubahan kelas, orang yang kelas bawah bisa menjadi kelas menengah, dan yang kelas menengah menjadi kelas atas jadi pesta babi bisa mengubahkan penghasilan, pendapatan bahkan menjadi kaya dalam kehidupan sehari-hari.
*)Penulis adalah Pemerhati budaya, tinggal di Papua
Noken adalah Budaya Orang Asli Papua
By Kabar Mapegaa 11:16:00 PM ARTIKEL , artikel papua , BUDAYA , Opini
Foto Noken Papua, Pius T/KM |
Oleh: Pius Dobiobi Tenouye, S.Par
ARTIKEL, KABARMAPEGAA.COM – Noken adalah Budaya Orang Asli Papua (OAP). Kita tahu bahwa dunia ini telah memiliki beragam tas, baik itu tas moden maupun tas tradisional.
Salah satu tas tradisinal yang ada di dunia ini adalah noken tradisional. Noken tradisional tersebut dimiliki oleh bangsa Indonesia bagian Timur, yakni bangsa Malanesia, Papua. Noken merupakan tas tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Papua. Dan Noken tersebut biasa membawa dengan menggunakan kepala dan noken tersebut terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan.
Masyarakat di tanah Papua biasanya menggunakan noken ini untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. salah satu tokoh kebuadayaan mahasiswa yang masih aktif kuliah bersama Universitas Udayana Bali, Natalis Mabel (2017) menyatakan bahwa, kegunaan noken selain isi sayaur, mayuran, umbi-umbian selain itu noken dapat digunakan sebagai salah satu tas tradisinal yang bisa digunakan untuk mengendong anak semasa bayi.
Noken ini didaftarkan ke organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB atau yang disingkat dengan UNESCO pada tanggal 4 Desember 2012 di Paris, Perancis oleh Arley Gill. Arley Gill pada saat itu sebagai ketua komite dan pada saat itu pula noken dinyatakan sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.
Tujuan dari pada diputuskan noken ini untuk melindungi dan menggali kebudaan tersebut (Unesco, 2012). Noken ini hanya ditemukan di tanah Papua, oleh karenanya noken ini UNESCO ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tidak benda melalui UNESCO.
Dunia telah mengetahui bahwa noken hanya di buat oleh orang asli Papua dalam hal biasanya dibuat oleh perempuan-perempuan Papua atau mama-mama Papua.
Tas tradisional noken memiliki symbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di Tanah Papua terutama daerah pegununggan seperti Suku Mee, Suku Damal, Suku Yali, Suku Dani dan Suku Lani. Penulis sangat tertarik dengan noken, mengapa karena noken tradisional ini hanya orang asli Papua saja yang boleh membuat dari beragam bangsa di dunia. (Muyepimo/KM)
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kebudayaan Universitas Udayana
Daftar Pustaka
Unesco. 2012. Ditetapkan Noken Papua Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Mabel, N. 2017.
Festival Budaya Nusantara IPB Meriahkan HJB 2017
By redaksikabarmapegaa 10:10:00 AM BERITA , BUDAYA
Penampilan seni budaya Papua pada Festival Budaya Nusantara yang diselenggarakan Diploma tiga (D3) IPB di Plaza Balai Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/17 (Foto Yunus Gobai/KM) |
BOGOR, KABARMAPEGAA.com - Festival Budaya Nusantara yang diselenggarakan Diploma tiga (D3) IPB di Plaza Balai Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (21/17) , turut memeriahkan perayaan menyambut Hari Jadi ke-533 Bogor (HJB) dengan melibatkan 240 mahasiswa yang menampilkan puluhan kesenian dan budaya daerah dari seluruh Indonesia.
Festival Budaya Nusantara IPB menampilkan kebudayaan baik tarian, dekorasi rumah adat, hingga kuliner dari 16 daerah di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Yogyakarta, Papua, Sulawesi, Jakarta, Bali, Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera Selatan dan NTT.
"Festival Budaya Nusantara kali ini merupakan tahun kedelapan, dan tahun kedua penyelenggaraannya dilaksanakan di Balai Kota Bogor," kata Willy Bachtiar, penanggung jawab kegiatan Festival Budaya Nusantara IPB.
Billy menjelaskan, Festival Budaya Nusantara merupakan bagian dari mata kuliah Antar-Budaya dalam program Keahlian Komunikasi Diploma tiga IPB yang diikuti mahasiswa semester dua. Persiapan kegiatan tersebut membutuhkan waktu selama tiga bulan, selain berlatih menari untuk parade budaya, para mahsiswa dituntut untuk mendekorasi rumah adat dari daerah yang menjadi pilihannya, serta menyediakan kuliner khas daerah tersebut.
"Kegiatan ini dinilai penampilan dekorasi, kostum, parade budaya hingga sajian kulinernya oleh para dosen. Dan masuk sebagai nilai akademi," katanya.
Menurut Billy, pesan dari penyelenggaraan kegiatan ini melatih mahasiswa dalam menyusun sebuah penyelenggaraan acara, menjadi enterpreneurship, serta mengkomunikasikan sosial lewat budaya.
"Melalui Festival Budaya Nusantara, walau tinggal di daerah berbeda banyak keragaman suku bangsa yang harus dihormati. Keberagaman itu menarik masyarakat," katanya.
Festival Budaya Nusantara IPB dibuka Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman, didampingi Ketua Panitia HJB ke-533 Toto M Ulum dan Agus dari perwakilan Diploma Tiga IPB.
Usmar menilai, masuknya kegiatan Festival Budaya Nusantara IPB dalam rangkaian acara menyambut HJB menambah kemeriahan pesta untuk rakyat. Menurutnya, sebagai alumni IPB sebuah kebanggaan, mahasiswa perguruan tinggi tersebut menjadi agen komunikasi budaya.
"IPB tidak hanya berhubungan dengan pertanian, bibit, benih, cangkul. Tetapi IPB bisa membuka luas berbagai bidang pendidikan termasuk komunikasi budaya," katanya.
Usmar menambahkan, menghadapi keberagaman di masyarakat diperlukan ilmu komunikasi yang dapat mempermudah interaksi sosial di masyarakat. Komunikasi budaya juga mendorong lahirnya remaja berbudaya dan berkesenian.
"Dengan keberagaman yang ada, kita buktikan Indonesia tetap satu, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI harga mati. Harga budaya bangsa menumbuhkan rasa kebangsaan dan jangan sampai perbedaan budaya melepaskan kita dari NKRI. Festival Budaya Nusantara bisa menyatukan kita sebagai satu bangsa, satu tanah air," kata Usmar.
Sementara itu, ratusan warga antusias hadir untuk menyaksikan parade budaya yang digelar selama lima jam lebih. Berbagai tarian dari daerah-daerah di Indonesia ditampilkan seperti Tari Saman, Jaipongan, tarian Bali, Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Pengunjung juga bisa menikmati hidangan kuliner dari berbagai daerah dengan membeli tiket senilai Rp15 ribu.
"Seru juga acaranya, menampilkan beragam tarian serta dekorasi rumah adat. Terutama kulinernya, cuma dengan Rp15 ribu, bisa mencicipi hidangan asli dari daerah-daerah di Indonesia," kata Andre salah satu pengunjung.
Liputor : Yunus E. Gobai
Dunia Beruba tetaplah pada Nilai Budaya
By Kabar Mapegaa 4:08:00 PM BUDAYA , Opini
Budaya Suku Mee "Koteka" Papua (Foto, Lomba budaya pentas seni dari Kota Surabaya) |
Opini,Kabarmapegaa.com--Biarpun
dunia berubah, diri tetap berpengan teguh pada nilai-nilai budaya. Orang hidup dan
mampu menghasilkan karena salah satunya adalah kekuatan budaya. Diri selalu
mengasah dengan nilai nilai budaya, Jangan jauh dari nilai agama karena nilai
budaya dan agama adalah satu kesatuan. Kuat dalam agama dan budaya maka dunia akan
mengenal identitas dan namamu di mazmurkan.
Saya sebagai
anak adat, Saya bermulai hidup dan melangkah dari budaya. Dimana saya berada disitu
nilai budaya selalu ada. Zaman maju banyak budaya membuat diri lupa akan budaya,
namun saya pikir budaya orang lain dipelajari dan budaya saya tetap melekat
pada diri saya.
Saya hidup
diatas budaya, yaitu Koteka dan Moge. Dua kata ini sebagai pakaian adat saya. Nilai
dan larangan budaya masing banyak, tetapi
di pelajari sampai mendarah daging hingga jadi jati diri. Biarpun dunia
dan manusia berubah secara otomatis tetapi nilai budaya adalah tetap itu dan
itulah diri saya.
Wahai generas
mudah mudi jangan lupa nilai budaya, junjungkan budaya sebagai suatu kekuatan
dalan diri. Budaya yang membuat kami kuat karena budaya mempunyai kekuatan yang
luar biasa. Jangan mudah menyerah dan sekali kali melupakan, jangan pula membanding
bandingkan budaya diantara anda dan budaya suku lain. Bila melupakan budaya dunia memakan sekejap
waktu. Kemana arah dan tujuan hidup tidak jelas, karena budaya yang mampu
membuka pikiran dan hati ke jalan yang benar.
Jangan tingalkan
nilai budaya, jangan tingalkan nilai agama sebab kedua ini adalah kekuatan hidup manusia. Saat hidup
menderita atau mengalami suatu bencana bila kalah dalam kedua hal ini maka selamat tinggal dunia Good bye.
Belajar
budaya harus memantapkan budaya lokal kemudian melanjutkan pada nasiaol lalu
internasiolan. Semua budaya harus belajar sehingga kemanapun melangkah atau di
tanya oleh siapun, mampu was was dan sebagai pengangan ilmu pengetahuan bagi
dirinya.
Sekali lagi
jangan lupa nilai budaya karena budaya memberikan banyak bermanfaat yakni:
1.
Budaya Memberikan
kekuatan
2.
Budaya Memberikan semangat
3.
Budaya Memberikan jati diri yang sesungguhnya
4.
Budaya Memberikan pengetahuan akan hidup
5.
Budaya Memberikan yang baik dan melupakan yang
tidak baik
6.
Budaya sama dengan agama
Siappun
dia bila kuat dalam nilai budaya, dunia akan mengagumkan atas jati diri karena
dengan budaya manusia mampu mengubah dan lain dari pada yang lain.
Akhir kata,
jangan takut, jangan lupa budaya, jangan lupa nilai regius, kuatkan dan hadapi
dunia ini dengan kedua nilai ini semoga bermanfaat. (A G /KM)