Jumpa Pers dan Pembacaan Pernyataan Sikap Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Surabaya Tentang Pepera 1969 Tidak Demokratis
By Kabar Mapegaa 7:02:00 PM AMP , BERITA , BERITA PAPUA , Pernyataan Sikap
Foto Saat Jumpa Pers dan Pernyataan Sikap AMP KK Surabaya, Nies Tabuni/KM |
PEPERA 1969 TIDAK DEMOKRATIS!
Hak Menentukan Nasib Sendiri Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua Barat!
Surabaya, KABARMAPEGAA.Com – Perebutan wilayah Papua Barat antara Belanda dan Indonesia pada dekade 1960an membawa kedua negara ini dalam perundingan yang kemudian dikenal sebagai New York Agreement/Perjanjian New York. Perjanjian ini terdiri dari 29 Pasal yang mengatur 3 macam hal. Diantaranya Pasal 14-21 mengatur tentang Penentuan Nasib Sendiri (Self Determination) yang didasarkan pada praktek Internasional yaitu “satu orang satu suara” (One Man One Vote). Dan pasal 12 dan 13 yang mengatur transfer administrasi dari Pemerintahan PBB (United Nations Temporary Executive/UNTEA) kepada Pemerintah Indonesia, yang kemudian dilakukan Aneksasi pada 1 Mei 1963. Kemudian kolonialisme Indonesia menyebutnya sebagai Hari Integrasi atau kembalinya Papua Barat kedalam pangkuan Indonesia.
Sebelumnya pada 30 September 1962 dikeluarkan Roma Agreement/Perjanjian Roma yang intinya agar Indonesia mendorong pembangunan dan mempersiapkan pelaksanaan Act of Free Choice (Tindakan Pilih Bebas) di Papua pada tahun 1969.
Namun dalam prakteknya, Indonesia justru memobilisasi Militer secara besar-besaran ke Papua untuk meredam gerakan Pro-Merdeka. Operasi Khusus (OPSUS) yang di ketuai Ali Murtopo bertugas untuk memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA), selanjutnya diikuti operasi militer lainnya yaitu Operasi Sadar, Operasi Kancil, Operasi Bhratayudha, Operasi Wibawa dan Operasi Pamungkas.
Sumber Video : Nies Tabuni.
Jumpa Pers dan Pembacaan Pernyataan sikap
Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Surabaya Tentang Pepera 1969 Tidak Demokratis
Akibat dari operasi-operasi ini terjadi pelanggaran HAM yang luar biasa besar, yakni penangkapan, penahanan, pembunuhan, manipulasi hak politik rakyat Papua, pelecehan seksual, pelecehan kebudayaan, rasialis dalam kurun waktu 6 Tahun dan kejahatan kemanusian ini terus terjadi hingga dekade ini.
Lebih ironis lagi, tanggal 7 April 1967 Kontrak Karya Pertama PT. Freeport McMoran, perusahaan tambang milik Negara Imperialis Amerika dan sekutunya, ditanda-tangani oleh pemerintahan rejim Soeharto. Yang mana klaim atas wilayah Papua sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia 2 Tahun sebelum PEPERA dilakukan. Sehingga sudah dapat dipastikan, bagaimanapun caranya dan apapun alasannya Papua harus masuk dalam kekuasaan Pemerintah Kolonialisme Indonesia.
Tepat 14 Juli - 2 Agustus 1969, PEPERA dilakukan. Dari 809.337 orang Papua yang memiliki hak, hanya diwakili 1025 orang yang sebelumnya sudah dikarantina dan cuma 175 orang yang memberikan pendapat. Musyawarah untuk Mufakat melegitimasi Indonesia untuk melaksanakan PEPERA yang tidak demokratis, penuh teror, intimidasi dan manipulasi serta adanya pelanggaran HAM berat yang terjadi secara sistematis.
Praktek kolonialisme, imperialisme dan militerisme kemudian diterapkan oleh Pemerintah Indonesia hingga saat ini untuk meredam aspirasi pro kemerdekaan Papua Barat. Dimana Militer menjadi antek-antek yang paling reaksioner selama proses awal penjajahan hingga saat ini.
Kesenjangan sosial/kesejahteraan menjadi alasan untuk menutupi aspirasi kemerdekaan rakyat Papua dari pandangan luas rakyat Indonesia dan masyarakat Internasional.
Berdasarkan kenyataan sejarah akan hak politik rakyat Papua yang dibungkam secara brutal dan keinginan abadi rakyat Papua Barat untuk bebas merdeka diatas Tanah Airnya dan bebas dari penjajahan yang ada. Maka, dalam peringatan 48 Tahun Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang tidak demokratis, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) kepada Pemerintah Indonesia dan PBB untuk segera:
1) Menutup dan menghentikan aktifitas eksploitasiv semua perusahaan Multi Nasional Coorporation (MNC) milik negara-negara imperialis, Freeport, BP, LNG Tangguh, Medeo, Corindo danv lain-lain dari seluruh tanah Papua.
2) Menarik militerisme Indonesia (TNI-Porli) organik dan non organik dari seluruh tanah Papua untuk menghentikan segala bentuk kejahatan terhadap kemsnusiaan oleh Negara Indonesia teradap rakyat Papua.
3) Negara bertanggung jawa atas kejahatan kemanusiaan di Papua Barat dan segera menangkap dan mengadili aktor kejahatan kemanusiaan.
4) Kami menolak dengan tegas pembangunan pangkalan TIN AU Tipe C dan Mako Brimob di Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Jayawijaya.
5) Bebaskan Obby Kogoya, korban peristiwa pengepungan Polisi dan Preman ke Asrama Kamasan I Papua, Yogyakarta.
6) PBB harus bertanggung jawab meluruskan sejarah Pepera dan proses Aneksasi West Papua ke Indonesia.
7) PBB harus resolousi untuk memerikan Referendum Kemerdekaan bagi Bangsa West Papua yang sesuai dengan hukum Internasional.
8) Barisan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Bangsa Rakrat Papua
Demikian pernyataan sikap ini kami buat. Kami akan terus menyuarakan perlawanan atas segala bentuk penjajahan, penindasan dan penghisapan Nasional terhadap rakyat dan Tanah Air Papua hingga rakyat Papua Barat memperoleh kemerdekaan yang sejati!
Salam Pembebasan Nasional Bangsa West Papua!
Amolongo, Nimo, Koyao, Koha, Kinaonak, Nare, Yepmum, Dormum, Tabea Mufa, Walak, Foi Moi, Wainambe, Nayaklak, Wa wa wa!
Surabaya, 02 Agustus 2017
Kordinator Umum
Hendrik Rumaropen
AMP-KK Bandung, Menyatakan Sikap Politik
By Kabar Mapegaa 10:37:00 AM AMP , Opini , Pernyataan Sikap , Politik
Foto`; Dok, AMP - KK Bandung, Mateus T/KM |
Oleh: Mateus Tekege
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Aliansi Mahasiswa Papua komite kota Bandung menyimpulkan dan merangkumkan beberapa point bertepatan pada peringatan 47 Tahun Proklamsi 1 Juli 1971 Kemerdekaan Papua bahwa:
Rakyat Bangsa Papua tidak perlu hidup dalam kebohongan hegomoni Kolonial Indonesia. Kolonial Indonesia tidak perlu lagi berbohong Kepada rakyatnya sendiri, mulai dari sabang - Ambon karena Papua bukan Indonesia atau tidak termasuk dalam bingkai NKRI.
Kepada seluruh Rakyat Papua, dari Numbay sampai Merauke dan dari Sorong sampai ke Baliem (Pegunungan bintang) dan dari Biak sampai ke pulau Adi.
Dengan pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan pada anda sekalian bahwa pada hari ini, 1 juli 1971, Tanah dan Rakyat Papua telah diproklakmasikan menjadi dan merdeka ( Defacto dan Dejure).
Semoga Tuhan beserta kita dan semoga dunia menjadi Maklum, bahwa kehendak yang sejati dari Rakyat Papua untuk bebas dan merdeka dengan ini telah di penuhi.
Mengingat hal tersebut diatas, AMP komite kota bandung mengajak kepada Bangsa Papua bahwa segera membentuk satu-kesatuan (bersatu) Bangkit melawan sistem penjajahan Kolonial Indonesia untuk merebut kembali kedaulatan Bangsa Papua. Ajak Aliansi Mahasidwa Papua.
Aliansi Mahasiswa Papua komite kota Bandung juga menilai bahwa Indonesia telah dan sedang menjadi tuannya para Imperialisme untuk mengambil dan dikuras kekayaan alam di indonesia dan lebih khususnya di Papua.
Oleh sebab itu, Kolonial Indonesia melakukan berbagai tindakan kekerasan seperti Penjajahan, Pembunuhan, Penghisapan dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya terhadap Bangsa Papua demi menjaga.
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua
Sikap Politik AMP-KK Bandung
By Kabar Mapegaa 10:31:00 AM Opini , Pernyataan Sikap , Politik
Foto; Dok, AMP - KK Bandung/KM |
Oleh: AMP- KK Bandung
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Dalam peringatan 47 Tahun Proklamsi 1 Juli 1971 Kemerdekaan Papua. Bertepatan dengan moment hari poklamasi di Tahun 2017 ini bahwa :
Rakyat Bangsa Papua sangat tidak harus hidup dalam kebohongan hegomoni Kolonial Indonesia. Kolonial Indonesia tidak perlu lagi berbohong Kepada rakyatnya sediri dari Ace, sampae Ambon dan kepada dunia bahwa, Papua adalah bagian dari Indonesia. karena papua bukan bagian dari Indonesia.
Proklamsi Rakyat Papua Barat :
Kepada seluruh Rakyat Papua, dari Numbay sampai Merauke dan dari Sorong sampai ke Baliem (Pegunungan bintang) dan dari Biak sampai ke pulau Adi.
Dengan pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan pada anda sekalian bahwa pada hari ini, 1 juli 1971, Tanah dan Rakyat Papua telah diproklakmasikan menjadi dan merdeka ( Defacto dan Dejure).
Semoga Tuhan beserta kita dan semoga dunia menjadi Maklum, bahwa merupakan kehendak yang sejati dari Rakyat Papua untuk bebas dan merdeka dengan ini telah di penuhi.
Victoria, 1 Juli 1971 Atas nama Rakyat dan pemerintah Papua Barat
Zeth Jafet Rumkorem
(Brigadeir-Jendral)
Isi proklamsi di atas.
Di Tahun 2017 Ini menegaskan kepada Bangsa Papua segera membentuk satu-kesatuan ( Bersatu) Bangit Melawan sistem penjajahan Kolonial Indonesia dan tuannya para Inperialisme atas Penjajahan, Pembunuhan, Penghisapan dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya terhadap Bangsa dan Tanah Papua.
Bangsa Papua bukan bagian dari Kolonial Indonesia dan masa depan Rakyat Papua tidak ada harapan dalam bingkai NKRI. Bangsa Papua akan punah habis- habisan jika Bangsa Papua masih dalam Pangkuan NKRI.
‘’Hak Penentuan Nasib Sendiri Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua’’
Bandung, 1 Juli 2017
Pernyataan Sikap AMPDK Atas Pembatalan Seminar "Salam Papua"
By Kabar Mapegaa 8:06:00 PM BERITA PAPUA , MAHASISWA , Pernyataan Sikap
Mahasiwa yang tergabung dalam AMPDK gelar aksi di depan kampus UMM Mempertanyakan Alasan membatalkan Kegiatan Seminar Nasional "Salam Papua" Foto :Yohanse Giyai |
Malang,Jatim Kabarmapega.com – kegiatan mimbar akademik biasa seperti halnya berbagai acara di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan seminar yang bertajuk Salam Papua kerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas UMM, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) Malang dan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ranting UMM,Pihak Rektorat Kampus Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) membatalkan seminar.berikut ini pernyataan sikap
Sedianya hari Senin, tanggal 27 Pebruari 2017, adalah kegiatan mimbar akademik biasa seperti halnya berbagai acara di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan seminar yang bertajuk SALAM PAPUA dibuat dari kerjasama antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas UMM, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) Malang dan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ranting UMM, semenjak bulan November 2016. Persiapan yang dilakukan begitu lama, dengan semangat kemandirian untuk mengadakan suatu kegiatan intelektual seperti yang tersurat dalam Visi Misi dan Tujuan diselenggarakannya Pendidikan Tinggi; pun yang ada di UMM.
Namun segala persiapan ini seperti hilang arti tatkala pihak Rektorat, melalui biro Kemahasiswaan, pada hari Jumat tanggal 24 Pebruari 2017 secara sepihak melakukan pembatalan rencana pemberian ijin tempat. Alasan yang diberikan kepada panitia penyelenggara adalah bahwa rektorat melalui Pembantu Rektor 3, menyatakan kekuatiran terhadap isi seminar yang bermuatan politis kepada kasus Freeport. Padahal pada kegiatan mimbar akademik serupa di bulan yang sama, juga terdapat konten seminar yang justru lebih langsung menohok pada isu pertambangan dan energi; termasuk didalamnya tentang Freeport.
Kami memandang bahwa Rektorat UMM sudah melakukan tindakan yang membelakangi tujuan penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah. Mimbar akademik berupa seminar ini, yang diharapkan mampu memberi pandangan dan keteladanan dalam kehidupan masyarakat, dilikuidasi dengan pandangan a-politis dari birokrasi kampus. Karena itu, kami menyatakan sikap bahwa,Rektorat sudah melakukan penutupan ruang-ruang demokrasi kampus dan merampas hak-hak demokratis mahasiswa; terutama di kampus UMM. Maka, kami yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Demokratisasi Kampus UMM, menuntut:
1. Rektorat meminta maaf dan melakukan klarifikasi terbuka kepada mahasiswa dan peserta seminar nasional salam papua
2. Pencabutan pembatalan ijin tempat dan kegiatan seminar nasional salam papua
3. Membuka ruang-ruang demokrasi di kampus UMM tanpa syarat
Jika Rektorat tidak segera memberikan hak-hak demokratis ini berdasarkan tuntutan diatas, maka kami akan melakukan upaya-upaya berikutnya, baik secara politik maupun hukum.
Malang, 27 Pebruari 2017
Musa Pekei
Koordinator Lapangan
Terbitkan Rekomendasi Dan Pernyataan Sikap Ret-Reat Penolakan Ijin Perdagangan Miras Di Tanah Papua
By Kabar Mapegaa 9:47:00 AM Miras , Pernyataan Sikap , RELIGION , ROHANI , TERKINI
Sekretaris Departemen
Pemberdayaan Perempuan Gereja Sinode Kingmi di Tanah Papua. Penina Kayame,
S.PAK..(Foto Melsedik U Yogi/KM)
|
Timika, (KM)--- Banyak orang papua mati banyak hanya karena terjangkit penyakit hive AIDS dan perilaku seks bebas maka melalui kegiatan retreat Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua di terbitkan rekomendasi penolakan keras segera di tutup panti-panti pijat dan lokalisasi-lokalisasi yang ada di Tanah Papua.
Hal ini di sampaikan oleh sekretaris Departemen Pemberdayaan Perempuan Gereja Kingmi di Tanah Papua, Penina Kayame, S.PAK. saat wawancara dengan media ini, senin (31/10/2016).
Kata dia, kami perempuan Sinode gereja Kingmi menindak lanjuti rekomendasi dari Gubernur Provinsi papua Lukas Enembe, S.IP. MH terkait Pencabutan ijin penjualan Miras di seluruh Tanah Papua.
"Salah satu contoh tindak nyata dari Gubernur telah melakukan pengusuran lokalisasi yang ada di Provinsi Papua yaitu Sentani kiri maka dengan ini kami Perempuan Papua juga ambil sikap untuk menolak dengan tegas"ucap Penina.
Lanjut Penina, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi papua No, 15 Tahun 2013 tentang pelarang, Pengedaraan dan penjualan minuman Beralkohol, maka kami Departemen Pemberdayaan Perempuan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua melalui kegiatan ret-reat Departemen Sinode Kingmi Papua Kabupaten Mimika pada tanggal 24-29 Oktober 2016, dengan ini kami peserta ret-reat 5.000.000 orang menyatakan sikap dan merekomendasikan sebagai berikut:
Hal ini di sampaikan oleh sekretaris Departemen Pemberdayaan Perempuan Gereja Kingmi di Tanah Papua, Penina Kayame, S.PAK. saat wawancara dengan media ini, senin (31/10/2016).
Kata dia, kami perempuan Sinode gereja Kingmi menindak lanjuti rekomendasi dari Gubernur Provinsi papua Lukas Enembe, S.IP. MH terkait Pencabutan ijin penjualan Miras di seluruh Tanah Papua.
"Salah satu contoh tindak nyata dari Gubernur telah melakukan pengusuran lokalisasi yang ada di Provinsi Papua yaitu Sentani kiri maka dengan ini kami Perempuan Papua juga ambil sikap untuk menolak dengan tegas"ucap Penina.
Lanjut Penina, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi papua No, 15 Tahun 2013 tentang pelarang, Pengedaraan dan penjualan minuman Beralkohol, maka kami Departemen Pemberdayaan Perempuan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua melalui kegiatan ret-reat Departemen Sinode Kingmi Papua Kabupaten Mimika pada tanggal 24-29 Oktober 2016, dengan ini kami peserta ret-reat 5.000.000 orang menyatakan sikap dan merekomendasikan sebagai berikut:
- Perempuan Sinode Kingmi menyatakan dengan tegas pencabutan ijin penjualan miras berdasarkan perda provinsi papua No 15 Tahun 2013.
- Perempuan Sinode Kingmi menyatakan dengan tegas segera Pemerintah Kabupaten Mimika Menutup seluruh panti Pijat, timung, bar, karoke dan lokalisasi kilo 10 di Kabupaten Mimika.
- Perempuan Sinode Kingmi menyatakan dengan tegas perang antar saudara, klen dan suku segera di hentikan.
- Perempuan Sinode Kingmi menyatakan 6 April sebagai hari libur resmi di Tanah Papua berhubung Hari Ulang Tahun ( Hut) Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua.
- Perempuan Sinode Kingmi menyatakan dengan tegas bahwa pada hari minggu raya semua aktivitas berdangagan di tutup dari jam 05.00 – 07.00 sore.
Kami berharap pemerintah kabupaten Mimika juga segera perdakan tentang pada hari minggu raya untuk semua penjualan seperti beberapa kabupaten Paniai dan Jayawiyaya. Karena hari minggu adalah hari besar bagi umat manusia.
Pewarta : Melsedik U Yogi
Pewarta : Melsedik U Yogi
Editor : Andy Ogobay
Ini Surat Pernyataan Sikap Mahasiswa Dogiyai,di Manokwari, Terkait Dana Pendidikan 2016
By Kabar Mapegaa 2:39:00 AM MAHASISWA , Pernyataan Sikap , suarah mahasiswa , TERKINI
Ini fhoto Surat pernyataan sikap Mahasiswa Dogiyai, di Manokwari. (Fhoto : Petrus Yatipai/KM) |
SURAT PERNYATAAN SIKAP
MAHASISWA KOTA STUDI MANOKWARI ASAL DOGIYAI
______________________________________________________________________
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Seniales Adii
Jabatan : Ketua Ikatan Kota Studi Manokwari
Kota
Studi : Manokwari
Agama : Kristen Protestan
Data
diatas ini adalah benar-benar kami selaku Pengurus Mahasiswa Kota Studi
Manokwari, dan Surat Pernyataan Sikap ini dibuat untuk menuntut Biaya
Kontrakan/Pemondokan Dan Bantuan Akhir Studi Yang Belum Bayar 44 Orang. yang mana belum terakomodir pada APBD 2016, Maka
kami buat surat pernyataan sikap ini agar Pemerintah Kabupaten Dogiyai berupayakan
untuk membayar Bantuan Akhir Studi Dan
Biaya Kontrakan yang sementara
masih berhutang pada pemilik 3 (tiga) Kontrakan. Sehingga kami Mahasiswa
Kota Studi Manokwari memberikan waktu dari tanggal 10 Oktober s/d tanggal 24 Desember 2016. Surat Perjanjian Kontrakan Dan Daftar
Nama-Nama Terlampir.
Apabila waktu yang kami tentukan ini
tidak dibayar biaya Pemondokan dan Bantuan Akhir Studi maka, kami seluruh Mahasiswa
Asal Dogiyai se-Indonesia lebih khususnya Kota Studi Manokwari kami akan Demo Mogok Sipil Dan Pemilihan Bupati Dan
Wakil Bupati Kabupaten Dogiyai Kami Akan Batalkan.
Demikian surat pernyataan sikap yang
kami buat, terimah kasih atas perhatian dan kerja samanya dari bapak/ibu. (TUHAN
MEMBERKATI)
Manokwari,
10 Oktober 2016
Mengetahui,
Mewakili Pemda Kab. Dogiyai Badan Pengurus Kota Studi Manokwari
Ttd Ttd
Martinus Iyowau Seniales Adii
Tembusan :
1. Bupati Kab. Dogiyai
2. DPRD Kab. Dogiyai
3. Dinas P dan K Dogiyai
4. Kapolsek Kamuu Moanemani
5. Brimob Moanemani
6. Danwil Kab. Dogiyai
7. Kepala Pol PP Kab. Dogiyai
Pernyataan Sikap Politik PRD Wilayah Timika
By Kabar Mapegaa 3:41:00 PM Pernyataan Sikap
PERNYATAAN SIKAP POLITIK LEMBAG PENANGGUNG JAWAB POLITIK BANGSA
PARLEMEN RAKYAT DAERAH MIMIKA (PRDM)
Perjuangan Papua menjadi perhatian penuh dari dunia Internasional dengan isu “Hak Penentuan Nasib Sendiri”. Negara-negara pendukung di tingkat regional, Internasional dan terutama Negara-negara Melanesia,Mikronesia dan Polinesia MSG, Pasific Island Forum PIF, dan juga Negara-negara Kulit Hitam di Dunia yang tergabun dalam forum ACP yang telah dilakukan pertemuan besar-besaran di Pohnpei Mikronesia beberapa minggu yang lalu, agenda utama yang telah di tetapkan adalah keluan-keluan atau nasib Kulit Hitam berbagai belahan dunia yang ada. Termasuk kita di Papua agar West Papua menjadi sebuah Negara sepeti bangsa-bangsa lain di dunia. Dan West Papua siap di daftarkan dalam Dekolonisasi Komite 24 di PBB saat sidang tahunan PBB di New York US Amerika.
Kemarin, pertemuan pemimpin negara-negara Pasifik untuk West Papua telah terjadi di lantai 4, East West Center, Honolulu, Hawaii. Pemimpin Negara-negara Melanesia, Polinesia, dan Micronesia bersatu untuk mendukung masalah West Papua hingga ke PBB, bersama-sama dengan Pasific Islands Forum (PIF).
Pertemuan Pacific Coalition for West Papua ini terjadi disela-sela pertemuan Negara-negara Pasifik untuk perubahan iklim yang mengancam negara-Negara Pasifik, dimana Presiden AS, Barack Obama ikut menghadiri.
Mereka kembali tegaskan bahwa masalah ini, bukan masalah MSG tetapi pasifik utara dan selatan. Mereka akui akar masalah West Papua adalah penghianatan terhadap bangsa Papua dalam menentukkan nasibnya sendiri melalui REFERENDUM. Mereka tegaskan dan akui ULMWP sebagai satu-satunya wadah representatif perjuangan bangsa Papua di Pacific Coalition for West Papua.
Pertemuan itu bersepakat membawa masalah West Papua ke sidang Umum PBB, di New York, dalam bulan ini. Sidang Umum PBB di New York akan mulai pada tanggal, 15 September-05 Oktober 2016 mendatang. Dimana kita bersama Solomon Island dan Vanuatu akan fasilitasi Side Even, juga untuk pertama kali ULMWP akan pidato di PBB. KNPB sampaikan kepada rakyat Papua lakukan aksi dukungan. Juga sebagai orang Papua punya malasah kami himbaukan kembali bahwa; siapkanlah diri untuk memberikan dukungan kepada mereka yang dukung Malaslah perjuangan kita.
Juga kami perlu sampaikan proses perjuangan di tingkat internasional saa ini bahwa; Kepulauan Konferensi ke-10 Pacific Pemimpin, Uni Internasional untuk Konservasi Kongres Konservasi Dunia Alam dan pertemuan 1 dari Koalisi Pasifik di Papua Barat. Sementara di Honolulu, Perdana Menteri juga memiliki kesempatan untuk memiliki diskusi bilateral dengan Polinesia Presiden Perancis, Yang Mulia Edouard Fritch. Adapun pertemuan 1 dari Koalisi Pasifik di Papua Barat, resolusi dicapai untuk mengambil isu-isu Hak Asasi Manusia di Papua Barat ke PBB untuk intervensi di Majelis Umum ke-71 akhir bulan ini.
Pertemuan melihat ekspresi komitmen mendalam oleh kedua anggota pendiri dari koalisi serta anggota baru jaringan advokasi Papua Barat ini di attendance- Kepulauan Solomon, Gerakan Pembebasan Papua Barat di Inggris, Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste, Tonga, Tuvalu, Kepulauan Marshall, Kirabati dan Nauru- untuk masalah Papua.
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) sebagai Media Nasional Bangsa Papua kami sampaikan kepada seluruh rakyat Papua bahwa: Anda adalah Pemilik Negeri ini maka anda punya wajib memberikan dukungan doa kepada saudara-saudari kita yang ada di Negara-negara Pasific dan Malanesia, yang sedang biacara dan mendorong, Perjuangan Kita di sidang Umum PBB di New York. Mari kawan..!!! Dantang mengambil bagian dan gunakan 1 hari untuk mendukung kepada Negara-negara Pasific yg tergabun dalam suara koalisi untuk west Papua dan persoalan kita akan bawah ke dunia Internasional.
Tidak lupah juga kami sampaikan kepada Rakyat Papua wajib memberikan dukungan seutuhnya melalui moril maupun Doa-doa dan Pastikan anda sebagai Orang Papua opsi pada kemenangan kita. Dan ULMWP akan pidato pertama di sidang Umum PBB New York di berikan waktu oleh Negara Vanuatu dgn Salom Island. Untuk itu dalam kamus perjuangan ini tidak ada istilah bosan atau cape. Tetapi luangkan satu hari ini untuk dukungan kepada Negara Pasific yang tergabun dalam koalisien Pasific untuk Papua. Mereka akan bawa masalah perjuangan ke UN nanti.
Kami juga sampaikan jangan berbicara dengan hegemoni atau mitos-mitos lokal sukuis dll. Yang ujung-ujungnya memisahkan kita dalam keluarga lupahkan dengan teman dan teman juga dalam gerakan kita. Kawan! kita semua tidak ada yang lebih tidak ada yang kurang, kita alami penderitaan yang sama. Bagimana kita tunjukan dengan sadar kekuatan persatuan kita, kepada negara kolonial ini.
Demikian pernyataan sikap ini kami buat secara bertanggung jawab, demi pembebasan bangsa Papua dari segala bentuk penindasan, dan demi tercapainya hak bangsa Papua untuk menentukan nasibnya sendiri. Salam REVOLUSI!!! “Kita Harus Mengakhiri”
Salam Revolusi! Kita Harus Mengakhiri
Timika Senin, 19 September 2016
Hormat Kami
Lembaga Penanggung Jawab Politik
Parlemen Rakyat Daerah Mimika (PRDM)
Ev. ABIHUT DEGEY Sth.MG