PENGAKUAN MAHASISWA
By Kabar Mapegaa 7:18:00 AM PUISI
Foto: Dok, Paskalis F/KM |
Hari ini akan menjadi sebuah pengalaman
Yang berharga di hari-hari yang akan datang
Kami adalah huruf yang berbaris dalam kelompok
Kami adalah kalimat yang tersusun dalam paragraf
Bait-bait kata perlawan kami
Kami adalah karya yang disatu
Kan dalam kata kata kami butir benih yang tumbuh tanpa zat yang di semai dalam kegetiran
Hingga usang menjadi tak laku dalam dagang
Rongkosan yang terpaku riang
Kami adalah karya yang disatu
Kan dalam kata kata kami butir benih yang tumbuh tanpa zat yang di semai dalam kegetiran
Hingga usang menjadi tak laku dalam dagang
Rongkosan yang terpaku riang
Dalam rintisan jalan yang bisa makan ayam goreng dalam bungkusan sampah
Kamilah yang di kutuk
Tetapi bukan atas nama Sang Pencipta
Kami yang bersembah sujud meminta atas belas kasih-Mu
Walau sekedar koin untuk mengisi perut hari ini
Kami yang berjejerar di kusam balik kaca mobil
Tampil tampa urat malu
Dengan genggam recehan berdiri di atas lapar, haus, keringat, sakit
Untuk mewujudkan satu impian yaitu kesuksesan
Semua yang dilakukan sekarang ini dalam keadaan susah atau senang
Dalam keadaan sadar atau tdk sadar
Dalam keadaan pasti atau tidak pasti
@Belajarlah semakian rendah hati melayani sesama yang lain.
#IPPMAS harus hidup seperti kita semua; dan
Kamilah yang di kutuk
Tetapi bukan atas nama Sang Pencipta
Kami yang bersembah sujud meminta atas belas kasih-Mu
Walau sekedar koin untuk mengisi perut hari ini
Kami yang berjejerar di kusam balik kaca mobil
Tampil tampa urat malu
Dengan genggam recehan berdiri di atas lapar, haus, keringat, sakit
Untuk mewujudkan satu impian yaitu kesuksesan
Semua yang dilakukan sekarang ini dalam keadaan susah atau senang
Dalam keadaan sadar atau tdk sadar
Dalam keadaan pasti atau tidak pasti
@Belajarlah semakian rendah hati melayani sesama yang lain.
#IPPMAS harus hidup seperti kita semua; dan
#IPPMAS mati berarti kita pula mati
KUSME & KURANO POPOT, AYAWASI, YAMKO & MOSUN
Penyair adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Jayapura
KUSME & KURANO POPOT, AYAWASI, YAMKO & MOSUN
Penyair adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Jayapura
Jayapura, 19 Oktober 2017
DI TELAGA SEMUT SANG INSPIRATOR
By Kabar Mapegaa 11:15:00 AM PUISI
Foto. Dok; Prib Beni B/KM |
Karya : Beni Cf Bame
Sekalipun kekecewaan diantara harapan
Kami tetap menyadari ini milik bersama
Dari hal kecil kami belajar
Tubuh yang kecil bukan alasan tak menatap masa depan
Jari yang kecil bukan tolak ukur
Ini semua demi hidup
Jeripaya dengan setetes air mata
Keringat pun menetes waktu demi waktu
Dari terbitnya mentari sampai akhirnya senja
Pilihan yang tepat dengan tanggung jawab yang besar
Tak ada jalan lain untuk kami lewati
Sekali pun dunia ini tak adil bagi kami
Kami jadikan tubuh sebagai beton
Kami jadikan jari tangan sebagai tali
Kami menahan beban yang berat
Hanya ingin menyebrangi keluarga kami
Suka, duka, canda, tawa kami lewati bersama
Tak ada kebencian diantara kami
Yang ada hanya kasih sayang
Sekali pun jalan yang panjang
Sekali pun dunia yang luas
Sekali pun bumi ini di gugusi air hujan
Komitmen kami
Kemampuan kami
Saling menolong
Percaya diri
Itulah kami semut
Mari kita belajar dari semut sang inspirator
(Papua, Oktober 2017)
Penyair adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Jayapura sekaligus Ketua PMKRI Jayapura Papua
SAHABATKU, WAKTU YANG MAMPU MENJAWAB
By Kabar Mapegaa 5:15:00 PM PUISI
Sahabatku, foto, dok; Emiliano K Y/KM |
Karya: Emiliano Kejora Yumte
Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya
Untuk memisahkan kita semua
Namun detik demi detik kian berlalu
Semua telah hilang di telan zaman baru
Bagaikan dedaunan yang terurai di atas tanah
Yang tak bisa kembali seperti semula
Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula kuingin bersama kalian
Apakah kita masih mampu bersama?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu?
Sahabatku, cuma waktu yang bisa menjawab semuanya itu
Editor: Muyepimo Pigai
Papua, (Oktober 2017)
Penyair adalah anak muda Papua, Tinggal di Sorong
KAMI TIDAK SEPERTIMU, AINAN NURAN?
By Kabar Mapegaa 5:42:00 PM PUISI
Kami Tidak Sepertimu, Ainam Nuran, foto, dok, prib Nobi B/KM |
Karya: Nopi Bunai Jr
Ainam
Nuran!
Sayup
terlihat ragamu
Kala
surya harapan telah terbelenggu
Itukah
dirimu?
Ainam
Nuran, lusifer
Pemberi
derita kehidupan kala hati
Sedang
haru membiru di ruang piluh
Lidahmu
Manisnya
hanya menjadi perasa awal
Menutupi
rasa pahit yang kau berikan
Cukup
menarik karena berasal dari kata yang dikirimkan
Tapi
itu lebih condong mengarah pada nama pembungkaman perjuanganku, daripada sebuah
katamu
Ainam
Nuran!
Kenapa
ular dirimu?
Sang
pemompa kata manis tanpa realitaku!
Kau
hanya memasukkan bisa racun
Yang
menerpa aku tepat di relung
Kami
hanya tamat edukasi dibawah rata-rata yang pernah kamu raih
Kamu
seolah-olah sudah ada di atas gunung Carstensz Pyramid, Ainan Nuran?
Dimana
Ainan memandangi ke seluruh pelosok Papua
Editor : Muyepimo Pigai
(Oktober 2017)
Penyair adalah Alumni SMA N 2
Nabire, Papua
HARAPAN KITA DITELAN GAIRAH DUNIA
By Kabar Mapegaa 8:27:00 PM PUISI
Foto: Dok, Prib Alekx W/KM |
Karya: Aleks Waine
Kau adalah senyumku
Kau adalah tangisku
Kau adalah atapku
Dan kau adalah pijakanku
Tetesan air mataku
Selalu kuberikan setiap kisahku
Mengerti tapi tak di mengerti
Cintaku di ujung jalan, tanah Gorontalo
Kataku
Kadang tak sama dalam hatiku
Tersenyum membara
Tapi dalam hatiku menangis
hatiku selalu bertanya namamu
pula pada rerumputan
semuanya hanya berdiam membisu
bergoyang tanpa ada yang menyentuhnya
bertindak meninggalkan diriku
tanpa kau pamit kepadaku
tapi biarlah sudah
kau miliknya
Tanah Gorontalo, tempat menimbah ilmu
Entah laut memelah rupa
Kupergi berteduh di alamku
Kini ku melihat engkau sudah dengannya
Tegahnya dirimu
kau mempermainkan cintaku,
untuk selamanya kau pergi bersamanya
hanya puisi yang kugoreskan di kertas kesunyian
kau pergi dengannya hatiku sedang rindu
Pada siapa aku mengadu
Karna hati bertanya slalu
Berlianlah air mataku meneteskan belahan jiwaku
Akan kucari jejak kakimu walau kemana kau pergi,
Aku slalu berkelan ke ujung dunia,
Mengapa sakit hatiku menghampiri?
Tiada pesan darimu mau tinggalkan kau tinggalkan aku seorang
Karya: anak
muda Papua, Aleks Waine
Juli 2017
Editor:
Muyepimo P
Secerna Harapan
By Kabar Mapegaa 9:09:00 AM PUISI
Ilustrasi, Berpacaran www. (Ilustrasi,com)/KM |
Karya: Manfred Kudiai
(Puisi kabaramapegaa.com)
Aku mulai merasakan
kehadiranmu
Awal kau tanamkan seberkas
harapan
Harapan kebahagiaan yang
tak terbayangkan
Karena Dia membuatku jatuh
hati
Harapan kebahagiaan itu
hilang seketika
Seluruh jiwaku ikut
memikirkan belaian senyum manja
Perjuangan, doa, tuk cinta
kembali menyiksa
Sungguh menyiksa
Harapan diabaikan begitu
saja
Apa aku terlalu berharap?
Mengapa ada pertemuan?
Karena pertemuan itu yang
menyiksaku kembali
Ingin terbang bersama Dia
menyusuri samudera
Namun sayapku tak sampai
Ingin memohon berlutut
patuh dibawa kakimu
Namun jurang begitu terjal
tuk kesampaian
Bolehkah Kau memberi waktu
untukku
Cukup hanya sedetik berada
di dekatmu
Bolehkah kau bercerita
lagi seperti dulu
Cukup seberkas senyummu
yang kubutuhkan
Ah, mungkin bukan waktunya
Aku sudah hancur tak
terbentuk
Aku sudah teller akibat
mabuk
Kesampean dihati menyebut
namamu
Telah menjadi rindu setiap
sepihku
Biarkan aku mendoakanmu
Biar sang ilahi melirik
hatimu
Agar kau membukakan hatimu
Karena aku suka kamu
Jangan kau abaikan aku
Karena aku siap
mencintaimu
Dan…
Aku berdoa lagi
Agar sang Petunjukku
memberimu arah
Setelah aku tak ada lagi
selain aku.
Bolehkah kau membagi cinta
untukku?
Asrama Papua Yogyakarta, Kamar 113, 01 Juli
2017, pukul 24.00 Wib.
Se Tahun Rasa Hidup Menderita di Tanah Holandia
By Kabar Mapegaa 5:14:00 PM PUISI
Setahun hidup derita rasanya. (Foto DAoc Pribadi, GN)/KM |
PUISI,KABARMAPEGAA.COM
Inilah sejuta
kekurangan-Ku
Banyak orang membanding bandingkan dengan diri-Ku
Hanya membuang sejuta senyum dan ucapan terimakash sang
khalik
Semua pemberian ada waktu itulah pikiran positif-Ku
Mereka tidak menghormati dengan diri-Ku
Mereka tidak menghargai dengan posisi-Ku
Mereka tidak berpikir siapa saya
Mereka menghantam aku beribu kata dan gaya
Aku diam dan membuang senyum hanya kata ada waktunya
Bro itu hasil orang tua kata marah-Ku.
Aku menderita rasanya
Manusia lingkungan ataupun situasi tidak mendukung
buat-Ku
Tetapi setahun bertahan demi mencari diri saya
sebenarnya
Bukan lagi semata gelap yang di saksikan tetapi mata alam
Papua jadi saksi. Dengan jalan kehidudupan yang di penuhi tantangan dan rintangan Tuhan pasti menjawab-Ku.
Menyusuri dunia dengan kehidupan suka dan duka melewati selama hidup ku di kota Holandia.
Tuhan.
Betapa indah kuasa maka memohon engkau memberi banyak
arti hidup di tanah Holandia.
Aku inilah dengan kehidupan yang kadang melelahkan
hatiku, tetapi Tuhan selalu di sampan-Ku menjadi terang hidup. Sebab ku
menyakinkan itu semuanya harus dijalani dan aku siap menerima dengan penuh rasa
syukur Karena itu semuanya adalah jalan terbaik-Ku.
Pengalaman hidup setahun di kota holandia, Dari tahun
2016 -2017
Karya: Geradus Nakapa
Di kota
Holandia Jayapura Papua.
Alam Papua Lukanya yang Terbisu
By Kabar Mapegaa 4:32:00 PM PUISI
PUISI (KM)
Kekayaanku dinegeri
kini telah menjadi wisata dimata dunia
Rakyat masih buta
jadi manager pemimpinan terhadap kekayaan-Nya
Pengunjung setiap
waktu tak adil hingga dengan sayapnya menerbang diudara sambil mengisap
madunya. tak ada yang menyentu bumiku Cenderawasih.
Walau ada
pengunjung setia dinegeri ini tetapi dengan hati yang tulus berpura-pura
mengelolah kekayaanku. Namun setiap saat aku hanya menikmati sekulit pinang
dipingkirang wisata ini.
Tersenyuh hati ini
wahai alamku, pesona mengikat hatiku tak ada lagi manusia yang bertakwa adil
terhadap Mu dan Ku.
Akupun tak layak
menentang budi buruk mereka ku biarkan semua ini pada sang penciptala yang
punya kuasa akan membalas budi baik buruk mereka.
kupesan wahai
pengunjungku. angan hanya ku tau dikisahkan tindakan-tindakan harga diri bangsa
melanesia yang menjamin mu.
Bilah engkau bukan
pengobat jiwa di bangsa yang bersedu-sedu ini.
Jadilah pribadimu
yang layak di hadapan sang maha kuasa
Saya bukan hadir mu
inilah ungkapan naidiku yang setipis berbanding sehelai kiritingku.
Aku cinta alamku
Karya : Yudas Wogaibi Pakage
Mahasiswa Papua kuliah di Universitas Sains
dan Teknologi Jayapura
Engkau Pemakan Bumiku Makanlah
By Kabar Mapegaa 4:12:00 PM PUISI
Ilustras Bumi di makan meteor/KM |
PUISI KM,
Derai butiran emas
perak dan cairan minyak gas di negeri terindah Papua
Engkau bagai wanita
demi idaman negara dan dunia
Di pundak dirimu di
lukai orang tak kenal
Pemilik bumi hanya
saksi mata
Dilukai terobek
jantung hati tangis bersama-Mu
Pemilik menjadi pemimpin
hanya bermimpi
Berdarah Papua berjiwa
menjual
Engkau papua hanya
tinggal nama
Andai engkau sampah
di bakar habis
Tanpa angkat tanpa
debu
Engkau bilang aku
siap mengelola PF Freeport
Engkau sendiri yang
menjual dengan murahan
Pemurah pemakan
pembunuh
stop stop stop!!!
Wahai bumi
cendrawasih
Makan semua pohon
yang tidak menghasilkan buah
Habiskanlah sampai tak
ada tunas
Akarpun di kering
sampai tak ada bibit yang tumbuh lagi.
Ku mohon
kabulkanlah!!
Admin,
Rabu, 18 Juni 2017 pukul 14.05 WIB.