19th Biak Berdarah, AMP-FRI WP akan Adakan Konferensi Pers di LBH Jakarta
By Kabar Mapegaa 9:06:00 PM AMP , BERITA PAPUA , Biak Berdarah , PELANGGARAN HAM
Brosure.Ist. (dok AMP Jakarta) |
JAKARTA,
KABARMAPEGAA.COM—Aliansi Mahasiswa Papua, Komite Kota Jakarta, (AMP KK Jakarta)
gandeng Front Rakyat Indonesia untuk Papua (FRI WP) akan
menyikapi tragedi Biak Berdarah sekaligus memperingati 19 Tahun
tragedi ini dibungkam oleh negara, dalam bentuk konferensi pers dengan berbagai media
Nasional dan Lembaga Berbadan Hukum (LBH) Jakarta.
Hal
ini disampaikan oleh Narahubung aksi, Frans Nawipa kepada media ini, saat
dihubungi oleh awak media, melalui pesan elektronik, Rabu, (05/07/17).
“Tragedi
baik berdarah telah berjangjak pada usia 19th, Negara harus
bertanggunjawab atas kejahatan kemanusiaan di Biak, Papua Barat,”
ujar Nawipa yang juga sebagai ketua AMP KK- Jakarta ini.
Lanjut
Nawipa, 19 Tahun telah berlalu. Proses penyelesaian kasus tidak pernah
diangkat, sementara pelaku pembaitaian yang terjadi tepat, 06 Juli Tahun 1998,
tragedi kejahatan terhadap kemanusiaan, yang dilakukan oleh Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI ) terhadap rakyat itu terus di piara oleh negara.
“Berawal
dari pengibaran bendera Bintang Kejora yang di kibarkan di Tower berdekatan
dekat pelabuhan kota Biak. Dalam aksi damai yang dilakukan oleh kurang lebih
500-1000 massa aksi, berakhir dengan pembantaian yang kita kenal dengan tragedi
Bia berdarah,” jelas Nawipa.
Sementara
itu, Koordnator Umum FRI WP, Surya Anta, mengatakan kalau Indonesia
menilai demonstasi merupakan gerakan separatis, kemudian disikapi dengan cara
represif oleh militer Indonesia (TNI/Polri), Ratusan demonstrasi massa rakyat
tak bersenjata yang bertahan di sekitar tower di kepung dan ditembak secara
membabi buta.terjadi penangkapan, sewenang-wenang, penganiayaan, penyiksaan,
penculikan dan berbagai tindakan tak berprikemanusiaan lainya dilakukan oleh
militer Indonesia.
“Warga
sipil di Kelurahan Pnas, Kelurahan aupnor dan Kelurahan Saramom- Kecamatan Biak
kota digiring oleh Aparat ke Pelabuhan laut Biak, dan dianiaya secara tidak
manusiawi, kemudian dimasukan kedalam karung, lalu dibuang kedalam laut,” jelas
Surya.
Lanjut,
dilihat dari Koronologis peristiwa Biak, TNI-Polri melakukan tindakan
represif terhadap rakyat papua di Biak, pada 6 Juli 1998 silam.
Dicatat menelan 230 korban sebagai berikut: Meninggal 8 orang; 3 Orang hilang;
4 orang korban luka berat; 33 orang di tahan sewenang-wenang dan
150 orang mengalami penyiksaan; serta 32 Mayat misterius.
"Meskipun
peristiwa ini telah diproses dipengadilan dan telah diajukan ke Mahkama Agung
Indonesia, namun hingga saat ini belum jelas sampai dimana proses hukumnya
berlangsung, para pelakunyapun sampai saat ini masih hidup dengan bebas dan
justru mendapatkan penghargaan sebagai Negara, karena telah menjalankan agenda
Negara,” pungkasnya.
Untuk
itu, AMP-FRI WP atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus terjadi di Tanah
Papua, maka akan melakukan Konferensi Pers untuk menyikapi
Biak Berdarah dan menyampaikan pernyataan sikap mereka terhadap berbagai
kejahatan kemanusia yang terjadi di Papua Barat terhadap pemerintah Indonesia.
Kegiatan
tersebut, dikabarkan akan dilaksanakan pada, hari Kamis, 06 Juli 2017,
Pukul 11,00 WIB hingga selesai, bertempat: LBH Jakarta.
Mereka
juga mengajak kepada rekan-rekan media untuk meliput aksi Komprensi perss
tersebut.
Pewarta
:33/RED/Po
Editor:
Manfred
Biak Berdarah: Detik-Detik Histori Pahit Mucul di Ingatan
By Kabar Mapegaa 8:06:00 PM ARTIKEL , Biak Berdarah , Opini
Salah satu foto Dokumentasi saat kejadian Biak Berdarah, 6 Juli 1998. |
Oleh, Paulo G
OPINI.KABARMAPEGAA.COM--Setiap mendekati tanggal 6 Juli, rona histori pahit pun muncul dalam ingatan. Di Kota iIak, dikaki Tower (yang berada ditengah2 kota), 6 Juli 1998 terjadi pembantaian kemanusiaan; Memerkosa Ibu-ibu dan perempuan mudah; penculikan paksa terhadap, bahkan sebagian mayat ditemukan di tepian pesisir pantai PNG--Hingga Bapak Filep Jees Karma menjalani Hukuman Penjarah selama 15 Tahun.
Tower di tengah-tengah Kota Biak iyalah bukti sejarah pertumpahan ratusan darah manusia. Tower itu menyimpan cerita pembantaian itu kepada setiap Generasi Papua, tentang tindakan dan perilaku Militer RI dibawa kontrol Negara Kolonial dari Rentetan Sejarah Berdarah-darah di Papua.
Sejak Anesasi Papua--Berpindah-tangan kolonial Belanda ke NKRI--Sejarah perjangan hidup Rakyat Papua Barat yang berdarah-darah tercatat rapih oleh sebuah sistim tanpa masa depan menduduki, mengeskploitasi (merusak atas kepentingannya) alam, dehumanisasi dan depopulasi penduduk koloni beserta Genosida dan Rasisme (hitam vs putih, gunung sv pante, suku vs suku; suku vs Marga).
Beberapa waktu kemaring telah kita peringati 16 Tahun Wasyor berdarah (2001); 17 tahun Wamena Berdarah (2000 dan 2003); 11 Tahun Abepura Berdarah (2006); 3 tahun Paniai Berdarah (2014), dan kasus-kasus HAM berat lainnya yng melibatkan Militer (pelaku) dalam pembantaian itu. Belum tercatat Sejarah Memaksakan Papua dalam Indonesia dengan tindakan militeristik dalam rangkaian Operasi-Operasi Militer (DOM Papua) yang menewaskan ratusan ribu rakyat Papua; dan ratusan lainnya mengevakuasi diri ke Negara2 Pasifik hingga di Australia.
Maka Idealisme kita, dan mekanisme formalitasnya, Negara bertanggungJawab atas Kejahatan Kemanusiaan di Papua, sebagaimna tanggungjawab Konstitusi Negara (kolonial) Indonesia serta hukum Internasional.
Namun, sampai pada hari ini, Biak berdarah pun dilupakan oleh Negara. Militer, para pelaku dibiarkan tanpa mengadili tindakan kebiadabannya atas menghilangkan nyawa Manusia Papua--Niali hidup Manusia Papua seakan tak ada Nilainya di mata Mereka. Para pelaku diberikan pangkat yang lebih tinggi atas label Pahlawan karena Membunuh manusia Papua.
Para Pelaku dan watak militeristiknya dipupuki dan merawatnya agar Operasian militeristik dan rasismenya terus menjaga eksistensi kolonisasi Papua, pengerukkan Alam Papua serta dehumanisasi, Depopulasi (penduduk asli).
Posisi Gerakan Pemuda dan Mahasiswa (khususnya Papua) hari ini, telah menyatakan benci terhadap eksistensinya.
Kita semua disini muak dengan busuknya kapitalis ini, muak dengan eksploitasi dan ketidak adilan, diskriminasi, kebohongan, kemunafikan dan kebrutalannya.
Maka, untuk mempertegasi Pemuda-Mahasiswa Revolusioner dan menjadi Pemberontak Seumur Hidup, menurutku, dua Artikel berikut ini sangat detail memberikan hal itu.
Yang pertama, Menjadi Pemberontak Seumur Hidup
Dikutib dari kata-kata John Percy, Sekretaris Nasional Democratic Sosialist Party dalam sambutannya menegaskan posisinya sebagai agitator yang kontra pada masyarakat kapitalis—sistem kapitalis—dan memilih jalan sebagai pemberontak. Meyakini bahwa kaum muda di seluruh dunia adalah yang paling mungkin menjadi pelopor pemberontakan, adalah kaum yang menjadi tulang punggung pemberontakan dan pembuat revolusi—yang melakukan kerja-kerja revolusi yang terarah antara teori dan praktek. Lebih jelas anda bisa klik sini
Kita semua disini karena kita muak dengan busuknya masyarakat kapitalis ini, muak dengan eksploitasi dan ketidak adilan, diskriminasi, kebohongan, kemunafikan dan kebrutalannya.
Kaum muda disini dan diseluruh dunia adalah yang paling mungkin memberontak: melawan merajalelanya rasialisme di Australia dibawah rejim Koalisi Hansonite, melawan seksisme, terutama dorongan agresif agar perempuan kembali ke rumah sebagai ibu dan istri, melawan perang dan militerisme (John Howard ingin membuang 110 miliar dollar Australia lebih untuk belanja militer), dan melawan tirani korporasi kapitalisme. Lebih jelas anda bisa Klik Disini.
Sebab Self-Determination itu wujud daripada gerakan Rakyat Papua yang sadar, yg dipimpin oleh kaum termaju dalam teori dan praktek. Secara mental, materi, ideloginya sudah matang, serta semangat juang yang tinggi. Kaum termaju itu adalah hasil daripada proses keterlibatan induvidu dalam Pemberintakan.Dia tidak akan turun dari langit. Atau panggilan. itu adalah mistis. Propaganda Kolonial yang selalu ditanamkan kepada kaum mudah-mahasiswa Papua adalah soal pembangunan, bagimna menjadi pemimpin model borjuis, menjadi DPR atau Bupati lalu perubahan itu akan sejalan.itu adalah Ilusi-ilusi borjuasi (lokal dan non) kolonial.
Penulis adalah mahasiswa Papua, Kuliah di Yogyakarta
Melawan Lupa Tragedi Biak Berdarah, AMP KK Bali Serukan Aksi
By Kabar Mapegaa 4:41:00 AM AMP , BERITA , BERITA PAPUA , Biak Berdarah
Brosure.ist |
YOGYAKARTA, KABARMAPEGAA.COM--Masih membekas luka batin bagi warga Papua terutama masyarakat Biak, sementara pelaku menari-nari diatasnya. Korban mencari-cari keluarga yang terembak mati, dibuang hilang enta kemana diatas tanahnya sendiri.
Pemerintah dan aparat keamanan tidak pernah diproses dengan serius. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemerintah berupaya untuk “melupakan” kasus ini dan melanggengkan impunitas.
Menurut laporan Lembaga Studi dan Advokasi HAM (Els-HAM) Irian Jaya dan Lembaga Gereja (Katholik, GKI di Irian Jaya dan GKII), seminggu setelah tragedi kemanusian telah ditemukan 32 mayat misterius yang terapung di dekat pelabuhan dan 3 orang warga dinyatakan hilang. Laporan temuan korban ini sudah diserahkan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Sudah 19 tahun, tragedi kemanusiaan "Biak Berdarah", namun tidak pernah diproses dengan serius oleh negara. Untuk itu, dalam rangka melawan lupa dan menuntut keadilan bagi korban "Biak Berdarah", Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Bali (AMP KK Bali) seruKan aksi , mendesak kepada Pemerintah Indonesia untuk segera:
Pertama; Negara bertanggung Jawab atas tragedi Biak Berdarah 1998 yang telah menewaskan ratusan nyawa orang Papua.
Kedua; Buka ruang demokrasi dan berikan hal menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai solusi demokrasi
Ketiga; Tarik militer (TNI/Polri) dari seluruh tanah Papua
Keempat; Tutup Freeport, Lang Tangguh, BP, dan seluruh perusahan asing yang ada di atas tanah Papua.
Dengan ini, AMP KK Solo, empat tuntutan diatas, akan dibacakan saat aksi unjuk rasa memperingati 19 tahun Biak Berdarah. Rencana mereka untuk menggelar aksinya pada:
Hari/tanggal : Kamis, 06-Juli 2017
Pukul : 09;00 - selesai
Titik Kumpul : Parkir Timur Renon
Untuk itu, alam selebaran, AMP KK Bali mengajak kepada peduli kemanusiaan yang berdomisili di kawasan Pulau Dewata Bali, datang dan ikut ambil bagian dalam aksi ini.
“ Demi meluruskan sejarah yang kelam, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan demi mencapai masa depan bangsa papua yang Bebas, Merdeka. BERSAMA KEBENARAN SEJARAH SANG BINTANG KEJORA ,” tulis AMP.
(Manfred Kudiai/KM)