(Foto: Dok. Ist Nomenson D/KM) |
Artikel, (KM). Kita ketahui bahwa Orang Papua berada dalam sistem pemerintahan Indonesia saat ini, sistem yang tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu dengan mengayomi masyarakat tanpa harus ada diskriminasi terhadap kaum minoritas, namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat termasuk di Papua saat ini.
Pengertian sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu, demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama, mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
Indonesia gagal menjalankan sistem pemerintahan itu sendiri di Papua, diluar Papua mungkin sudah berhasil.sistem yang seharusnya menjaga kestabilan negara dengan mengayomi masyarakat kaum minoritas di Papua sudah menjadi baku. Kehadiran kehadiran Sistem Pemerintahan Indonesia memaksa, sehingga saat ini masih terlihat di wajah masyarakat Papua yakni,Indonesia selalu memamfatkan moment-moment seperti hari kemerdekaan untuk menindonesiakan orang Papua diberbagai pelosok diseluruh Tanah Papua dan selalu diperkaya dengan media proganda yang pro-NKRI dengan isu tidak berakar dan positif. Seperti yang diliput media online TribunNews yang menyatakan kalau”Jelang Peringatan HUT RI, Ratusan Anggota OPM Menyerahkan Diri”. Ini jelas hanya hoax karena yang sebenarnya sesuai jalan fakta adalah bukan anggota OPM pimpinan Goliat Tabuni. Tapi masyarakat dari Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, yang mengungsi pasca penyerangan Polsek Sinak lalu,hal ini diungkap oleh legislator Papua Deerd Tabuni via media online Jubi (21/8/2016).kita tahu bahwa masih banyak cara Pemerintahan ini selalu memamfaatkan momenya untuk mengembalikan citra keindosiaan di Papua.
Musuh orang Papua adalah sistem Pemerintahan dalam Negara,atas kehadiran Sistem Negara Indonesia di pulau Papua, banyak kekwatiran bagi kehidupan rakyat Papua, salah satunya adalah ”Genosida”, pola pikir ini sudah berakar dibenak orang Papua saat ini, sehingga hal ini wajar saja terjadi karena memang kehadiran sistem Negara Indonesia menggancam punahnya rumpun melanesia di tanah Papua. Lebih sentisif lagi banyak buku diluncurkan oleh para pemerhati bangsa Papua tentang keperhatinan akan punahnya rumpun melanesia di tanah emas, misalnya buku ”Jeritan Bangsa” (Sendius Wonda, SH., M.Si.), ”Pemusnahan Etnis Melanesia (Socratez Sofyan Yoman) dan ”Peristiwa Penculikan dan Pembunuhan Theys H. Eluay 10 November 2001” (Pdt. Dr. Benny Giay. Ph.D) dan masih banyak buku lainya yang jelas menceritakan kehidupan ras Melanesia ujung punah atas kehadiran sistem Pemerintahan Negara Indonesia.
Dengan adanya sistem milik negara Islam ini, di Papua seakan orang Papua diajak mengenal hal yang buruk, seperti ”bencih, marah, demdam dan lain sebagainya.” Hal ini terjadi karena dipeluk sistem yang baru dengan adanya garis klonialisme, imperalisme, kapitalisme menjajah kehidupan orang Papua saat ini.bicara keburukan sistem, tidak ada ujungnya di negara ini, mari kita kembali ke pembahasan sesuai topik diatas.
Dapat lihat dari organisasi kiri seperti KNPB, AMP dan berbagai organisasi kiri lainya memberikan proviciat kepada masyarakat Indonesia”Selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-71 bagi masyarakat Indonesia ras melayu”, ucapan ini datang dari seorang pimpinan KNPB (Victor Yeimo) melalui akun pribadinya (facebook). Dan ucapan yang sama datang dari ketua AMP Jakarta Frans Nawipa via akun facebooknya di hari yang sama 17/8/016 dan banyak pemerhati kemanusia di seluruh Tanah Papua menyampaikan ucapan yang berupa.kesadaran ini jelas timbul atas dasar saling menghargai setiap manusia dengan rasa hormat yang tinggi,tidak terlepas dari nilai-nilai hak kamanusian walaupun sistem ini membatasi hak dari pada orang Papua sepenuhnya.
Ucapan proviciat yang datang dari berbagai pro kemerdekaan Papua itu, menunjukkan bahwa mereka tidak melawan orang Indonesia (non-Papua), namun musuh abadi mereka hanya satu yaitu sistem Negara Indonesia yang berada saat ini di tanah Papua sejak 19 Desember 1961. ”Kami tidak melawan manusia tapi kami lawan sistem negara ini, kami tidak suka sistem ini” (Bazoka Logo), Jubir KNPB dalam wawancara yang diliris Tempo.com, 41/5/015. Keterburukan yang dihadirkan sistem ini sangat jelas di Papua. Seakan penyakit kekerasan yang dihadirkan negara tidak terpadamkan oleh negara itu sendiri, hal ini tentunya negara dibalik semua kekerasan di Papua, oknum pelanggaran HAM selalu akan menjadi rahasia negara.
(Penulis adalah Pemuda Papua)
Editor: Frans Pigai
0 thoughts on “ Musuh Orang Papua: Sistem Negara ”