Poster Ilustrasi Maleaki T/KM |
Pengantar
OPINI, KABARMAPEGAA.COM – Pelajaran ini adalah pusat dari hubungan kita dengan Tuhan. Banyak orang Kristen yang “di temukan keluar” dari sini karena kehidupan mereka termotivasi oleh diri daripada Roh Allah. Keselamatan adalah hadiah gratis dari Tuhan! Jaminan kekal adalah janji yang pasti dari Allah! Dengan kata lain, ketika kita dilahirkan kembali, kita telah di adopsi ke dalam keluarga Allah. Namun, dalam setiap keluarga, anak-anak memiliki tanggung jawab; dan dalam pelajaran ini kita akan belajar tentang salah satu tanggung jawab kita sebagai anggota keluarga Allah.
I. Istilah Penatalayanan
Penatalayanan (stewardship) berarti pekerjaan menatalayani. Penatalayan adalah orang yang menatalayani, disebut juga "juru kunci". Ada beberapa contoh dari Alkitab. Dalam Kejadian 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. "Mengelola" berasal dari kata "kelola" yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang dengan tugas itu disebut "pengelola". Penatalayan atau juru kunci ini disebut juga "kepala rumah" (Kej. 43:16,19; 44:4), "kepala istana" (Yes. 22:15), "mandur" (Mat. 20:8), "bendahara" (Luk. 16:1), "bendahara negeri"(Rm. 16:23). Paulus dkk. menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur. Seorang penatalayan yang tidak jujur pasti dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).
II. Definisi Penatalayanan
Penatalayanan ialah segala kebijakan dan tindakan orang percaya dalam mengelola talenta dari Tuhan. Tuhan memanggil setiap orang Kristen supaya mengelola semua talenta pemberian Tuhan (waktu, tenaga, pikiran, uang, harta benda dll). Semua orang menerima karunia yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang "kosong". Tuhan memberikan semua talenta untuk menatalayani pekerjaan-Nya di dunia ini. Pengelolaan itu harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Menatalayani tidak hanya berarti membagi atau memberikan talenta kita untuk pekerjaan Allah sebagai ucapan syukur kepada-Nya. Menatalayani juga berarti bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan hidup. Kemiskinan mengakibatkan keterbatasan dalam menatalayani. Tuhan berjanji untuk memberikan kebutuhan kita. Janji itu tidak akan terlaksana secara otomatis. Kita harus menggali dan mencari berkat Tuhan itu dengan bekerja keras. Kita terbuka untuk memanfaatkan kemajuan iptek dan jasa untuk meningkatkan produktifitas kerja, seiring dengan modernisasi dan profesionalisasi. Bila kesejahteraan hidup kita meningkat, kemampuan kita untuk menatalayanan pekerjaan Tuhan di dalam gereja dan masyarakat juga meningkat.
Setiap orang percaya dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah. Allah berkenan untuk bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membebaskan dunia ini dari dosa. Menjadi kawan sekerja-Nya berarti melaksanakan tritugas: bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia) secara seimbang dan selaras dengan memakai semua yang kita miliki.
Roh Kudus memimpin setiap orang percaya menjadi penatalayan. Tugas menatalayani hanya dapat terlaksana dengan baik apabila kita mendengar dan mengikuti Roh Kudus. Tuhan akan menghukum siapa saja yang tidak taat menatalayani pekerjaan-Nya atau menggunakan karunia itu untuk kepentingan sendiri.
III. Prinsip-Prinsip Penatalayanan
Sebelum kita maju ke pelajaran ini, sangat penting kita memahami beberapa prinsip penatalayanan:
Prinsip 1 Semuanya Milik ALLAH - Everything Belongs to GOD (Mazmur 24:1; Hagai 2:8; Keluaran 19:5).
Prinsip 2 Penatalayanan adalah mengelola milik orang lain - Stewardship is the management of the affairs of another (Kejadian 39:1-6).
Prinsip 3 Setiap orang Kristen adalah penatalayan - Every Christian is a steward (Matius 25:14-15).
Prinsip 4 Yang diperlukan dari seorang penatalayan adalah kesetiaan - It is required of stewards that they be found faithful (1 Korintus 4:1-2).
III. Subyek Penatalayanan
Perlu ditegaskan bahwa peran gereja sebagai lembaga itu tidak menggantikan peran pribadi warga dalam menatalayani. Setiap warga harus berperan ganda. Artinya, secara pribadi menjadi menatalayani dalam jemaat dan masyarakat serta bersama-sama dengan warga lainnya sebagai gereja harus menata layani pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan masyarakatnya.
IV. Tanggung Jawab Penatalayanan
Kita mengakui bahwa Allah Maha Tinggi. Pengakuan itu harus menjadi "darah daging" kita. Artinya, pengakuan itu harus menjadi motivasi, mewarnai pikiran, kehendak dan perilaku kita sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Allah tidak memperlakukan kita sebagai anak-anak kecil yang bodoh, tak tahu apa-apa. Dia menghendaki supaya kita bertumbuh mengejar kedewasaan Kristen. Salah satu ciri dalam proses menjadi dewasa itu ialah tanggung jawab.
Tuhan menghendaki supaya kita menjadi hamba-hambanya yang taat kepada-Nya. Wujud nyata dari ketaatan itu ialah kesediaan kita untuk bekerja melayani sesama manusia dengan menggunakan talenta yang kita terima (harta, waktu, uang, kepandaian dan lain-lainnya. Mengaku ber-Tuhan tetapi mengabaikan sesama itu omong kosong. Allah telah menyiapkan pekerjaan yang baik buat kita (Ef. 2:10). Mengapa kita harus bekerja? Karena Allah bekerja terus (Yoh.5:17). Bila tuan bekerja tetapi hamba-hambanya menganggur, tidak benar! Hidup kita bukan milik kita lagi tetapi milik Kristus. Hidup atau mati adalah untuk Tuhan (Rom. 14:8). Setiap hari kita berdoa "datanglah Kerajaan-Mu". Bersama-sama dengan Allah, kita harus bekerja agar pengharapan itu menjadi kenyataan yang sempurna.
Orang Kristen sebagai orang kepercayaan Allah seharusnya selalu dekat dengan Allah seperti hamba dekat dengan tuannya. Hubungan pribadi yang dekat membuat orang Kristen makin memahami kehendak Allah seperti hamba yang makin memahami kehendak dan rencana tuannya. Hubungan seperti itu juga membuat orang Kristen makin pandai melayani Tuhan. (MT/KM)
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua
Editor: Frans Pigai
0 thoughts on “ Pelayanan adalah Pusat Hubungan Kita dengan Tuhan ”