BREAKING NEWS
Search

Surat Terbuka Beny Wenda Kepada Sekjen FIP Dame Meg Taylor

Foto : Beny Wenda Jelang Deklarasi Saralana di Vanuatu
Jakarta (KM) -- Buat Sekretaris Jenderal Dame Meg Taylor dan semua pemimpin dari forum kepulauan pasifik dan semua orang-orang dari solidaritas Kepulauan Pasifik.
Saya ingin menyapa anda dalam bahasa tradisional di Malanesia, wa wa wa.
Nama-ku Benny Wenda, saya adalah salah satu pemimpin kemerdekaan Papua Barat dan Juru bicara Persatuan Perjuangan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP).
Saya menulis surat ini atas nama rakyat saya yang sedang berjuang untuk pemebebasan dari penindasan, dan kejahatan negara Indonesia. Selama ini berdiam diatas penderitaan besar yang dialami Papua Barat di Kepulauan Pasifik, yang hingga kini, kami mencari bantuan dari keluarga di kepulauan Pasifik.
Papua Barat merupakan bagian integral dari Pasifik, namun kami merasa kehilangan represi terhadap kami dari tangan Pemerintah Indonesia. Meskipun kita sudah dibagi dengan tanah melalui perbatasan oleh kekuasaan kolonial, diantara kami hanya ada Samudra Pasifik; kami ada di satu daratan (one pla graun) dan pulau pasifik yang menghubungkan kami satu sama lain.
Beberapa orang Papua Barat pernah menjadi anggota pendiri Komisi Kepulauan Pasifik ketika Papua Barat pernah jelang mempersiapkan kemerdekaan, tetapi pada tahun 1969; Pemerintah Indonesia secara ilegal dianeksasi Papua Barat untuk mendapatkan sumber daya alam kami. Mereka menyangkal kami, hak dasar kami untuk menentukan nasib sendiri meskipun PBB berjanji kita referendum kemerdekaan untuk semua orang Papua Barat. Bahkan saat ini, kami masih belum memiliki hak kami untuk menentukan nasib sendiri dan karena kami adalah orang Kepulauan Pasifik, bukan Indonesia, pemerintah Indonesia memperlakukan kita sebagai manusiawi.
Selama lebih dari 50 tahun, kami telah hidup di bawah pendudukan illegal di Indonesia yang mengakibatkan genosida brutal di mana lebih dari setengah juta Melanesia Papua Barat telah tewas di Kepulauan Pasifik. Terakhir pada pekan lalu, (28 Agustus 2015), 2 pemuda Papua Barat dibunuh secara brutal dan setidaknya 5 lainnya terluka serius oleh amuk masa Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah melaksanakan kebaktian ibadah. Kehidupan kami tidak aman dibawah pendudukan Indonesia dan diperkirakan bahwa tidak akan ada tersisa manusia yang akan hidup Papua Barat, di Kepulauan Pasifik.
Itu sebabnya kita berdoa dan memanggil untuk dukungan dari sesama pulau Pasifik untuk membantu kami dalam perjuangan kami untuk menentukan nasip kami. Tidak banyak  Pulau Pasifik di dunia ini, kita semua harus datang dan bekerja bersama- sama satu pasifik untuk melindungi keluarg kami,pulau bangsa kami yang kita semua cintai yang begitu mahal ini.
Untuk alasan masih belum diketahui, saya tiba-tiba dicegah kunjungan ke Papua Nugini untuk bersama anda di bulan ini, tetapi saya ingin mengirim pesan bahwa meskipun saya tidak ada secara fisik dengan anda, roh saya akan selalu ada di Pasifik dengan semua orang dengan keluarga yang lebih besar di Pasifik.
Diseberang perbatasan kolonial ini ribuan rakyat baik di kota-kota, di hutan, di pulau-pulau dan di desa-desa sedang menunggu, mengharapkan hasil dari pertemuan keluarga Pulau Pasifik dan para pemimpin Forum Kepulauan Pasifik untuk mendukung kami dan jangan melupakan penderitaan panjang yang kami alami ini.
Kepercayaan saya selalu dengan anda, orang-orang Melanesia, Mikronesia dan Polynesia dan saya tahu bahwa anda sebagai sesama Pulau Pasifik akan melakukan hal yang benar. Di Pasifik, anda adalah suara anda dari orang-orang di Papua Barat yang tidak bebas untuk berbicara dan saya yakin bahwa anda juga akan membantu untuk mengirim pesan ke para pemimpin kita untuk berharap tidak abaikan penderitaan dan kejahatan genosida dari saudara dan saudari anda.
Kami atas nama ULMWP memanggil di Kepulauan Pasifik untuk berharap membentuk komisi tingkat tinggi dari delegasi Kepulauan Pasifik untuk melakukan sebuah fakta mencari misi menyelidiki pelanggaran HAM di Papua Barat; dan sangat mendorong PBB untuk menunjuk pada utusan khusus hak asasi manusia (HAM) untuk Papua Barat.
Kami meminta para pemimpin Kepulauan Pasifik untuk dengan hati dingin menyambut kami kembali ke keluarga Pasifik dan membantu kita untuk memiliki hak dasar untuk menentukan nasib sendiri dipenuhi, termasuk membantu Papua Barat dimasukan dalam daftar Dekolonisasi. Bulan lalu Sekretaris Pacific Island (FIP) Dame Meg Taylor mengatakan mengacu pada Papua Barat, "Sub-Komite mengakui sejarah dan regional peran Forum dalam membantu wilayah mencapai penentuan nasib sendiri,"
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih dan memuji dukungan yang luar biasa dan itikad baik sudah ditunjukkan kepada kita oleh Pemimpin Pulau Pasifik kami, Konferensi Gereja Pasifik, PIANGO, banyak individu dan organisasi dan yang paling penting kami sesama orang Pulau Pasifik sendiri yang terus menunjukkan kita begitu banyak cinta, perawatan, dari solidaritas Pasifik. Suatu hari, kami orang Papua Barat yakin bahwa kita semua akan bergabung bergandengan tangan dalam kebebasan di Samudera Pasifik ini dengan saudara-saudara kita, dan sebagai salah satu keluarga Pasifik.
Melanesia, mikronesia, polynesia; kita adalah satu keluarga Pasifik dan untuk daerah kami sangat penting bagi kami untuk datang bersama-sama sebagai satu keluarga; untuk membantu satu sama lain dan maju bersama-sama.
Tolong bantu untuk mendukung kami penderitaan orang Papua Barat di Pulau Pasifik; kami sepenuhnya percaya diri dan dengan iman bahwa pemimpin yang baik di Forum Kepulauan Pasifik akan melakukan hal ini.

Atas nama rakyat Papua Barat, 
Terima kasih banyak
Salam hangat dan harapan,
Benny Wenda

Pemimpin kemerdekaan Papua Barat
Juru Bicara Persatuan Perjuangan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP)

 Sumber : www.benywenda.org, diterjemakan oleh Admin (KM).



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Surat Terbuka Beny Wenda Kepada Sekjen FIP Dame Meg Taylor