Seusai diskusi berlangsun.(Foto: Musa/KM) |
Wilayah Mapia terdiri dari lima distrik, yaitu Mapia Barat, Mapia Tengah, Mapia Timur, Sukikai Selatan dan Apouwo.
Menurut Ketua Tim Penolakan DOB Mapia Raya, Musa Boma, pemekaran yang diperjuangkan itu hanya untuk kepentingan segelintir elit lokal yang berambisi mengejar kekuasaan. Kabupaten Dogiyai baru dibentuk 4 Januari 2008 berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 2008.
“Kita sebagai kapasitas Mahasiswa yang sedang belajar ilmu di kota studi Jayapura dan di kota-kata lain yang berasal dari Papua ini menilai bahwa usaha pemekaran di atas Tanah Papua ini tidak mamfaat besar dan tidak menjamin dan tidak melalui mekanisme yang sesungguhnya dilalui dan belum siap di berbagai lini maka kami tolak,” katanya saat dihubungi Kabar Mapegaa Via Fb, Minggu (24/07/2016)
Musa Boma Mahasiswa asal Dogiyai di Jayapura juag mengakau, upaya penolakan ini telah dibicarakan saat siskusi terbuka bersama seluru pimpinan Mahasiswa yang ada di Papua dari ruang Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) Fisip Uncen pada tanggal 22 Juni 2016 lalu.
Musa juga menyebutkan beberapa alasan atau faktor yang mendasari dengan tindakan keras “menolak Pemekaran Mapia Raya” yang dikekmukakan melalui disikusi terbuka tersebut dianataranya:
Sumber daya manusia (SDM) sangat minim dan belum siap.
SDM sebagai masalah utama yang ada di wilayah Papua lebih khusus di wilayah Mapia . Orang yang sudah berpendidikan pun belum sampai 50 orang namum pemekaran sedang berjuang ini sangat memalukan di mata publik dan pemekaran tidak ada mamfat bagi rakyat setempat.
Persiapan Pemekaran belum memenuhi syarat-syarat.
Ada beberapa syarat harus musti perhatikan yaitu Dalam Undang-Undang Peraturan Pemerintah Repblik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000, Bab 3, Pasal 3, belum disiapkan. Untuk apa dan kepada siap kita memekarkan wilayah otonom baru.
Pemekaran Mapia Raya, tanpa sepengetahuan Masyarakat setempat.
Untuk membuka Pemekaran Kabupaten harus ada persetujuan bersama dengan rakyat setempat dalam hal ini tokoh Pemuda,tokoh Perempuan,tokoh Agama,Tokoh adat dan semua stakeholder.
Menueurt Musa , Hal ini, kami Mahasiswa perlu kajih lebih jauh. Ini masalah serius, perlu di tanggapi dengan tegas untuk menolak, karena nantinya akan terjadi dampak negatif yang merugikan masyarakat Papua pada umumnya dan Rakyat Mapia khusunya.
Saat yang bersamaan, Dalam disukusi terbuka, BEM Fisip Uncen, Yali Wenda juga menyatakan, dalam merencanakan sutau pemekaran Daera Baru harus memperhatiakn Syarat –syarat tersebut.
Namun kenyataan, Lanjut Wenda, yang ada saat ini di pemerintah Papua dalam hal ini tim pemekaran bersama pemerintah Jakarta , mereka utamakan pemekaran Kabuapeten Baru di Papua. “Bukan untuk Membangun manusia, tapi memekaran pemekaran ini utamakan kepetingan politik, sangat keliru sekali” katanya
Kemudian, Musa juga menyayangkan kondoisi ril yang ada di Kabupaten asalnya. Musa menyebut bahwa benar-benar rakyat setempat sedang di tindas dengan ekonominya, pendidikan,Kesehatan yang tidak jalan sesuai dengan keinginan dan harapan rakyat setempat.
“Kalau memang DOB ini, melalui tim pemekaran membuat persetujutuan palsu berarti nanti akan menjadi petaka bagi masyarakat disana,” pungkasnya
Sementara itu, tokoh Pemuda Mapia, Vitalis Magai menyatakan kalau rakyat Mapia tidak merindukan hadirnya Pemerkaran daerah otom baru. Hal yang dipikirkan oleh masyarakat disana tentang bagaimana kami sejatera dengan ekonomi .
Mengutip dari pernyataan Gubenur Papua, Lukas Enembe, Koran Cendrawasih Pos, edisii Senin, 03 November 2014 lalu, yang mengatakkan dengan tegas tidak menerima pemekaran Daerah Otom baru di seluruh tanah Papua. Demikan pula Penolakan kami atas pemekaran Mapia Raya ini telah dinyatakan terlebih dahulu oleh Gubernur Papua.
“Jadi aksi penolakan tegas kami atas pemekaran di atas Tanah Papua Lebih Khusus Mapia Raya ini merupakan dukungan kepada Bapak Gubernur untuk penolakan pemekaran kabupaten dalam membangun Papua yang meman sungguh-sungguh bangkit, mandiri dan sunguh-sungguh sejahtera,” tutup Musa Boba mahasiswa asal Dogiyai ini.
Pewarta: Manfred Kudiai
0 thoughts on “Lagi-lagi Mahasiswa Tolak Rencana DOB Mapia Raya”