FOTO, Mai Muyapa/KM |
Oleh,
Mai Muyapa
OPINI, (KM)--Lihatlah
apa yang dikatakan bukan siapa yang
mengatakan. Jangan melihat orang yang berkata dan membanding bandingkan dengan
dirinya, kemudian balas membalas yang tidak masuk akal yang dapat membawa suatu
pembicaraan kearah yang tidak jelas, tetapi dengarkan dan pahami apa yang
dikatakan oleh pembicara dalam sesuatu hal penting.
Dalam
diskusi, jangan mengatakan saja tetapi dibutuhkan pendengar, jangan
mendengarkan saja tetapi di butuhkan masukan saran dan kritik demi membangun
diskusi yang harmonis.
Kebanyakan
orang selalu mengalami dalam kehidupan sehari-hari yang mana mengadakan berbagai
kegiatan bentuknya diskusi bebas maupun diskusi formal disana sering terjadi
dan mudah cenderung menolak terhadap perkataan orang hanya dengan alasana
tertentu yang meneriman pendengarnya saja, lalu mana masukan saran dan kritik. Hal
ini di akibatkan karena malas memberi ide atau ilmu kepada orang lain, hanya
ilmu yang dimiliki di gunakan untuk kepentingan pribadi (egois.)
Semua
pembicaraan enta itu ide saran kritik dan masukan yang menguntungkan maupun
merugikan tentu terjadi tak terima baik pada pihak komunikan. Untuk itu,
selayaknya kita kembali simak dari pragraf sebelum bahwa apakah pendapat orang
lain kita begitu tinggalkan tanpa koreksi? Atau apa semua pembicaraan
narasumber itu sudut pandang kita salah semuanya? atau sama sekali kita tidak
mendengarkan percakapannya? Na, Itulah masalah sensibel yang kita pandai untuk
kirirkan secara logika intektual. Sebab, ide seseorang harus di hargai oleh
sesamanya Sebagaimana dihargai juga oleh orang lain kepada kita.
Saling
hargai dan menghargai adalah langka dini untuk menentukan karakter tata krama
dalam tatanan hidup pribadi yang diakui oleh banyak orang mengatakan dialah
alies arif dalam kesopanan hidup.
Pada
dasarnya diksi dengar adalah membuka telinga untuk mendengarkan apa yang di
bicara oleh pembicara itu sendiri, lalu mengalisis arah pembicaraan, mengetahui
tujuan pembicaraan, dan memaknai makna pembicaraan lalu simpulkan kesimpualn
yang telah simpulkan oleh pembicaraan itu sendiri.
Kita
tahu, orang setia mendengarkan sambil analisa batang pembicara adalah orang
yang mampu untuk identifikasi dalam berbagai permasalahan yang terjadi dalam
momentum itu sendiri. Maka, dialah yang mampu juga mengambil keputusan yang
logis sesuai netralisasi dalam konflik perdebatan sekelompok itu dan sejenis
masalah tertentunya. Intinya orang yang banyak mendengarkan banyak juga
menerima pengetahuan, dan orang yang banyak berbicara tanpa mendengarkan. Maka,
orang yang mengeluarkan sesuatu tanpa target pencapaian tujuan yang jelas dan
sasaran komunikasi terhadap komunikasin tak menyakinkan dengan pintas
masalahnya. Jika orang yang berani berorasi di publik awalnya berani
mendengarkan orator dari orang lain secara mendalam radikar sistematika
orasinya. Itulah taraf perkembangan memiliki kariel orator di publik yang muda
mempengaruhui.
Dalam
tulisan ini sebagai konklusi, kami akan merekomendasikan anda pemirsa atau
pembaca tentang memahami makna tuturnya bukan menilai karakter komunikator atau
orangnya. Itu berarti, langkah awal yang anda melangkah untuk berani
mencalonkan diri sebagai seorang pewarta yang mampu mengalokasikan gaya bahasa
dalam kondisional yang layu cermati agenda pembahasaan pada waktunya.
Jangan
banyak bicara namun di butuhkan pendengar yang yang setia. Jangan mendengarkan
berlebihan di butuhkan masukan darinya. Jangan berlebihan masukan diberikan
kesempatakan kepada orang lain. Hargai dan menghargai, cintai dan mencintai,
semua mempunyai ilmu semua mempunyai kemampuan, semua mempunyai harapan besar,
tunjukan dan maju bersama demi memerdekaan diri.
Anda mempunyai ilmu dan masukan yang sehat sangat
berguna bagi orang membutuhkan ilmu, anda mempunyai kejahatan dan keegoisan
dalam diskusi membuat diri tidak akan maju pada garis finis kemajuan diri. Apa untungnya
hanya semata di hari itu, buanglah jauh dan mari sama hati satu pikiran maju
dan berkembang diatas dasar kesadaran diri dan kerendahan hati (Umagigobai/KM.)
Penulis:
Anak Lantar Selalu Melintasi Lintas Papua
0 thoughts on “Lihatlah Apa yang Dikatakan Bukan Siapa yang Mengatakan”