Foto: Dok, Prib Sem Y/KM |
Karya: Sem Emigai Yeimo
OPINI, KABARMAPEGAA.COM-- Sebelum berbicara lebih jauh, mari kita menjawab pertanyaan ini bersama, apa yang biasa kita lakukan untuk menjaga wibawa? Untuk apa kita menjaga wibawa? Apakah wibawa sama dengan kuasa? Wibawa seperti apa yang kita jaga? Jawaban kita atas pertanyaan-pertanyaan ini boleh saja berbeda. Tapi, satu hal yang harus kita sepakati bersama, wibawa tak boleh sama dengan kuasa. Karena bisa jadi ada seseorang yg tak punya kekuasaan namun dia berwibawa.
Sebaliknya, dia berkuasa tapi tak punya wibawa. Lalu, seperti apakah wibawa yang katanya harus di jaga itu? Berkaca dari pengalaman dan konteks kalimat di mana kata tersebut sering di pakai, menurut saya wibawa berarti rasa hormat terhadap seseorang yang bukan dilandasi rasa takut atau terpaksa, tapi karena kelayakan.
Dari pemahaman itu, jelas sekali bahwa wibawa tak bisa dipaksakan. Tidak juga bisa diciptakan dengan instan, apalagi ditiru. Bahkan, saya berani berkata bahwa hukum kekekalan energi berlaku untuk wibawa. Jika energi tak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan, maka begitu pun wibawa. Dia hanya berubah positif atau negatif bergantung pada perilaku dan perlakuan kita. Apakah berwibawa berarti harus menjaga jarak? Tidak.
Hubungan yang hangat dengan sesama bahkan bisa menambah wibawa kita. Orang mungkin akan lebih bersimpati kepada kita ketika kita tak membeda-bedakan orang dalam pergaulan. Apakah bersikap sopan kepada orang yang kita pimpin akan mengurangi wibawa? Tidak.
Bersikaplah sopan kepada siapa saja. Bahkan saat kita bersikap sopan, orang lain akan merasa dihargai dan berbalik menghargai kita. Apakah mungkin kita masih berwibawa jika kita tidak mengetahui keseluruhan kondisi yang ada? Ya! Itulah gunanya bertanya. Kita tidak perlu tahu semuanya, apalagi berpura-pura tahu semuanya.
Saat itulah kita bisa bertanya dan membuat orang lain merasa dibutuhkan oleh kita dengan jawaban yg dia berikan. Akhirnya, jika yang kita mau adalah supaya tak kehilangan muka di tengah orang yang kita pimpin, maka gampang. Buatlah orang-orang yang kita pimpin tak pernah mengenali kita.
Saya pastikan kita tak akan pernah kehilangan muka, karena memang tak pernah ada yang melihatnya: Tapi, jika yang kita mau adalah berwibawa maka terjadinya hal yang mendukung atau gampang yang diatasinya. Berikanlah kepada orang lain apa yang kita inginkan untuk diri kita. Jika kita menginginkan penghargaan, berikanlah orang lain penghargaan. Begitu seterusnya. Jadi, masih tak mau kehilangan muka?
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Papua
Selasa, (14/03/2017)
0 thoughts on “ Menjaga Kewibawaan, Tidak Mau Kehilangan Muka”