Frans Yube Pigai/KM |
Oleh: Frans Yube Pigai
Rabu,
(02/10/2014) tahun lalu, ada sesorang laki-laki Mee yang datang dari sebuah
kampung yang sangat kecil, Jerry Yohanes M. Pigai. Dia adalah seorang manajer
restoran di Pegunungan Tengah tepatnya di kampung terpencil Muyekebo, Dogiyai -
Papua.
Dia
selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan.
Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia
akan selalu menjawab.
"Jika aku dapat yang lebih baik, aku
lebih suka menjadi orang kembar!" Banyak pelayan di restorannya keluar
jika Jerry Yohanes M. Pigai pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap
mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para
pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry Yohanes M. Pigai adalah karena
sikapnya. Jerry Yohanes M. Pigai adalah seorang motivator alami.
Jika
karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana,
memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang
tengah dialami. Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi
suatu hari aku temui Jerry Yohanes M. Pigai dan bertanya padanya, "Aku
tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif
sepanjang waktu.
Bagaimana
kamu dapat melakukannya?" Jerry Yohanes M. Pigai menjawab, "Tiap pagi
aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat
memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang
jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi,
aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku
selalu memilih belajar dari hal itu.
Setiap
ada seseorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan
mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya. Aku selalu memilih sisi
positifnya." 'Tetapi tidak selalu semudah itu," protesku. "Ya,
memang begitu," kata Jerry Yohanes M. Pigai, "Hidup adalah sebuah
pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah
pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan.
Kamu
memilih bagaimana orang-orang di sekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu
memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu,
bagaimana kamu hidup." Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry Yohanes
M. Pigai mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis
restoran, yaitu membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan
dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya
gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi.
Para
perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry Yohanes M. Pigai cepat
ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit. Setelah menjalani operasi selama 16
jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry Yohanes M. Pigai dapat meninggalkan
rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya.
Aku
melihat Jerry Yohanes M. Pigai enam bulan setelah musibah tersebut. Saat aku
tanya Jerry Yohanes M. Pigai bagaimana keadaannya, dia menjawab, "Jika aku
dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas
luka-lukaku?" Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih
juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan. "Hal
pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu
belakang," jawab Jerry Yohanes M. Pigai. "Kemudian setelah mereka
menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan:
aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup."
"Apakah kamu tidak takut?" tanyaku. Jerry Yohanes M. Pigai melanjutkan,
"Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh.
Tapi
saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para
dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'.
Aku tahu aku harus mengambil tindakan." "Apa yang kamu lakukan?"
tanya saya. "Di sana ada suster Petornela G. Awida Pigai yang bertanya
padaku," kata Jerry Yohanes M. Pigai. "Dia bertanya apakah aku punya
alergi. 'Ya' jawabku. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka
menunggu jawabanku.
Aku
menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' di tengah tertawa mereka,
aku katakan, "Aku memilih untuk hidup!" Tolong aku dioperasi sebagai
orang hidup, bukan orang mati'." Jerry Yohanes M. Pigai dapat hidup karena
keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan.
Aku
belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati
hidupmu atau membencinya. Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa
dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu. Jika kamu bisa mengendalikannya
maka hidup akan jadi lebih mudah.
Penulis
di Media Online Kabar Mapegaa (KM)
0 thoughts on “Hidup Itu Memilih ”