Foro :Peserta Yuwo di Keniapa (28/7/2015) |
Budaya Meepago (KM) --Suasana, pesta babi atau pesta adat (Yuwo) di kampung Keniyapa, Yaweididee, Paniai, nampak pondok rumah-rumah pesta (kewita) ukuran 15 x 30 dengan ribuan orang menghadiri pesta adat di'Keniyapa tgl 28 juli 2015. Ada sekitar 18 pondok (kewita) di lokasi pelaksana Yuwo dan sekitarnya, belum terhitung pondok mini masing-masing di rumah di Kampung Keniyapa dengan kalkulasi ternak ekina sekitar 950 ekor. Sebelum pesta Yuwo di Keniyapa, sudah ada pesta Yuwo di Yinudoba di Debey bulan mei 2015, pesta babi di Ayatei Tigi Barat, dll.
Pesta Yuwo adalah pesta adat dalam suku Mee yg dibuat oleh sebuah kampung
untuk memberi makan kepada puluhan ribu orang dari seluruh kampung di sekitar Wissel Meren. Semua orang pada hari H-1, akan mulai berduyung-duyung berdatangan
menuju lokasi pesta Yuwo dan pulang setelah H+1. Selain ubi, sayur- sayuran,
ada ribuan hewan korban ternak Babi (Ekina) siap membeli di masing-masing 'kewita'.
Siap dimakan dan siap dijual serta siap dibagikan untuk bekal.
Secara tradisi, Yuwo adalah pesta terakbar yang ada di wilayah suku Mee sejak nenek moyang duluh sampai kini. Pesta Yuwo masih dipertahankan karena bukan saja sebagai sarana utk memberi makan tetapi juga ' yuwo' memiliki multi efek dalam sistem kekerabatan orang Mee antara lain:
Pesta yuwo di Meeuwo memiliki magna kehidupan yang dalam tapi kini mulai tercoreng dengan adanya keterlibatan pejabat-pejabat penting putra daerah dalam Yuwo. Ternak yang dipestakan memiliki nilai sakral, harusnya dari usaha keringat dan piara sendiri dari kandang, bukan beli ekina Toraja dari pasar Enagotadi atau Nabire. Namun dengan adanya oknum pejabat-pejabat penting mulai kadis, kabag bahkan juga bupati terlibat langsung sebagai pelaku pesta, kini sedang terjadi persaingan asimetris, seolah sedang terjadi pertarungan antara kaiser yang punya uang dan rakyat yg penuh keringat dalam pesta 'Yuwo'. Magna philosofi Yuwo itupun bergeser. Pesta 'Yuwo' sudah bukan lagi sebagai ajang kekerabatan tapi malah jadi moment perpecahan keluarga yang sudah puluhan tahun terjaga baik. Akhirnya pesta yang sejatinya sangat indah itu tidak di akhiri dengan happy ending. Perlu regulasi adat dari Dewan adat Meepago, utk kembalikan ke posisi yang sesungguhnya.
Penulis : Pemuda peduli Tradisi suku Mee, Awikaituma, Keniyapa 28 Juli 2015, tanah kelahiran)
Secara tradisi, Yuwo adalah pesta terakbar yang ada di wilayah suku Mee sejak nenek moyang duluh sampai kini. Pesta Yuwo masih dipertahankan karena bukan saja sebagai sarana utk memberi makan tetapi juga ' yuwo' memiliki multi efek dalam sistem kekerabatan orang Mee antara lain:
- Pesta yuwo merupakan sarana membangun dan eratkan kekerabatan (gadi pitokai), berjumpa kembali secara bersamaan kerabat-kerbat yang sudah lama berpisah dan terpencar berada di kejauhan balik gunung-gunung mulai dari Dauwagu -Paniai Timur Agadide berbatasan dengan Kab.Intan Jaya sampai dengan kegata di Mapiha, juga suku tetangga seperti Moni. Anak yang baru tumbuh mulai akan tau siapa-siapa saja keluarganya dan belajar tetang bagaimana orang tuanya membangun sistem kekerabatan.
- Pesta Yuwo adalah moment transaksi mege (uang) yang memberi dampak ekonomi orang mee, tempat jual beli bukan hanya Ekina tapi aneka barang pernak pernik dan kerajinan tangan untuk selanjutnya bisa menyekolahkan anak, bangun rumah atau bayar utang piutang dan bayar mas kawin.
- Pesta Yuwo juga sarana untuk mendapatkan jodoh, pada jaman duluh satu-satunya tempat pertemuan resmi adalah Yuwo, disitulah muda mudi akan berjumpa, baku dapat dan baku bawa, ale rasa beta rasa, urusan mas kawin tinggal berhubungan dengan orang tuanya masing-masing pihaknya.
- Dan yang paling utama dalam sebuah pesta Yuwo adalah sebagai ajang untuk unjuk harga diri. Pesta yuwo memiliki beban moril yang teramat berat bagi kampung tuan rumah pesta yuwo. Beban dan tanggung jawab yang dipikul untuk mampu beri makan ribuan orang yang datang dengan harapan sisa 12 bakul utk tiap - tiap keluarga bisa membawa pulang ke kampung masing-masing. Yang tidak kalah penting adalah tidak boleh lupa perhitungkan nasib kalangan anak yatim piatu 'dobiyo bage' atau kaum fakir miskin dan anak-anak terlantar sebagai bagian dari kasih 'ipadimi'.
Pesta yuwo di Meeuwo memiliki magna kehidupan yang dalam tapi kini mulai tercoreng dengan adanya keterlibatan pejabat-pejabat penting putra daerah dalam Yuwo. Ternak yang dipestakan memiliki nilai sakral, harusnya dari usaha keringat dan piara sendiri dari kandang, bukan beli ekina Toraja dari pasar Enagotadi atau Nabire. Namun dengan adanya oknum pejabat-pejabat penting mulai kadis, kabag bahkan juga bupati terlibat langsung sebagai pelaku pesta, kini sedang terjadi persaingan asimetris, seolah sedang terjadi pertarungan antara kaiser yang punya uang dan rakyat yg penuh keringat dalam pesta 'Yuwo'. Magna philosofi Yuwo itupun bergeser. Pesta 'Yuwo' sudah bukan lagi sebagai ajang kekerabatan tapi malah jadi moment perpecahan keluarga yang sudah puluhan tahun terjaga baik. Akhirnya pesta yang sejatinya sangat indah itu tidak di akhiri dengan happy ending. Perlu regulasi adat dari Dewan adat Meepago, utk kembalikan ke posisi yang sesungguhnya.
Penulis : Pemuda peduli Tradisi suku Mee, Awikaituma, Keniyapa 28 Juli 2015, tanah kelahiran)
0 thoughts on “PESTA ADAT YUWO DI PANIAI DAN MAKNA FILOSIPINYA BAGI SUKU MEE”