Foto : Simon Degei Pelajar 18 th Korban Paniai Berdarah |
Paniai,(KM) -- Masyarakat orang asli Paniai di Papua Barat akan mewaspadai Paniai Berdarah Jilid III, terjadi di hari HUT Kemerdekaan RI ke-70 pada tanggal 17 Agustus 2015 mendatang.
Belakangan ini ramai dibicarakan isu memboikot HUT RI ke-70 dikalangan masyarakat, sekolah-sekolah, dewan adat dan pihak gereja di Paniai, karena dampak daripada penembahkan kilat terencana oleh pasukan gabungan aparat TNI dan Polri di Enarotali, kemungkinan akan terjadi Paniai berdarah paket jilid ke- III.
Warga Digiyo Nawipa menghubungi melalui hanphone selular kewaspadaan masyarakat datangnya Paniai berdarah jilid ke-III maka kami melarang setiap warga sipil mengunjungi ke Enarotali di tanggal 17 Agustus, setiap hansip desa akan kerakan di pelabuhan-pelabuhan yang ada untuk menjaga agar tidak ada aksi kekerasan dari TNI/POLRI di Paniai.
Seluruh anak sekolah (SD sampai Perguruan Tinggi), para Pegawai Negeri Sipil, guru-guru, pemuda/i dan masyarakat Paniai telah diisukan tidak akan hadir di hari HUT RI 2015 tersebut, dengan alasan yang sama bahwa TNI/POLRI Paniai tewaskan 4 siswa SMA Paniai, sedangkan yang terluka termasuk anak SD YPPGI Enarotali, PNS Distrik Paniai Timur, Kepala Desa Awabutu Enarotali, SATPAM RSUD Paniai, Pemuda dan ibu-ibu
Servius Kedepa menghubungi melalui pesan elektronik bahwa kasus "Paniai Berdarah" ini punya hak untuk melaksanakan BOIKOT HUT RI KE 70 dengan alasan Kasus Paniai Berdarah, 8 Desember 2014 masih belum pernah diselesaikan pemerintah Indonesia. Pelaku dibiarkan oleh atas ketidakadilan mereka sendiri.
Lanjut dia, Kami menjadi trauma sepanjang waktu karena sejak tahun 1962 hingga 2015 ini, kurang lebih ada catatan - catatan buruk yang dialami warga sipil ancaman dari aparat TNI dan Polri. Pada zaman orang tua kami, mengalami nasip yang sama yaitu Paniai berdarah jilid satu (I).
Pembunuhan Jilid satu adalah TNI menangkap sebagian orang tua kami lalu menyiksa, mengintimidasi mereka, serta membunuh mereka. Kasus Paniai berdarah jilid ini, satu hal sadis yang dialami orang tua kami misalnya besi dipanaskan kemudian besi panas tersebut dimasukan dalam dubur orang tua hingga keluar di lubang mulut.
Kasus 8 Desember 2014 adalah Paniai berdarah Jilid Ke- II, maka kami sebagai rakyat waspadai dengan cara - cara baru ancaman dari aparat untuk jilid Paniai berdarah yang ke -III, dengan cara pembrutalan yang sadis (ungkapnya).
Ketua YLSM Paniai menambakan kami tetap kawal dalam gerakan rakyat penegakan kebenaran, keadilan dan pembebasan total dari penderitaan panjang yang sedang berkelanjutan sejak 1 Mei 1963 hingga 8 Desember 2014.
Kedepa juga, mendesak melihat catatan buruk di Paniai dan Papua umumnya seperti kasus Biak Berdarah, Wamena Berdara, Wasior Berdarah, Yahukimo, Dogiyai serta Tolikara hingga kini belum ungkap pelaku, maka pemimpin pasifik segera mengangkat persoalan HAM di Papua Barat pada pertemuan PIF September 2015 mendatang di Papua New Guinea, guna mendesak Indonesia memberhentikan genosida yang berlangsung lama ini.(Marinus Gobai).
mantap desainnya.
ReplyDelete