Yosafat Mai Wiyai ; Foto (Dok KM) |
Oleh : Yosafat Mai Muyapa
JAYAPURA, (KM)-- Kebiasaan setiap manusia selalu dan sering terjadi sesuai perbuatannya
baik itu perbuatan negatif maupun positif, mesti bahwa sesuai tindakan tetap
akan menunjang konsekuensi. ibaratnya adalah belajar dari kesalahan untuk
memperbaiki dan di benarkan dari tindakan salah.
Setiap orang memiliki kelemahan dan kelebiaan masing-masing tabiat,
tetapi itu merupakan salah satu hal yang perlu untuk memperhatikan dan
mentampiaskan segala keluan melalui tulisan agar mengetahui perbuatannya salah
dan benar.
Berdasarkan itu, kadang-kadang kita menggagaskan kembali kepada
pengalaman lampaui bahwa sukses dan kelebihan kita selalu saja yang dapat
pikirkan kembali dan di ceritakan kepada sesama tetapi malas memikirkan dan
tidak ingin memperbaiki dari kelemahan dan kesalahan, dialah menentukan pribadi
kita menjadi tidak punya kepribadian untuk mengembangkan diri terhadap
profesinya.
Mengapa, dini menggagaskan terhadap kebiasaan atau perbuatan ini
merupakan satu hal yang sangat penting bagi dia yang minat untuk kembangkan
diri terhadap kelemahan agar kelemahan itu akan berubah menjadi kelebihan.
Na, luar biasa dengan adanya topic menggagaskan moral negatif jadi
positif. Jika kita akan merubahkan diri itu bukan hal yang anggap remahkan
terhadap dirinya. “Tidak” tetapi merumitkan bagi kita menjadi inovasikan karena
moril kita adalah sikap kita dan kebiasaan kita sehari-hari.
Oleh sebab itu, penulis imajinasikan pada tulisan ini menjadi suatu hal
yang penting untuk klarifikasikan dan modifikasikan terhadap moril yang tidak
membangun bagi pribadi dan antara sesama untuk itu, hanya melalui tulisan
sebagai hakekat pengalaman lampau dan keselahan lampau adalah dosen terbaik
bagi kita untuk memperbaikinya.
Namun itu, pada umumnya sebagai manusia dimana ada berfikir dan tindakan
disitu tetap mengalami akibatnya kecewa atau bahagia, baik itu kedua hal ini
tetap terjadi dalam hidup manusia sesuai melakukannya. Tetapi setiap manusia
mengalami rasa kecewa adalah setelah bertindak.
Untuk itu, sebagai kolkulusi esensial pemikiran belajar dari salah
mengerti, belajar dari salah melakukan, belajar dari segala terganggu
konsentrasi demi harapan masa mendatang.
Mengapa ini merupakan usai dari alinea sebab, jika mau meningkatkan
pengembangan diri terhadap profesinya adalah kita kembali kepada keselahan agar
memperbaiki dan di betulkan dalam sesuai sikap dan kemalasan.
Ketika mengetahui dan menerima suatu kepandaian adalah bukan dari
meninggalkan semua yang telah mengerjakan. Tetapi bagaiman agar mengangkat
sebagai acuhan untuk mempelajari secara menyeluruh supaya tuntas dan sukses.
Penulis adalah Mahasiswa STIKOM Muhammadiya Jayapura Papua, Jurusan
Jurnalistik, Penulis juga aktif menulis di www.kabarmapegaa.com.
Sangat inpirasi n tetap semangat,,mampir juga disini
ReplyDeletehttp://wandikbobaelbengsath.blogspot.co.id/2015/09/membangun-daerah-bukan-hanya-lewat.html