Oleh : Musa Boma
Foto : Doc Prib Musa Boma/Ist |
OPINI, (KM)--Rumpun Pelajar Mahasiswa Siriwo, Mapia, Piyaiye, Topo dan Wanggar (RPM SIMAPITOWA) menilai, pendidikan Dogiyai sedang berada di titik nol. Karena kami menilai pemerintah Kabupaten Dogiyai tidak memandang pendidikan sebagai skala prioritas dalam menata kehidupan manusia dan alam hijau yang semakin kabur ini. Sepertinya mereka tidak mengerti apa itu pendidikan, manfaat dan unsur serta tujuan dari pendidikan bagi upaya pembangunan Kabupaten Dogiyai.
Ada enam masalah fundamental di dalam aspek pendidikan Dogiyai yakni : 1) Krisis tenaga guru, 2) Lembaga pendidikan menjadi lahan pencarian dana, 3) Dominasi kaum pendatang di aspek pendidikan, 4) Perebutan hak dasar mendapatkan pendidikan, 5) Tidak adanya sosialisasi tentang betapa pentingnya pendidikan dan 6) Tidak adanya rasa kepemilikan terhadap pendidikan tersebut dari seluruh stakeholder di Dogiyai.
Ke-enam masalah tersebut juga pernah dikaji dan diaspirasikan kepada pemerintah Kabupaten Dogiyai oleh Tim Peduli pendidikan Dogiyai. Sebenarnya tim ini adalah agen pembaharu dan pemikir sebagai aktivis mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia, tetapi itu dianggap omong kosong. Pemerintah masih mau memelihara omong kosong mereka sendiri.
Pembentukan tim peduli pendidikan ini adalah langkah maju dan tegas untuk menyorotinya, sekali pun sekarang sudah tidak aktif dan efektif untuk menyoroti pendidikan Dogiyai lagi. Tinggal tim peduli itu perlu dipupuk dalam kebersamaan dan visi-misi yang sama pula demi “Dogiyai Dou Ena”. Tujuan Tim Peduli ini belum dirumuskan secara jelas, namun intensi dan tujuan spontanitas sesuai realitas itu sangatlah bermanfaat.
Langkah tersebut dapat dinyatakan melalui berbagai cara, bahasa dan tindakan serta teladan hidup harian. Aksi demonstrasi adalah salah satu caranya. Untuk membuktikan adanya tim peduli itu dengan mengadakan aksi demonstrasi damai pada Juni 2013 di depan Kantor BKD Kabupaten Dogiyai.
Sebelumnya dilakukan dengan diskusi-diskusi tentang wajah pendidikan Dogiyai. Misalnya diskusi di Asrama Paniai Perunas III, di Tewei Internasional Hotel Abepura, Asrama Nabire Kampkey dan Aula Simapitowa di Bayangkara II, Jayapura-Papua. Diskusi-diskusi kelompok ini meenyoroti secara kredibel demi pembangunan, dan perubahan wajah baru pendidikan tersebut.
Untuk mencegah sejumlah persoalan fundamental pendidikan ini, maka mahasiswa menginginkan pembenahan dan sosialisasi tentang esensi pendidikan. Sejumlah pendidikan nilai yang merupakan esensi dari pendidikan harus dihayati, disosialisasikan dan dimaknai oleh setiap manusia. Pemerintah, masyarakat adat dan Gereja harus bersatu secara utuh dalam membangun pendidikan mulai dari keluarga.
Keluarga mengawali proses pendidikan karena seentuhan awal dan pengetahuan awal akan ditanamkan oleh orang tuanya. Keluarga merupakan penentu pembangunan manusia dan alam hijau Dogiyai. Itu artinya pendidikan keluarga ini harus dibangun secara bersama oleh semua pihak berwewenang. Tanpa kebersamaan dalam membangun pendidikan dari setiap keluarga, pembangunan yang sejati tidak akan pernah terbangun bagi manusia.
Penulis Adalah aktivis Papua
0 thoughts on “PENDIDIKAN KABUPATEN DOGIYAI BERADA PADA TITIK NOL ”