Ilustrasi.Ist |
Oleh : Frans Pigai
Kami terpecah-belah,
berhamburan menyelamatkan diri
Dentuman terus terdengar
Langit menggelap
Hingga cahaya kekuningan terlihat berlesatan, bagai kembang api
Lalu asap menyebar bau amoniak
Kami, sembunyi di balik beton penyangga jalan
Hhh, kini pembunuh itu berkeliaran di hutan beton setelah hutan pohon dibabat
Sampai malam kami terus sembunyi
Menyaksikan orang-orang berteriak panic, b
erhamburan ke jalan menghindari kepulauan asap
Batu-batu beterbangan
Gelengan tembakan, membuat malam yang aneh
Sementara air liur pembunuh menyedak penciuman kami
Bau pembunuh itu begitu keras
Selama kami memburu binatang,
ibarat kami melawan pembunuh itu
Kami jadi tahu baunya: pemeras darah manusia Papua,
bau pemebunuhan, bau penindasan, bau pemerkosaan,
bau terorisme di atas tanah Papua, dan sebagainya
Karenanya, tanpa anjing-anjing kami yang entahlari kemana
Kami bisa mengendus jejak pembunuh itu
Kota Lama, Nabire, 01 November 2015
Penyair adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Surabaya,
aktif menulis di Media Kabar Mapegaa.com
0 thoughts on “Puisi : Kau Pembunuhku”