Tong satu PAPUA (Foto: Dok. Ist/KM) |
Opini (KM)--Hidup itu ibarat singgah minum kopi. Ibarat hidup, jujur itu harga mati daripada miskin tidak baik. Hidup itu harus melawan dan bersuara di persimpangan jalan, seperti dulu nenek moyang kitong mereka melawan, sekarang juga kitong harus melawan dan kitong akan terus melawan dengan bukti nilai kebenaran yang sudah ada. Ibarat “Dulu kami bernyanyi, sekarang kami bernyanyi dan kami akan terus bernyanyi” Arnold C. Ap.
Ko gunung, Sa pante Tong satu Papua. Apakah kau menghargai hubungan ini? Hubungan kasih sayang dan cinta kasih sebagai anak bangsa Papua. Hubungan kesetiaan serasi hidup ini antara Ko dan Sa, tong adalah satu tanah air, tanah Papua.
Tapi, apa yang terjadi dibelakangan ini? Apakah Ko anggap hubungan kita hanya mimpi belaka dan apakah kau sadar, kau membuat tong ini berada di neraka? Kitong sendiri perlu sadar, sadar sebagai anak bangsa Papua pemilik negri alam dan rakyat Papua.
Tong anak bangsa Papua perlu sadar akan hidup yang sebenarnya perlu bersatu, sehati-sejiwa, satu tujuan-satu harapan menggapai pada taman Firdaus, tanah suci yaitu Papua.
Tong jangan membuat, tong pu hidup seperti di neraka. Tong jangan pura-pura tidak tahu apa arti dari persatuan untuk kebebasan hidup dari belenggu maut kejahatan ini.
Jangan kitong berjanji palsu atas pembungkaman acaman negara boneka ini, justru itu, kitong harus pu kesadaran untuk mempertahankan kebenaran dan keadilan bagi kebebasan hidup dari ketidakadilan yang terjadi di depan mata kitong, dan jangan satu pun kitong kehilangan apapun perjuangan yang kitong lihat dengan mata kepala kitong sendiri.
Pembunuhan, penindasan, pemerkosaan, penculikan, intimidasi, dan teror, maka ko dan sa harus bersatu dan janagn kitong bungkam dan tidak bisik apapun dari masalah ini. Harus kitong anggap dia sebagai musuh kitong, karena dia yang membuat kitong pu hidup ini berada dalam api neraka.
Kitong harus perlu sadar pula, hidup itu gelisa ketika belum masih temukan jawaban yang pasti dalam keadaan yang sebenaranya, justru itu bagaimana hidup ini dibenarkan oleh kitong sendiri?
Padahal, setiap manusia punya hak untuk hidup bebas. Oleh sebab itu, tong harus berpikir global dan berkarya lokan dalam situasi krisis ini. Tong harus pu prinsip hidup, hidup-hidup! mati-mati! dan ya-ya! tidak-tidak dalam proses penindasan perjuangan ini!
Kitong perlu mati dan hidup dari dalam gubuk keheningan perjungan pemebebasan bangsa Papua, daripada kitong dipermainkan seperti binatang peliharaan dorang dan akhirnya kitong mati disembarangan tempat yang kurang baik.
Tong jangan lupa tong pu budaya persatuan dan kesatuan, tong harus satu untuk melawan budaya kemalasan kitong yang mulai saat ini pula ada dalam kitong pu hidup.
Kitong harus munculkan budaya kesadaran yang kuat guna untuk melawan budaya para penindasan iblis penggoda kitong.
Dong membuat kitong sangat memalukan, maka Ko dan Sa harus sadar dan satu membela dan melawan ketidakadilan itu. Kau tak pantas dimaafkan. Kau hancurkan kepercayaan semua orang dan kepercayaan bangsa Papua.
Kau harus kitong lawan, kitong tetap lawan sampai akhiratnya. Lawan dengan sejarah kebenaran dan keadilan bangsa Papua. Maka, semuanya itu perlu kitong basmikan kekuatan yang tidak terlihat bahwakan yang terlihat, pasti kitong akan bebas dari jajahan kekuatan ketidakadilan tanpa ada nilai kebenarannya. Kitong pasti merdeka dan merdeka.
Salam Pembebasan, (Free West Papua)
(Simpel, Bahasa Sehari-hari, Penulis Pemula adalah Mahasiswa Papua)
Jl. Kalasan, Asrama Kemasan III Papua, Surabaya
Jumat, 06 Mei 2016
0 thoughts on “ KO Gunung Sa Pante Tong Satu PAPUA”