(Foto: Dok. Ist Geoogle/KM) |
Dulu pernah aku bertanya-tanya dibenak hatiku tentang sejarah bangsaku Papua. Waktu pun belalu, tinggal catatan-catatan sejarah yang ditinggalkan oleh para pahlawan Papua. Aku sadar akan sejarahku bangsa Papua.
Sejarahku perkembangan bangsa Papua yang sekian lama aku tidak tahu, kini aku sadar benar-benar sejarahku memberitahu aku untuk mengetahui melalui kemerdekaan bangsa pada 01 Desember 1961, dengan mengenang hari-hari para pahlawan yang telah mendahului kita.
Salah satu sejarah yang perlu kita peringati adalah Sejarah 01 Mei 1963. Sekilas pencerahan 01 Mei 1963 adalah hari aneksasi yaitu Pemeksaan wilayah Papua barat di gabungkan ke dalam Indonesia demi kepentingan Amerika/PBB dan Belanda melalui perjanjian New York Agreement 15 Agustus 1962 dan Roma Agreement 30 September 1962, namun dalam pembahasan ini tidak sama sekali di libatkan orang papua dan pula tidak sama sekali pun membahas tentang nasib bangsa papua, tetapi dalam pembahasan ini dijadikan momen kepentingan antara negara capitalis dan colonialis Amerika, Belanda dan Indonesia. Maka adanya aneksasi adalah awal pemusnahan etnis ras malanesia atau bagi bangsa West Papua, dan seluruh kekayaan alam Papua, Mengapa demikian? Sebelum orang-orang Papua belum menyatakan dalam Reverendum atau istilah orang melayu PEPERA 1969, tetapi Indonesia sudah mengirim pasukan militer dan menerapkan aturan-aturan di seantero tanah Papua.
Kejayaan capitalis dan colonial menyerbar luas di seantero tanah Papua dengan menperalat militer yang sebagai ujung dari pemberontakan atau penyelamat misi utama capitalis dan colonial Indonesia, maka sebelum PEPERA 1969 dua tahun kemudian 1967 negara capitalis sudah membuka suatu perusahaan atau PT yang kini dinamai PT. Freefort Indonesia bertempat di Tembaga Pura Tanah Amunza.
Awal Pemusnahaan etnis Ras Malanesia atau bangsa Papua terbuka ketika aneksasi 01 Mei 1963 di lakukan secara paksa. Dalam kurung waktu yang singkat itu indonesia menyuruh Belanda agar segera pulan meningalkan tanah papua, sebelum pepera itu dilakukan, maka disaat itu banyak orang Papua yang di siksa, di penjara, di teror, di culik dan di bunuh, seperti “Operasi Sadar” 1965-1966 yang di pimpin oleh Brigjen R. Kartidjo untuk melakukan kegiatan penyadaran kepada kepala suku, dan menangkap pemimpin OPM yang menolak integrasi, kemudia pandam Brigjen R. Bintoro (23 Maret 1966 - 25 Juni 1968) memimpin “Operasi Bratayudha” untuk operasi terhadap pencancuran aktivitas OPM yang di pimpin oleh Ferry Awom di Manakwari. Namun, sebenarnya pengawasan PBB ada saat aneksasi hingga PEPERA tetapi apa yang di lakukan oleh tentara PBB, hanya duduk diam melihat semua tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Militer NKRI, mengapa hal itu bisa terjadi.
Mengenang Sang Pahlawan-Pahlawan Sejati Papua, hatiku memaksa aku menulis untuk apa yang aku pikirkan dan yang saya rasakan, tetapi setelah saya pegang penaku, saya kehilangan pikiran aku tidak tahu mulai dari mana aku ukirkan kata-kata sejarah bangsaku Papua ini.
Mungkin buruk pada pandagan umum perbuatan saya mengirim surat ini. Saya tahu sedikit sebanyak anak negeri ini, yang tak sama sekali memikirkan pesan sejarah yang ditinggalkan oleh sang budaywan Papua ini.
Di Papua saya dianggap orang padang tetapi disini juga saya dianggap saya sebagai orang padang, apakah itulah dikatakan anak ngeri Papua? Kau dan kau adalah satu, satu tanah air, satu bangsa yaitu bangsa Papua, kau kulit hitam dan keriting rambut, sama hal juga seperti saya.
Mari kita tinggalkan hal rasa maras kita, rasa tidak punya jiwa kemanusiaan Papua, hanya satu kata kita adalah satu. Itulah yang harus kita kembangkan dan ukirkan perjuangan pada kemenangan kita, demi masa depan bangsa dan rakyat kita di tanah Papua.
Maafkan saya karena meluangkan kepedian hati saya hayati, saya kirimkan surat ini tampa meminta balasan hanya saya umat ingin megadu hal saya juga yakin tangan yang amat halus, mata yang penuh kejujuran itu tidak akan mengecewakan hati.
Hai, penerus bangsa Papua salah satu yang harus diperingati dan datang dan saksikan sejarah mengenang kematian 32 tahun budayawan, seni dan budaya Papua Arnold C. AP, karena dia telah mengerakkan dan membangkitkan gerakan seni dan budaya untuk perjuangan pembebasan dan kemerdekaan Nasional Papua Barat, bahkan kita perlu sadar atas kepergian para pahlawan-pahlawan sejarah bangsa Papua yang telah mendahului kita, .
Bisakah engkau menjadi sahabat saya persatuan dan kasatuan kami anak negri Papua? Ataukah anda mundur untuk rasa memiliki sejarah peninggalan ini? Saya sadar, saya melarat anak orang terbuan yatim piatu tapi hati saya tulus demi Papuaku.
Percayalah sulit untuk kamu temui hati yang Allah sebersih hati saya karena di cuci air mata derita sejak lahir. Jangan kecewakan orang yang ingin berlingdung kepada kamu dan jangan sekali-kali kamu menghina dan menyangkal terhadap sejarah bangsamu, karena saya dan kamu sebagai penentu bagi pembebasan bangsa Papua?
Sang Khalim dan alam Papua selalu buka mata, jangan sampai kamu sendiri menutup jalan kebenaran dan keadilan demi hidupmu. Kebenaran akan selalu menuntut pada perbuatanmu. Jika kamu sadar, kamu sebagai anak bangsa Papua. Maka, setidaknya kamu jangan lari dari sejarah bangsamu, tetapi perlu sadar untuk memperlajari sejarah perkembangan tanah Papua.
Perlu, antara saya dan kamu jangan kita lari dari sejarah bangsa Papua, kebebasan dan kemerdekaan selalu bersama kami, karena sejarah membuktikan bahwa keselamatan akan tiba dan sebelumnya sudah tiba, maka yang perlu kita sadari adalah jangan kita lari dari sejarah bangsa kita, bangsa Papua, entah itu terjadi kegepalan pada tanah kami, dari belenggu maut kejahatan dan jajahan kekautan iblis.
Jangan kita jadikan hati dan jiwa kita, berada dalam ketidaktahuan sejarah ini, ukirkan terus dan berikan sejarah ini menjadi kekuatan untuk kita lawan bersama sang bintang kejora kita dengan satu hati, satu tujuan menggapai harapan dan cita-cita kita masa depan bangsa Papua.
Salam Pembebasan dan Perubahan, [Free West Papua]
[Simpel, Penulis Pemula adalah Mahasiswa Papua)
0 thoughts on “Saya dan Kamu, Sejarah Bangsa Papua”