(Foto: Dok. Prib Goo Puyee/KM) |
Sebuah perspektif kehidupan dan kebangunan OAP mempunyai tatacara tersendiri. Beda dengan orang lain di daerah lain di belahan dunia. Manakala OAP hadir dan ada sebagaimana makhluk ciptaan yang khas dan mampu menghidupi dirinya sendiri, yang tidak selalu bergantung pada dunia lain siapa pun.
Tetapi sesungguhnya di balik itu keadaban OAP sekarang, selalu saja dan kapan saja menjadi permainan yang mudah dipermainkan oleh orang lain dari daerah sebarang tanpa mempertimbangkan inisiatif dan harapan yang terkandung dalam diri OAP itu sendiri. Inisiatif dan harapan OAP adalah ingin hidup sendiri dan bebas sebagai manusia yang merdeka di atas negeri sendiri.
Mereka ingin merestorasi diatas kehidupan mereka yang selalu dihadapkan dengan malapetaka. Malapetaka OAP inipun sedang membudaya dalam kehidupan mereka dalam segala bidang dan setiap tontonan. Maka secara rasional dan irasional, OAP dicapnya sebagai manusia yang tidak bisa buat apa apa, tak beruntung dan bodoh. Yang lanjutannya dijadikan sebagai manusia nomor dua tanpa pertimbangan yang matang dan secara akurat terhadap eksistensi keberadaan dan keadabannya.
Lahirnya Perjuangan
Berdasarkan hal di atas, maka dan untuk hidup sebagai makhluk berkehidupan, mau dan tidaknya insan manusia butuh perjuangan. Baik itu dalam pribadi perorangan maupun dalam komunitas skala yang besar luas. Dan darinya lahir suatu perjuangan yang disebut Perjuangan kemerdekaan.
Lahirnya Perjuangan kemerdekaan OAP juga disebabkan oleh adanya kehidupan yang dimati. Dengan menyadari itu, OAP bertekad-bulat untuk ingin bebas dan hidup berdiri sendiri. Agar tiada campurtangan dari pihak lain yang tak tahu bertanggungjawab dan yang selalu mencari kepentingan-kepentingan semu, sendiri dan tidak bermartabat.
Sorotan OAP dalam menuju pintu kemerdekaan adalah sebagai berikut "Kehidupan tidak bisa ditopengi oleh orang lain, yang mengatasnamakan untuk membangun walau di balik itu untuk merebut hak kami". Dan kami "OAP" juga menyadari bahwa kami pun butuh kehidupan dan kemerdekaan yang bersahaja seperti dirasakan oleh negara-negara lain yang merdeka di belahan dunia".
Posisi OAP
OAP adalah pemilik tanah leluhur Papua dari generasi ke generasi. Yang memiliki kekuasaan penuh. Dimana hal ini harus diakui oleh siapa pun sekalipun dari dunia internasional juga. Karena tanah Papua memiliki hubungan penuh dengan hukum kodrat. Mengapa? hukum kodrat adalah hukum yang tertua di antara hukum yang ada. Sekalipun hukum pemerintahan, hukum agama maupun hukum lainnya.
Setiap komponen OAP dari Sorong sampai Samarai tanpa kecuali, mereka telah bersatu dalam satu harapan tunggal yakni Kemerdekaan tunggal dan berwibawa. Harapan ini dengan tujuan untuk melegitimasi atas dominasi problematika yang menjadi santapan harian mereka. Problem-problem atau serangan-serangan itu mereka praktekkan melalui segala bidang, segala bentuk dan segala cara.
Tentu masalah-masalah yang mendominasi di atas Papua merupakan sebuah tindakan mendewasakan kami OAP. Walau di balik itu mematikan, membunuh dan menghalalkan kemerdekaan semesta yang telah dibangun dari berpuluh tahun yang lalu. Kami akan tetap memperjuangkan hak nasib kami dan anak cucu kami, sekalipun negara NKRI dan negara lain kaki-tangannya merebut hak nasib kami dengan sikap ke-dewa-an.
Kamilah pemilik hak ulayat maka kami memiliki kekuasaan penuh di atas negeri kami tanah Papua. Tetapi kami dijadikan budak paranegara. Kami dihilangkan dari hak kemerdekaan. Kami laksana bola, hingga disepak ke tempat penuh harapan dan airmata. Semestinya kami mempunyai hak hidup, hak merdeka dan berdaulat.
Sumber: Dinding facebook, KAJP, Goo Puyee
[Penulis adalah Komunitas Anak Jalanan Papua (KAJP)]
Editor: Frans Pigai
0 thoughts on “ Perjuangan Orang Asli Papua dan Keberadaannya ”