Yohanes Philipus Saklil, Uskup Keuskupan Timika, saat homili di Gereja Katolik Kristus Sang Gembala, Biamoma-Paniai (27/12/2016). Doc.MG. |
Uskup sampaikan banyak hal dalam kehidupan umat manusia di dunia berhubungan dengan kehidupan sehari-hari keluarga. Kehidupan sehari-hari itu terutama ekonomi, pangan, rumah tangga keluarga dan perkawinan.
Lanjut mantan Vikep Paniai jika keluarga mandiri maka paroki pun mandiri. Anak-anak mudah yang sudah berkeluarga jangan tinggal bersama orang tua, hidup manja bersama keluarga.
Kalau sudah berkeluarga harus punya tanah, punya kebun, punya ternak, punya kolam, harus punya rumah. Ini menjadi kebutuhan mendasar kehidupan keluarga nyata untuk hidup mandiri.
Anak-anak mudah tidak memiliki satu dari semua yang saya sampaikan ini, maka anak -anak perempuan yang ada di Qwasi baru jangan menikah dengan mereka.
Dia ingatkan, tanah-tanah garapan yang ada harus menanam hal yang produktif, bukan untuk dibiarkan tumbuh alang-alang. Jika tanah yang ada kita kelola dengan baik maka kerajaan surga nyata di Bumi.
Hal lain yang dia sampaikan yakni soal perkawinan. Dia melarang poligami bagi umat katolik di wilayah kerjanya.
Tidak melarang Ibu melahirkan anak banyak -banyak, gereja dan kami membatasi soal poligami. Banyak hal menjadi larangan bagi kami, salah - satunya soal kenyaman kejidupan bagi keluarga.
Selain ini, dampak bagi kesehatan keluarga akibat hubungan seksual yang bebas.
Kawin hanya satu, buat anak banyak -banyak ini pula kepala keluarga menjamin anak-anak yang dilahirkan, disampaikan depan umat yang hadir menyaksikan ibadah penerimaan sakramen krisma.
Keputusan gereja bertentangan dengan pemerintah Negara Republik Indonesia yang mana diterapkan keluarga berencana (KB), untuk kesejahteraan bagi keluarga, anak dibatasi sampai dua orang.
Pewarta : Marinus Gobai
0 thoughts on “Uskup Timika : Kawin Satu, Tidak Melarang Mencetak Anak Banyak”