Foto; Ilustrasi, Kerusakan Bumi Merasuki Semua Lembaga |
Seperti kapitalisme, lingkungan pun sedang mengalami krisis. Penetapan status krisis lingkungan sudah berlangsung semenjak tiga dekade belakangan ini. Krisis yang sedang berjalan ini dapat dilihat dari cepatnya perubahan iklim akibat pemanasan global dan semakin bertambahnya efek rumah kaca dan polusi gas CO2 yang paling besar dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Aktivitas pabrik, mesin-mesin, dan alat transportasi yang diproduksi saat ini adalah penyumbang terbesar CO2.
Menurut penelitian, kerusakan dan pencemaran lingkungan 30 tahun terakhir jauh melampaui kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas manusia selama ribuan tahun lalu, salah satu contoh yang terjadi di Indonesia seperti laju kerusakan hutan pada era tahun 1980-an di adalah sekitar satu juta hektar/tahun, kemudian pada awal tahun 1990-an tingkat kerusakan mencapai 1,7 juta hektar/tahun. Lalu, sejak tahun 1996 meningkat lagi menjadi rata-rata dua juta hektar/tahun (data 2001). Hutan yang sudah terdegradasi dan gundul di Indonesia ada di Sumatera (terdegradasi 5,8 juta hektar dan gundul 3,2 juta hektar); di Kalimantan (degradasi 20,5 juta hektar dan gundul 4,3 juta hektar); di Sulawesi (degradasi dua juta hektar dan gundul 203.000 hektar); di Nusa Tenggara (degradasi 74.100 hektar dan gundul 685 hektar); di Papua (degradasi 10,3 juta hektar dan gundul 1,1 juta hektar); dan di Maluku (degradasi 2,7 juta hektar dan gundul 101.200 hektar). Apalagi dengan berkembang pesatnya pasar akibat kebijakan neoliberal yang digalakkan oleh seluruh perangkat ekonomi kapitalisme, khususnya WTO[1], IMF[2], ADB[3] dan Bank Dunia, serta berbagai perjanjian perdagangan bebas selama lebih dari satu dekade ini, yang dilegitimasi oleh rejimpendukung investasi tanpa berpikir panjang. Logika akumulasi keuntungan dan modal, dengan memperdalam eksploitasi manusia dan alam, menyebabkan overproduksi kapitalisme.
Lebih lanjut, data Kementrian Kehutanan mencatat kerusakan hutan hingga 2009 mencapai lebih dari 1,08 juta hektar per tahun. menurun dari data kerusakan hutan tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 2 juta hektar pertahun. Kalimantan merupakan salah satu daerah yang memiliki hutan alam terbesar. pada tahun 2007 , dalam buku laporan State Of the world’s forests, FAO ( Food and Agricultural Organization) menempatkan Indonesia di posisi ke 8 dari sepuluh negara dengan luas hutan alam terbesar di dunia. Tetapi laju kerusakan hutan di indonesia mencapai 1,87 juta hektar dengan kurun waktu 2000-2005, mengakibatkan Indonesia menempati peringkat ke-2 dari sepuluh negara dengan kerusakan tertinggi di dunia. Secara global kerusakan hutan juga memberikan dampak ekonomi. Sebuah study di World Resource Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun hingga 40-60%. Kalau di hitung berdasarkan kerugian uang yang timbul dari sektor lingkungan selama 30 tahun. Pola pembangunan Iindonesia selama ini yaitu eksploitasi sektor kehutanan untuk bisnis sawit, kertas dan bubur kertas, pertambangan, dan sebagainya.
Pertumbuhan ekonomi bermakna peningkatan konsumsi dan produksi komoditas industri tanpa pertimbangan masa depan. Akibat logika semacam inilah alam tak lagi mampu menopang kehidupan manusia di masa yang akan datang. Bahkan para aktivis lingkungan menyatakan, bahwa, demi mengembalikan kondisi alam seperti semula, menghendaki pertumbuhan ekonomi nol persen, atau dikenal sebagai zero growth. Kapitalis dengan watak ekploitatif tidak akan mampu memberikan dampak baik terhadap persoalan alam di bumi ini, dan yang justru menjadi korban adalah kelas buruh dan rakyat tertindas lainnya yang semakin terhisap.
*) Penulis adalah Seorang Aktivis Ternate, Rudhy Pravda
Editor: Frans Pigai
0 thoughts on “Kerusakan Lingkungan Merasuki Semua Lembaga”