BREAKING NEWS
Search

Kasih Sayang Menciptakan Kedamainan


Oleh : Manfred Kudiai

Manfred Freddy Kudiai@



“Anak butuh nasehat, pemahaman, pengertian dan kepercayaan dari orangtua”

Perkembangan dan pertumbuhan  mentalitas seorang anak, tergantung pada kedua orang tua sejak masa bayi dan kanak-kanak. Sejak itu pulalah orang tua memberikan pemahaman, pengertian dan kepercayaan. Ini adalah tahap awal alias play stage.

Setelah beranjak pada tahap play stage, tentunnya, akan berhadapan dengan game stage. Di situ, akan diajarkan bagaimana memahami lingkungan sosial. Setelah itu, akan diajarkan mengenai adat istiadat atau kebiasaan.
 
Ini adalah tahap penentuan untuk beranjak pada keadaan yang situasional. Di situ akan menghadapi banyak hal. Baik kebiasaan, sifat, dan tingkah laku orang lain.
 
Namun, sampai pada tingkat ini, gaya hidup anak pasti mengalami perbedaan. Karena terpengaruh dengan keadaan yang ada. Dan tidak terlepas dari masalah pergaulan.
 
Dan di sisi lain, pasti ada yang kurang memberikan pemahaman yang baik terhadap anak. Sehingga sosok pribadi akan merasa tertinggal, akhirnya terjerumus di dalam hal buruk.

Sementara anak yatim piatu juga beda. Pasti mengalami hal-hal yang tidak tersentu dalam pertumbuhan hidupnya. Karena tidak pernah mendapatkan pemahaman, pengertian dan kepercayaan dari orang tua.

Akhirnya, ada yang terjerumus di hal buruk. Dan ada pula yang mengerti dan memahami terhadap keadaan yang ia alami. Karena mengerti, ia pasti akan terus berusaha dan menciptakan sesuatu yang istimewa menerut dia. Dan akhirnya mencapai pada kesuksesan.

Sama hal seperti pengalaman hidup teman saya Manfred Kudia

Kehidupan Manfred sangat sederhana. Namun, Ia selalu rama dan bertakwa kepada Tuhan. Setiap minggu ia selalu berlutut dan berdoa kepada Tuhan. Mengucap syukur dan berterima kasih kepada-Nya, karena telah memberikan ayah dan ibu, yang selalu menjaga dan melindungi dari setiap marah bahaya.

Namun, sewaktu ia SD, ia merasa kehilangan segalanya karena Bapaknya telah meninggal. Saat itu, ia selalu merasa putus asa, malas berjuang dan malas mencapai impiannya. Namun, karena ibunya masih hidup dan siap memberikan segalahnya kepada Manfred. Ia bangkit dan berusaha dengan keras dan menimbulkan satu komitmen “saya harus mencapai impian dan cita-cita saya. Akhirnya apa yang terjadi, ia benar-benar mencapainya. Sekarang ia kelas XII SMK Negeri 1 Timika, Papua.

Kadang ia berpikir, “saya bertumbuh dan berkembang, banyak hal yang saya lewati. Juga mengalami banyak kekurangan. Seperti tidak ada yang memberikan nasehat, pemahaman, pengertian, dan kepercaya kepada saya. Karena memang, ayah yang hidup bersama dengannya telah tiada sewaktu ia SD.

Inilah yang dia rasakan saat ini, kepergian ayahnya yang begitu cepat sehingga sebagian besar yang ia belum  mengetahui secara terinci mengenai bagaimana memahami dan mengerti keberadaan  budaya adat istiadat serta perjalanan  keturunan-keturunan dari tete-nenek moyang hingga manfred berada di dunia ini.

Sejak manfred masih kecil semuanya itu biasa-biasa saja, ia lalui tanpa ada hambatan apapuan. Karena si manfred selalu mengharapkan kepada ibunya yang ia cintai, karena ibunya yang membesarkan manfred dan banyak pengorbanan yang ia dapatkan darinya. Dan ia selalu, bersykur kepada Tuhan, karena jasanya, ia bisa mencapi setengah impiannya. ia sangat mencintai ibunya.

Namun, kadang kala kembali mengingat ayahnya, karena belum merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Bila mana sepeti teman-teman yang memunyai ayah dan ibunya, yang selalu merasakan kasih sayang dari kedua orang tua mereka.

Aku hanya berdiam dan pengemis karena aku lapar dan haus akan kasih sayang seorang ayah , aku ingin hidup bahagia bersama ayah. Bertukar pikiran dan juga membutuhkan nasehat–nasehat dari seorang ayah, aku ingin tahu sejauhmana perjalanan kerja keras ayah sehingga bisa membahagiakan hidup keluarga kami, kata si manfred.

Namun, itu semua menjadi hayalan belaka. ia hanya bisa katakan “Tuhan lindungi ayahku di surga”

Dengan demikian, kutipan terakhir yang ia bisa bagikan ialah hargai pengorbanan orangtua, berikan senyum kepadanya, dan tebarkan pesonamu kepadanya dan kepada semua orang yang kita sanyangi, karena upah atau pahala akan memberikan sesuatu yang istemewa terhadap kehidupan kita. Semoga kasih sayang mendamaikan hidup kita.

Penulis: Manfred Freddy Kudiai, Pelajar SMK Negeri 1 Timika, Papua

Sumber: kompasiana.com



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Kasih Sayang Menciptakan Kedamainan