BREAKING NEWS
Search

DOGIYAI, MUTU PENDIDIKAN TIDAK TEREALISASI SECARA EFISIEN


Foto Alexander Pakage
Dok : Prib/KM
Oleh : Alexsander  Pakage

Pada umumnya, seluruh anak Indonesia berhak mendapatkan Pendidikan yang bermutuh secara merata. Namun, pada realitanya  di Distrik Mapia, Mapia Tengah dan Mapia Barat Kabupaten Dogiyai khususnya dan Dogiyai pada umumnya  tidak demikian, yang diakibatkan karena beberapa factor yang mempengaruhi, sehingga mutuh Pendidikan di Kabupaten Dogiyai tidak terlealisasi secara efisien. Faktor-faktor yang sedang menjadi  penghalang mutuh Pendidikan di Kabupaten Dogiyai adalah ada 5 faktor utama, diantaranya:

1.   Tenaga Pengajar (GURU) yang tidak lengkap dan tidak tetap.

Tenaga pengajar yang terdapat di masing-masing sekolah adalah maksimal 1-2 Guru  tetap, ditambah beberapa tanaga Guru honorel yang berlatar belakang tamatan SMA, putusan dari perguruan tinggi dan beberapa sarjana, itupun kadang hanya bersifat sementara untuk beralih kelapangan kerja dimana sesuai dengan  profesi mereka.

Realita yang terjadi disana adalah tenaga pengajar (Guru) yang tidak beta untuk mengabdi di tempat tugas, akhirnya turun ke kota berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tanpa menghiraukan pendidikan dan pengetahuan anak didiknya, demi mengurusi kepentingan pribadi. Disamping itu, hanya beberapa Guru yang benar-benar mengabdi dan turun ke kota apabila ada kepentingan sekolah yang harus diurus. Biasanya terjadi kekosongan Guru di sekolah-sekolah sana, sehingga tercipta banyak hari libur, di luar hari libur sebenarnya yang tertera dalam  kalender pendidikan Nasional.

Menjadi pertanyaan adalah apakah mereka bisa belajar mandiri?, tidak mungkin karena disana identik dengan budaya , acu tak acu, hiburan dan sebagainya yang membuat minat belajar mandiri untuk mendalami ilmu pengetahuan semakin mengurang dan daya saing mereka dalam dunia pendidikan pun ikut mempengaruhi, sehingga terbukti pada saat olimpiade sains tingkat SMA, seperti  ada siswa yang mewakili mengikuti olimpiade matematika yang mendapatkan nol benar.

2.   Fasilitas yang Kurang Memadai.

Fasilitas yang dimiliki semua sekolah di Mapia kurang memadai, sehingga para siswa memperoleh pengetahuan tidak sebanding dengan siswa di kota. Adapun fasilitas yang dimiliki berupa buku bacaan, buku paket di perpustakaan milik sekolah, namun tidak lengkap (komplit) di banding dengan sekolah-sekolah di kota. Sering para siswa kurang  meminati untuk membacanya. Maka akhirnya, banyak siswa yang berali ke jalur hiburan, kenakalan remaja yang tinggi dan sebagainya. Dengan demikian, daya saing mereka dalam dunia pendidikan tentu mempengaruhi juga.

3.   Tenaga pengajar yang bukan dari Profesi Guru (FKIP untuk SMP dan SMA) / PGSD untuk SD

Beberapa guru yang bukan dari Profesi Guru, sehingga mereka lebih pada memberikan pelajaran dibanding mendidik, karena meman mereka jarang mempelajari tentang bagaimana mendidik siswa. Pada hal mendidik lebih penting dibandingkan mengajar (memberi pelajaran di sekolah), sehingga siswa tidak terdidik dengan baik sejak dini.

Sebagian Guru yang menjadikan sekolah-sekolah di Mapia-Dogiyai sebagai tempat persinggahan untuk melanjutkan ke intansi atau kantor tertentu yang sesuai dengan profesi mereka dan mereka bersedia mengajar  karena kurang lengkapnya  Guru yang  berlatar belakang lulusan FKIP/ PGSD. Akibatnya, para murid yang kurang memdapatkan pendidikan yang layak. Pertanyaannya adalah siapa yang bertanggung jawab atas semua ini, ataukah semua itu takdir yang harus terima oleh para murid  di Mapia-Dogiyai?

Pada hal, dalam dewasa ini dituntut untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang baik, agar tidak mudah terpropokasi dalam hal-hal negatif yang identik dengan kesempitan wawasan dan  kurang mendapatkan pendidikan

Apabila kita melihat mutuh pendidikan di dunia barat seperti Amerika, jepang dan sebagainya,  yang mutuh pendidikan cukup maju. Maka pendidikan kita ini sangat disayangkan, karena proses belajar di Dunia bagian barat satu kelas didampingi oleh dua Guru, yang satu didepan dan yang satu dibelakang yang notabenenya ahli pada bidang diajarkan pada jam pelajaran itu. Dan pulang sekolahpun diajarkan lagi oleh Guru ahli yang dikontrak oleh orang tuanya, setelah siswa itu istirahat beberapa jam.

Apabila sebentar atau besok planet bumi ini menjadi Era globalisasi dan kita diperhadapkan untuk bersaing dengan orang bagian barat yang berlatar belakang pengetahuan dan  pendidikan yang cukup maju itu, maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita sanggup bersaing dengan mereka dalam dunia pekerjaan ?.

4.   Membuka Sekolah baru tanpa mempersiapkan Tenaga Guru.

Beberapa Guru berlomba-lomba untuk membuka sekolah baru, tanpa mempersiapkan tenaga Guru yang lengkap. Akibatnya, para siswa yang menjadi korban pendidikan dan korban pengatahuan dalam dewasa ini. Sepatutnya mereka harus mendapatkan pendidikan yang baik, karena pendidikan hari ini akan menentukan masa depan siswa itu sendiri.

Pada realitanya mereka membuka sekolah baru di pelosok Mapia itu, didorong oleh ada beberapa aspek yaitu diantaranya:

a.   Demi  memperoleh jabatan kepala sekolah

Beberapa Guru yang berambisi  menjadi kepala sekolah di sekolah yang mengabdinya, namun “gagal” maka mencari jalan pintas untuk membuka sekolah baru , supaya memjadi kepala sekolah, tanpa mempertimbangkan tenaga pengajar, fasilitasnya dan sebagainya.

b.   Kemauan keras untuk menghadirkan sekolah

Kemauan keras untuk menghadirkan sekolah baru di kampung halamannya, tanpa mempertimbangkan tenaga guru yang nantinya akan mengabdi, karena yang sering sekali terjadi adalah banyak Guru yang tidak mengabdi di sekolah yang mana telah diberikan nota tugasnya oleh dinas terkait, sehingga para murid di kampung itu yang menjadi korban pendidikan. Jadi, mereka yang  berlomba –lomba untuk membuka sekolah baru itulah yang membunuh mutuh pendidikan bagi adik-adiknya.

c. Beranggapan bahwa wajib ada SD, SMP dan SMA di tiap Desa dan Distrik

Beranggapan bahwa harus ada SD per Desa dan SMP dan SMA per- Distrik, namun seharusnya , tidak demikian karena sekolah itu tempat mencetak  sumber daya manusia  yang berkualitas,  menjadi pribadi yang siap bersaing. Maka disini saya pesankan bahwa untuk SD lihat dari jauh dan dekatnya letak Kampus sedangkan untuk SMP dan SMA cukup saja SMP dan SMA yang ada di Distrik lama/induk biar anak lain juga lari kesitu. Yang penting orang tua bersama Pemerintah distrik membangun tempat tinggal yang layak/pemondokan bagi anak-anaknya. Supaya ank-anaknya betul-betul sekolah di tempat yang sedikit jau dari orang tua kandung untuk hidup mandiri, sehingga nantinya jadi manusia yang bisa hidup mandiri dan bertanggung jawab. Karena kita bukan untuk mengejar ijazah tetapi mengejar sikap dan Ilmu Pengetahuan dan daya saingnya.

Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, apakah dituntut untuk memiliki ijazah?, ataukah dituntut untuk memiliki kemampuan?. Tentu, yang lebih penting adalah memiliki kemampuan, karena dalam Eraglobalisasi tidak menggunakan ijazah, memang sebagai persyaratan Ijazah, tapi menjawab soal tes dan wawancanya pake Otak (ILMU),  maka dalam melamar dunia kerja faktor utama adalah harus punya seberkas ILMU, maka dengan ini utamanya adalah dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu.

Untuk menciptakan manusia yang memiliki kemampuan tinggi yang siap bersaing dengan siapapun dalam era globalisasi adalah tenaga pengajar yang punya kemampuan juga. oleh sebab itu, semua pihak baik intelektual orang Mapia yang peduli terhadap pendidikan maupun Dinas terkait,  supaya menyikapi masalah ini dengan optimis, agar perkembangan pendidikan di Mapia mulai membaik dari sebelumnya.

Demikian hasil pemantauan penulis tentang  mutuh pendidikan di Mapia pada khususnya dan Dogiyai pada umumnya. Kiranya tulisan yang jauh dari kesempurnaan ini, menambah setetes wawasan bagi kita tentang realita implementasi pendidikan disana. Akhir kata, penulis mengharapkan masukan atau kritikan yang sifatnya membangun ini buat pemerintah dalam hal ini Dinas P dan P setempat, agar kedepan semakin mendekati kesempurnaanm dan kemajuan sesuai Tujuan kita bersama.


5.   Guru-guru Tua Pindah Jabatan

Saat  yang terjadi di kabupaten Dogiyai adalah Pindahnya jabatan bagi Guru-guru Tua yang sudah berpengalaman mengajar di SD. Hal ini diakibatkan karena Pemda Dogiyai melalui Dinas P dan P sedang membiayai Guru-Guru Tua  yang dulu selesai dari SPG, KPG, dan PGSD- D2 dan 3. Sebenarnya mereka ini (Guru-guru Tua) ada yang mau pension tinggal 2 tahun ada yang 3 tahun dan ada 4,5 tahun, ko dibiayai dengan uang besar “PERCUMA KAN…?”.  Sementara itu potensi anak - anak mudah yang punya minat dan bakat untuk sekolah, mereka tidak perhatikan. Anak-anak muda asal Kabupaten Dogiyai yang sedang selesai  SMP, SMA/K banyak yang tidak Lanjut gara-gara tidak ada Biaya. Salah satu Contoh adik saya Yudas Pakage, tahun 2023 selesai dari STM kuala Kencana jurusan Listrik saat ini ada Nanggur di Timika.  Sementara itu lagi ada Mahasiswa Dogiyai yang putus Kuliah Gara-gara Biaya, contohnya (Paskalis Dogomo asal Abaimaida yang kuliah di FISIP Uncen Jayapura, jurusan Administrasi Negara). Contoh Kedua, saya sendiri perna Juti semester 3 tahun 2011/2012” gara-gara tidak ada BIAYA. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dogiyai membiayai Guru-guru Tua dengan Dana yang besar. Mereka (PEMDA DAN Dinas P dan P) mendatangkan Dosen-Dosen yang mau kasi kuliah dari UNIMA dengan membiayai tiket pulang-pergi juga dengan uang besar. Yang sedang terjadi adalah Guru-guru Tua yang selalu mengabdi di SD, setelah mendapatkan Gelar S-1 mereka bukan mau kembali mengabdi lagi di SD tidak. Mereka kembali rampas jabatan-jabatan besar di Birograsi. Ada yang jadi Kepala Bagian, ada yang jadi Kepala Distrik, ada yang jadi kepala seksi dan ada yang jadi biro-biro. Akhirnya Sekolah-sekolah Dasar di Kabupaten Dogiyai jadi Berantakan total.

Sebagai kesimpulan, saya sebagai anak Asli Kabupaten Dogiyai yang kuliah di PGSD mau bilan, “ Bapak Kepala Dinas yang kami hormati, Selamat Menabung uang di Kuburan-Kuburan, agar Bapak Menarik yang Mayat-Mayat. Artinya bapak sedang Membiayai Guru-Guru tua yang tidak lama lagi Pension.

“Prediksi saya; yang pertama:  eandainya pemerintah tidak membiayai guru-guru tua, dan mengutamakan dan membiayai anak–anak muda Kabupaten Dogiyai  berarti pasti saja guru-guru tua tetap mengabdi di SD. Yang ke dua: kedepan bisa maju kalau Pemerintah mengutamakan anak-anak mudah, tetapi karena pemerintah tidak mengutamakan anak-anak mudah, maka Pembangunan Dogiyai kapanpun tidak akan maju, karena untuk memajukan Pembangunan membutuhkan SDM yang handal dan Profesional.

Pesan “ kalau mau jadikan seperti Motto Kabupaten Dogiyai “Dogiyai Douw Enaa” coba cetaklah dulu Sumber Daya Manusianya yang akan mau jadikan Dogiyai Dou Ena, karena untuk jadikan seperti motto itu melalui “Proses yang panjang”.


   Penulis adalah Pemerhati Situasi Pendidikan Kabupaten Dogiyai
   Sedang Kuliah di  PGSD FKIP – UNCEN, Jayapura, Papua.



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “DOGIYAI, MUTU PENDIDIKAN TIDAK TEREALISASI SECARA EFISIEN