Duluh...
Ada
Empat Boca kecil dari Ufuk Timur Aga(komopa),
pergi merantau ditanah orang, mengikuti jejak Dua Boca kecil yang telah mendahuluinya. Berjumpahlah mereka disana.
pergi merantau ditanah orang, mengikuti jejak Dua Boca kecil yang telah mendahuluinya. Berjumpahlah mereka disana.
Tahun
berikutnya,
ada juga Empat Bosa kecil, mengikuti jejak mereka.
ada juga Empat Bosa kecil, mengikuti jejak mereka.
Wowww...
kabar angin pun melebar luar ,
menegenai Enanm Boca yang merantau itu,
bagian kota indah Enagotadi dan sekitarnya.
kabar angin pun melebar luar ,
menegenai Enanm Boca yang merantau itu,
bagian kota indah Enagotadi dan sekitarnya.
Ada
empat Bocah juga yang berasal dari
Timida,
yang terletak antar kota indah Madi dan kampung Bibida.
yang terletak antar kota indah Madi dan kampung Bibida.
Pada tahun yang sama pula,
Boca
Empat dari Aga (komopa), dan Empat Boca kecil dari Timida (Enagotadi),
berjumpalah mereka di sana.
berjumpalah mereka di sana.
Mereka
ini didik oleh Dua Boca yang pertama ,
menginjakan kaki di tanah rantauan tersebuat.
menginjakan kaki di tanah rantauan tersebuat.
Selain
didikan dari orang tua Bpk Kamoro
(Kasimilus Omeyau),
yang menjadikan mereka ,sebagai anak-anaknya sendiri,
yang mana telah membesarkan mereka,
disana melalui makan kas yang ada disana (Sagu Bakar).
yang menjadikan mereka ,sebagai anak-anaknya sendiri,
yang mana telah membesarkan mereka,
disana melalui makan kas yang ada disana (Sagu Bakar).
Mereka
ber-Enam belas,menjalani hidup mereka ,
dengan penuh kekeluargaan serta rasa saling melengkapi
mengikuti berjalannya waktu tanpa menyadari,
usia mereka pun bertumbuh bersamaan lajunya sang waktu,
yang membawa mereka menuju pase remaja.
dengan penuh kekeluargaan serta rasa saling melengkapi
mengikuti berjalannya waktu tanpa menyadari,
usia mereka pun bertumbuh bersamaan lajunya sang waktu,
yang membawa mereka menuju pase remaja.
Kini
mereka merasakan kehilangan Dua Boca tertua
,
saatnya untuk pergi dan mengilan dari pandangan Boca-bosa yang tertinggal.
Tapi,
mereka menerima kenyataan itu,
walau berat untuk melepaskannya pergi.
saatnya untuk pergi dan mengilan dari pandangan Boca-bosa yang tertinggal.
Tapi,
mereka menerima kenyataan itu,
walau berat untuk melepaskannya pergi.
Kepergian
mereka berdua , bukannya mendatangkan Kesunyian ,
melainkan mendatankan berkat kegembiraan.
melainkan mendatankan berkat kegembiraan.
Mengapa
?
ada penambahaan bosa-bosa kecil lagi,
megikuti jejak mereka yang ada disana kali ini ada Dua Boca dari Dei (wege)Dua Boca dari Timida dan Empat Boca dari Aga (Komopa) .
ada penambahaan bosa-bosa kecil lagi,
megikuti jejak mereka yang ada disana kali ini ada Dua Boca dari Dei (wege)Dua Boca dari Timida dan Empat Boca dari Aga (Komopa) .
Diantara
mereka ber- Delapan , terdapat boca yang
paling kecil , diantar langsung oleh ayah tercintanya. Dialah yang paling terjecil diantara
mereka-mereka yang disana.
Maaf
Pak, apakah anak bapak dapat bertahan tanpa orang tua disisni ?
Tanya para pembina
disana, saat Ia didaftarkan di Asrama
Bintang Kejora. “Bisa pak”, jawaban yang
sangat singkat dari ayahnya saat bertanya demikian.
Mereka
dikumpulkan oleh Ayah dari Boca yang paling kecil itu, mereka bingun , mau diapakan olehnya. Tapi mereka sebelumnya sudah berpikir
untuk apa di kumpulkannya, kalau – kalau bapak ingin memberikan kepada mereka
nasihat.
Duduklah
mereka mengelilingi Bapak tersebut. Apa
yang mereka bayangkan ,dalam kenyataannya tidak terjadi demikian. yang tadinya duduk melingkar mengelilingi bapak, mala bapak mengubah posisi
duduknya mereka menjadi bersaf sesuai angkatan. Lalu
bapak tersebut mengambil foto anak-anak tersebut lewat HP kesayangannya.
Hanya
satu malam ,Bapak bersama mereka, padahal mereka berharapan , agar bapak
bersama mereka sediki lama, namun karena tugasnya yang berprofesi sebagai guru
SD, ia harus kembali mengajar sehingga ia harus pulang secepat itu.
keesokan
harinya, Ia pun meninggalkan Boca-boca
kecil tersebut di selatan Pesisir Pantai Mimika, yakni Kakonao, yang dulunya bernama Tamanipia itu.
“Anak-anak
ku yang bapak cintai, turuti aturan yang ada , dengarkan didikan serta nasihat
dari para pembina kalian, ingat Jangan lupa “OLA ET LABORA” bapak yakin suatu saat kalian akan memimpin
daerah kalian masing-masing, maupun Papua tercinta ini ( Dou ,gaii, ekowai).”
Nasihat setelah mengenakan taanya
untuk pulang mengapdi di Timida tercinta.
Seperti
biasa ,pada tahun berikutnya, juga bertambah lagi lagi boca-boca kecil yang
datang dari kedua kampung tersebut. Sebanyak Delapan boca kecil. Juga mereka
harus melepas pergi enam boca.
Pada
tahun berikutnya tiada penambahan boca-boca lagi, yang ada hanya mengurangi, jumlah
mereka dan harus mereka melepas pergi, mereka yang tersisa ini,
sangat merasa kehilangan. Walau tiada penambahan , boca-boca kecil lagi,
namum mereka menjalani waktu tersisah untuk hidup berssama di rantauan, dengan penuh harapan
untuk mengikuti mata hati mereka melangkah setelah menyelesaikan Studinya di
SMP YPPK Lecoq D’arman Ville Kokonao.
Mereka
- mereka ini hanya mengharapkan supaya , setelah mereka, ada yang dapat mengisi
kamar-kamar kosong yang mereka tinggalkan disana (Tamanipia).
Hidup
mereka semakin koko walau mereka dipisahkan oleh jarak, dikarenakan study ,
namun meraka selalu menyapa lewat media Handpone maupun internet, rasa kekeluargaan mereka sampai saat ini masih berjalan sebagai mestinya.
namun meraka selalu menyapa lewat media Handpone maupun internet, rasa kekeluargaan mereka sampai saat ini masih berjalan sebagai mestinya.
Mereka
ini sekarang, menyebar luar di wilaya
Indonesi, baik itu bagian Indnesia Timur, tengah maupun bagian Barat. Demi
menegejar harapan dan Cita-cita mereka yang pernah mereka Impihkan ,saat-saat
mereka di Tamanipia. (M.Kudiai/KM)
Penulis
Adalah Alumni SMP YPPK Lecoq D’armand Ville Kokonao
0 thoughts on “Kisah ,Tamanipia dan Boca-boca kecil.”