Oleh : Frans Yube Pigai
Angin dari balik gunung menyusup
membunuh tulang keringku.
Dari gunung nan-tinggi terlihat lembah yang indah,
rawah yang mengagumi.
Ditengah pepohonan, dari gunung yang tinggi.
Ku terbisu menatap indahnya alam West Papua.
Ku merasakan derita negri yang tak kunjung henti.
Ku menatap darah rakyatku yang mengalir tak berhenti.
Tiap tetesan air mataku adalah ungkapan hati
yang terucap di atas tanah negriku.
Dingin seakan tak bisa untuk bertahan hidup bersama Engkau.
Hembusan angin membawaku dalam lautan derita luka negriku.
Rencana Allah bangsan Papua selalu berakhir dengan kebaikan.
Dan jika yang kamu dapatkan yang terbaik,
maka itu adalah akhir bagi negriku.
Ilustrasi,Doc.PaM.Ist |
Angin dari balik gunung menyusup
membunuh tulang keringku.
Dari gunung nan-tinggi terlihat lembah yang indah,
rawah yang mengagumi.
Ditengah pepohonan, dari gunung yang tinggi.
Ku terbisu menatap indahnya alam West Papua.
Ku merasakan derita negri yang tak kunjung henti.
Ku menatap darah rakyatku yang mengalir tak berhenti.
Tiap tetesan air mataku adalah ungkapan hati
yang terucap di atas tanah negriku.
Dingin seakan tak bisa untuk bertahan hidup bersama Engkau.
Hembusan angin membawaku dalam lautan derita luka negriku.
Rencana Allah bangsan Papua selalu berakhir dengan kebaikan.
Dan jika yang kamu dapatkan yang terbaik,
maka itu adalah akhir bagi negriku.
0 thoughts on “Derita Negeriku ”