Usai Gelar Diskusi Putri-Putri Mahasiswi Malenaseia Salatiga/KM |
Salatiga, (KM)---Mahasiswi Putri-putri melenesia yang sedang
berpendidikan di Salatiga, Jawa Tengah, telah menggelar diskusi “Menggugat
Penentuan Pendapat Rakyat Papua (PEPERA) Tahun 1969 yang ilegal” tanggal, (09/08/2015)
Pukul, 10;40-12;47 WIT, di Kontrakan Moge, Salatiga, Jawa Tengah, Belum lama ini.
Berlansungnya acara itu, dibuka dengan kata-kata
sambutan sekaligus dilakukan lagu mengheningkan cipta, yakni “disana Pulauku”
dan dengan doa bersama.
“Perempuan Papua harus bangkit bersuara,
karena suara perempuan sangat penting dalam mempertahan harga diri untuk
menentukan nasip kami, kata Merry Butu diawalinya.
Merry Butu mengatakan, Sebelum Belanda dan
Indonesia masuk ke Papua, Papua Aman-aman saja tidak ada perubahan di segala
bidang seperti; Kebudayaan, Kebersamaan, Sosial, Kerja sama, kekerabatan,
Kekayaan alam Pun masih utuh dan di nikmati oleh anak negeri west Papua,”katanya.
Namun, lanjut dia, Ketika Belanda dan Indonesia masuk di Tanah
Papua semuanya jadi berubah dari adat-istiadatnya, kebersamaannya, sosilnya, kerja
samanya, kekerabatannya dan kekayaan alamnya semakin berkurang, karena muncul
sikap Penjajahan dari negeri luar west Papua,”jelasnya.
Mengapa Papua direbut oleh Dua Negara,
belanda dengan Indonesia,”tanyanya kepada segenap forum diskusi itu.
Kata dia, Negara Belanda dengan Negara
Indonesia Memperebutkan karena kekayaan alam Papua ingin diambil oleh ke-dua
Negara,”tandasnya.
“Dalam diskusi lepas yang dilaksanakan
Perempuan Melansesia merupakan sebuah hal yang mengkritik sesuai apa yang
mereka lihat dan alami,”katanya.
“Menurut kami perempuan Melanesia Meepago, “
NKRI sangat kejam dan tidak punya perasaan kemanusia, NKRI tidak Layak memimpin
kami bangsa Melanesia, sebab kami berbeda. Dari berbagai macam kami berbeda.
Conta kecil saja warna kulit dan rambut; Sahut seorang perempuan,”tandasnya.
Sementara, Alfrida Kedeikoto mengatakan, perjanjian
Palsu dibuat dari NKRI, manipulasi dilakukan oleh NKRI, Pengajar dan Tekanan
Militer indonesia sangat kejam menjelan PEPERA yang di lakukan Militer
indonesia atas nama Negara indonesia. Katanya NKRI itu negara Hukum, Nyatanya,
Negara Pemusnah, Iblis di negeri West Papua Melanesia,”katanya.
“Sebenarnya kami bangsa Melanesia West Papua
Tidak Membutukan NKRI, yang Munafik itu,”tegasnya.
Dalam Pers yang di kirim dalam Facebook; Pt
Freeport Mc Moran yang datang di Papua adalah yang di lakukan oleh indonesia,
dimana indonesia dengan sengaja membuka pintu untuk imperialisme masuk di west
papua. Sebenarnya Papua, Milik Orang Papua dan Indonesia, Milik orang
indonesia. Indonesia memang munafik menguras dan menjajah west papua. Pt
Freeport sendiri di gadaikan oleh indonesia kepada Amerika sebagai jaminan
untuk memenangkan dalam PEPERA 1969 dan Pt Freeport di berikan oleh indonesia
kepada amerika untuk indonesia mendapatkan papua. Maka dengan kecam indonesia
telah melanggar dan membunuh hak rakyat west papua di negeri west papua. Maka
PEPERA 1969 adalah cacat Hukum dan Cacat Moral. Menurut kami PEPERA yang dilakukan pada tahun 1969
dinyatakan bahwa tidak sesuai dengan prosedur yang ada. Karena nyata-nyata suda
terbukti bahwa orang yang sudah terpilih awalnya banyak namun dikurangi sampai
yang terkecil. Maka NKRI adalah Negara yang Munafik dan tidak Adil.
NKRI itu tidak bertanggung jawab atas
perjanjian palsunya, maka itu kami terus maju bangkitkan semangat juang yang
tinggi sampai akhir hayat. Kami Bangsa West Papua harus keluar dari Penindasan NKRI yang sangat kejam._ujarnya
Merry Butu.
PEREMPUAN PAPUA MEEPAGO BERSATU UNTUK
MEMPERJUANGKAN SEMUA TINDAKAN KEKERASAN DAN KRIMINALITAS YANG TERJADI DI
PELOSOK TANAH PAPUA SUPAYA PAPUA AMAN,DAMAI,TENTRAM DAN SEJAHTRA ADALAH SOLUSI
UNTUK MERDEKA.
Selepas diskusi dilanjutkan dengan doa
penutup dan rama tama dan saling salaman persaudaraan yang sebagai Perempuan
Meepago, West Papua, Melanesia.(Dego
Goo/KM)
0 thoughts on “Gugat PEPERA 1969, Mahasiswi Putri-Putri Melanesia Salatiga Gelar Diskusi”