Oleh : Ernes Pugiye
Save People of Papua/Foto Doc.Poteret Anak Melanesia/Ist |
Jayapuara,(KM)--Dalam kondisi umat Allah yang begitu maraknya dengan krisis manusia dan kemanusiaan di Papua, yang diwarnai dengan kekerasan dan konflik, kita dipanggil oleh Tuhan secara inisiatif untuk menyuarakannya. Tanpa takut kekerasan dan konflik, kita harus mau lawan dengan kepala dingin dan dengan hati yang tenang.
Keterlibat para Frater dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi "Fajar Timur" (STFT “FT”) Abepura dalam misi manusia dan kemanusiaan saat ini di Jayapura, yang berujung dengan penangkan dan penahanan yang dilakukan secara brutal oleh pihak keamana merupakan telandan bagi pemerintah dan Gereja di Papua. Ini harus hendak dikerjakan bersama tanpa kekerasan.
Sebagai saksi dan murid Kristus, mereka ini sudah harus terlibat secara inisiatif dalam agenda manusia dan kemanusiaan di Papua. Mereka ini telah diutus sebagai sang penyelamat jiwa-jiwa bagi Gereja di Papua. Demikian pula setiap kita tidak bisa jauh dari realitas nyata konflik dan kekerasan yang merenggut nyawa umat Tuhan yang tidak bersalah guna menyatakan keselamatan bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang melarat dan korban kekerasan pemerintah Indonesia di Papua.
Kedaulatan Pehormatan
Menegakkan kedaulatan penghormatan bagi eksistensi Papua secara eksplisit merupakan substansi dari hak asasi manusia yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun dan dengan cara apapun. Juga merupakan misi luhur yang tidak bisa dipisakan dari misi Kerajaan Allah bagi Papua. Ini Kerajaan damai yang seagenda dengan misi dialog damai. Motovasi utama dari misi kemanusiaan ini adalah bahwa kita penting, bernilai bahkan teramat berharga dan makhluk yang paling mulia bagi diri, sesama dan bagi Sang Pengada. Lagi pula, kita ini adalah wujud konkret dari wajah-Nya. Kita semartabat dengan-Nya meskipun dapat dibedakan dalam fungsinya. Maka rakyat Papua tidak boleh dibiarkan lama dan tidak boleh memelihara secara sistematis dalam suasana masalah Papua.
Untuk mengakhir konflik di Tanah Papua, pemerintah dan rakyat Papua boleh menggunakan jalan damai seperti melalui dialog Jakarta-Papua yang masih semakin diperjuangkan itu. Baik dialog internal orang Papua, pemerintah Indonesia maupun antara rakyat Papua dan pemerintah Jakarta sebagaimana yang diperjuangkan oleh Jaringan Damai Papua (JDP) sudah mestinya dinyatakan secara bersama dalam satu pemahaman paripurna oleh pemerintah dan rakyat Papua sekarang. Karena dialog sebagai agenda damai untuk menyelesaikan berbagai konflik yang dialami setiap saat oleh rakyat di Papua.
Dialog mempunyai tujuan yang paling terbaik yakni demi menciptakan Papua, Tanah damai. Damai yang semacam simpul, kompas dan jubi yang menarik setiap kita termasuk rakyat dan pemerintah Indonesia yang punya masalah untuk menggunakan dan melaksanakan dialog sebagai jalan terbaik. Bahkan setelah suasana damai tercipta di Papua pun kita tetap dipanggil untuk tetap akan memelihara keberadaan damai dengan agenda dialog. Berbagai programa apapun bentuk dan wujudnya bagi Papua suda tentunya akan dinilai dan dibicarakan terlebih dahulu melalui jalan dialog.
Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar
Tentunya, dialog punya prinsip-prinsip dasar dan universal dalam mengusahakan penyelesaian konflik Papua secara damai. Kasih tanpa pamrih merupakan pokok utama dari agenda dialog. Sebagaimana Sang Pengada telah menyatakan kasih-Nya kepada semua bangsa di dunia secara definitif, demikian juga setiap kita dipanggil untuk menyatakan kasih yang sama dan satu kepada-Nya. Prinsip kasih inilah yang lebih tegas kita harus hendak menyatakan kepada setiap warga terutama bagi mereka yang minoritas dan lemah. Maka keterlibatan para Frater dalam agenda manusia dan kemanusiaan yang tidak jauh berbeda makna dengan agenda dialog damai memang sudah didasarkan atas nilai kasih tanpa pamrih sebagai prinsip hidup mereka.
Secara nyata hal inilah yang biasa diperjuangkan oleh para Frater Papua di Jayapura; seperti yang disaksikan dan atau dihadapkan dengan tahanan dan pukulan itu. Maka para Frater ini harus segera dibebaskan dalam terang kasih Pengada sebagai warga Negara Indonesia dari realitas masalah penangkapan dan tindak kekerasan aparat keamanan Inondonesia lainya. Dengan demikian, mereka dengan semangat kasih-Nya ini telah akan menyatakan diri sebagai manusia adanya, citra Allah yang sedang menolong pemerintah dalam memulihkan kedaulatan keberadaan Papua sebagai apa adanya. Oleh karena itu, mereka adalah sang reformator kasih Pengada yang sedang dan akan mengkonstruksi misi-Nya dalam membangun Papua sebagai tempat adil dan damai.
Mengingat anak-anak asli Papua biasa diaggap sebagai separatis, musuh negara dan kaum pemborontak, pemerintah mesti perlu memahami materi tentang sejarah, makna, tujuan dan esensi hak asasi manusia bagi Papua. Pemahaman mendalam tentang hak asasi manusia dari dan untuk pemerintah Indonesia ini mesti perlu ditetapkan sebagai indikator Papua Tanah damai.
Indikator ini boleh diserap dan diakormodir oleh Jaringan Damai Papau (JDP) dan jajarannya dalam agenda dialog Jakarta-Papua guna menciptakan Papua sebagai Tanah damai. Maka para Frater di STFT Abepura dan semua warga Papua yang sedang korban pelanggaran HAM sudah semestinya dapat dilakukan, diterima dan diakui sebagai agen perubahan dan penegakkan kedaulatan eksistensi Papua dalam bingkai NKRI. Mereka ini wajah bagi Negara Indonesia. Martabat mereka dengan misinya tentu sangat berharga bagi pemerintah dan rakyat Papua.
Kekerasan dan konflik Papua telah melahirkan banyak korban nyawa di pihak pemerintah dan rakyat Papua. Lebih-lebih rakyat Indonesia yang menduduki di Papua sudah makan garam dengan korban kekerasan militer dan pemerintah Indonesia. Namun pemerintah dan rakyat Papua hingga kini masih belum menemukan solusi komprehensif untuk menyelesaikan konflik Papua. Meskipun adanya banyak kebijakan seperti kebijakan kesejahteraan yang sedang dikerjakan oleh Presiden Jokowi, Papua masih tetap tidak damai. Ada masalah HAM yang paling subur. Maka realitas masalah Papua seperti ini menuntut pemerintah dan rakyat untuk mencari solusi komprehensif melalui dialog Jakarta-Papua.
Dialog Jakarta-Papua mulai dapat terlaksana dengan baik hanya apabila kita punya niat dan kemauan untuk mengalami hidup dan atas dasar prinsip-prinsipt dasar seperti nilai cinta kasih tersebut. Secara eksplisit, setiap kita dalam keterlibatnya secara inisiatif dalam agenda dialog damai harus hendak diperjuangkan atas dasar prinsip-prinsip keadilan, cinta kasih dan kebebasan universal.
Sebagaimana yang biasa dikatakan oleh Pater Dr. Neles "KEBADABI" Tebay Pr bahwa agenda damai ini dijiwai oleh kasih, didasarkan pada kebenaran dan damai serta dilaksanakan dalam kebebasan dan solidaritas karena hanya dalam dialog tentang konflik Papua inilah kita tentunya dapat ditemukan sebagai manusia adanya. Citra diri kita sebagai manusia seratus persen dan sekaligus sungguh makhluk ilahi tentunya akan ditemukan dalam dialog. Ada penghormatan yang setinggih-tinggihnya atas martabat manusia dan dapat dihargai sebagai apa adanya hanya jika konflik Papua dituntaskan secara komprehensif melalui dialog Jakarta-Papua. Ini kunci Kerajaan damai bagi pemulihan dan pengangkatan martabat eksitensi Papua secara definitif.
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Fajar Timur (STFT) Abepura, Papua
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Fajar Timur (STFT) Abepura, Papua
0 thoughts on “Hargailah Eksistensi Manusia Papua”