Orangtua Sedang Berharap Ist@ |
Di bulan November 2014 lalu, aku
duduk-duduk dengan pemuda-pemuda yang
lebih tua dariku di salah satu pondok yang ada di samping rumah
temanku, Hans, di Grimolyo, Nabire, Papua.
Disaat duduk dengan mereka, banyak hal yang diceritakan, mulai dari
perkembangan politik, sosial lingkungan, ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga
pada kerinduan orang tua terhadap anak-anaknya.
Suasana di sekitar itu, seakan-akan
mengerti terhadap kondis yang diceritakan semua masalah dari pemuda-pemuda itu.
“matahari yang begitu panas, kabut di langit tak terlihat, angin berpencar menusuk
kulit-kulit tubuh hingga menyegarkan tubuh”.
Cerita-cerita dari semua sektor
yang diceritakan dari pemuda-pemuda itu, seakan-akan memberikan sebuah teguran
agar masing-masing yang sedang menjadi pembicara dan pendengar cerita itu,
membuat diri pribadi untuk terjung di lapangan untuk membantu rakyat-rakyat
kecil yang sedang membutuhkan pengorbanan.
“mereka menceritakan kondisi yang
terjadi di tiap daerah-daerah yang mereka tempati, baik situasi di Kabupaten Dogiyai, Deyai, Paniai
dan Nabire,” kota-kota ini menjadi ujung perbincangan pada beberapa pemuda itu.
Melihat kondisi-kondisi di
kota-kota itu, menjadi pukulan pada orang tua. Harapan orang tua sungguh luar
biasa. Orang tua selalu berpikir kepada anak-anaknya, agar suatu kelak
anak-anaknya yang harus memperbaiki situasi-situasi seperti itu. Memperbaiki
kehidupan yang terjadi di dalam keluarga, bahkan pada daerah. Karena melihat dengan adanya
perbicangan dari pemuda-pemuda itu.
Sungguh benar, situasi itu menjadi
sebuah kerinduan dari rakyat kecil bahwa ada anak-anak asli yang berasal dari
masing-masing daerah itu, yang harus datang membangkitkan dan merubah daerah
terhadap kondisi-kondis yang sedang dirasakan oleh rakyat kecil di sana.
Perbincangan itu, menjadi tekesan
terhadap orang tua. Orang tua lebih merasakan kondisi-kondisi seperti itu. Dan
pemikiran mereka selalu berpikir bahwa suatu saat ada anak-anaknya yang datang
melengkapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di kota-kota itu.
Sangat benar, harapan orang tua tak
perna terkubur terhadap kondisi yang terjadi di tiap daerah bahkan dalam
keluarga. Orang tua menjadi sebuah pondasi yang mengetahui masalah-masalah yang
sedang berkembang dan sedang terjadi di daerah dan bangsa ini. Mereka sangat
merindukan untuk memperbaiki semuanya.
Hal terebut, orang tua juga ikut
merasakan kondisi itu lalu memunyai harapan besar kepada anak-anaknya agar
anak-anaknya menjadi orang sukses dan dapat membangun dan memperbaiki kondisi-kondisi
itu dari berbagai sektor yang menjadi masalah
itu.
Kira-kira, perbingan itu tak ada
ujungnya, matahari sudah terbenam dan jarum jam telah masuk pada pukul 17.45
WIT. Seakan-akan perbicangan itu tidak memberikan sebuah beban yang harus
dipegang. Dengan demikian, pendiskusian itu, memberikan sebuah teguran keras
kepada pemuda-pemuda yang sementar lagi mengikuti perbincangan itu bahwa orang tua sangat mengharpkan anak-anaknya
untuk segera menyelesaikan pendidikan yang sedang ditempu, lalu kembali ke
daerah untuk memperaiki kondisi-kondisi itu.
Apa yang Diminta Orang tua
Permintaan orang tua tehadap anak-anaknya
yang sedang perpendidikan sangatlah sederhana, yaitu perpendidikanlah dengan
baik, hematlah uang yang ada, takutlah pada Tuhan, Ikutilah 10 perintah Allah
dan berhati-hatilah dalam perjalanan.
Tetapi, permintaan orang tua yan
paling inti ialah pendidikanmu harus cepat selesai yah.” Perkataan-perkataan
itu sebagai peluru yang harus dipegang terhadap anak-anaknya. Juga sebagai PR
untuk anak-anaknya agar dapat mengkuti
apa yang menjadi kerinduan dan permintaan orang tua.
Di saat anak-anaknya tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang
tua. Apa yang terjadi pada orang tua, kesedihan dan kerinduan menjadi teman
hidupnya. Membuat dia sakit, menderita dan membebani pikiran lima kali lipat
dalam hidupnya.
Akibatnya, sakit yang didapatkan
seakan-akan hidupanya akan berakhir dalam 3 hari kemudian. Kondisi yang kadang
membuat orang tua selalu berdoa kepada yang Maha Esa. Meiminta kepada-Nya agar
Dia selalu melindungi anak-anaknya agar
tidak terjadi sepeti itu yang tidak diinginkan kepada kami, (orangtua).
Orang tua selalu berpikir yang
keras agar anak-anaknya tidak terjadi apa-apa di saat berstudi. Ketika terjadi suatu pada
anak-anaknya, orang tua menjadi korban pertama. Bagaimana orang tua melihat dan
memberikan semua hidupnya kepada anak-anaknya untuk menghidupkan kembali
anakanya.
Kondisi sepeti itu, menjadi titik
perhatian kepada anak-anaknya agar dalam tiap perjalanan. Ingatlah kata-kata
yang diberikan kepada anak-anaknya. Sehingga, perjalananya anak-anak dapat
berjalan dengan baik berdasarkan keinginan orang tua.
Dengan demikian, akankah anak-anak
ini bisa menjadi orang besar kah tidak. Padahal,orang tua selalu berpikir agar anak-anak
harus cepat selesai agar dapat memperbaiki masalah-masalah yang sedang terjadi
pada beberapa kota di Prov. Papua dan Prov bahkan bangsa dan Negara ini.
Orang tua sangatlah merindukan
anak-anaknya, agar cepat selesai dalam berpendidikan. Itu saja harapan orang
tua. Orang tua tidak meminta yang lain atau yang lebih besar dari yang
diharapakan orang tua, sepeti uang dan kekayaan dari anak-anaknya. Tetapi,
orang tua meminta anak-anaknya harus cepat menyelesaikan pendidikannya agar
mengabdi terhadap masyarakat. Itu yang kami (orang tua) inginkan.
Alexander Gobai
0 thoughts on “Harapan Orang Tua Tak Perna Terkubur”